Suatu hari saya berbincang-bincang dengan seorang nenek tua penghuni sebuah panti jompo. Nenek itu baru saja kehilangan suaminya, seorang anaknya (anak satu-satunya) dan cucunya (juga cucu satu-satunya). Ketiganya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Menantunya memasukkan ia ke dalam panti jompo dan menikah lagi.
Anehnya, setiap kali saya mengunjungi panti tersebut, nenek itu selalu menerimaku dengan senyum yang ramah. Sebuah senyum yang tulus, tidak dibuat-buat. Beliau juga selalu ceria dan hangat dalam setiap pembicaraan. Tidak terbesit sama sekali kesedihan di air mukanya.
Penasaran, suatu hari saya bertanya padanya, "Nek, apa yang membuatmu selalu tampak bahagia?"
Nenek itu menjawab dengan antusias, "Saya akan memberitahumu rahasia kebahagiaan. Tapi kamu harus membagi kepada setiap orang rahasia ini."
Aku mengangguk.
"Ini rahasianya:
Saya belajar, kalau selalu ada tindakan kecil yang kita lakukan yang bisa membuat orang lain bahagia. Melihat orang lain bahagia, itulah kebahagiaanku yang pertama.
Saya perlu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk sebuah kebahagiaan dan pemenuhan setiap kebutuhanku.
Ketika ada kebutuhan hidup yang kuperlukan, saya akan memintanya kepada Tuhan dan berharap dari kelimpahanNya. Itulah kebahagiaanku yang kedua.
Karena saya tahu, Ia takkan pernah mencampakkanku sampai aku tak bisa berdiri lagi. Ia akan membopongku berdiri lagi. Itulah kebahagiaanku yang ketiga," nenek itu mengakhiri ceritanya dengan sebuah senyuman tulus lagi.
Aku terheran-heran. "So simple!" seruku. Sederhana sekali! Sesederhanakah untuk mencapai sebuah kebahagiaan?
Betul!
Setelah mendengar cerita nenek itu, aku mulai berpikir, apakah aku bahagia dengan rumah yang lebih mewah daripada yang sekarang kumiliki? Tidak! Apakah aku bahagia dengan pekerjaan yang menjanjikan pendapatan lebih tinggi? Ternyata tidak juga! Lalu apakah aku bahagia dengan harta yang kumiliki sekarang? Ternyata tidak!
Lalu saat apakah aku merasa paling bahagia?
Kebahagiaanku yang pertama: Aku sudah bertobat. Hidupku sudah dijamin oleh darah Yesus. Hadiah mahal dari Yesus.
Kebahagiaanku yang kedua: Aku telah memberi yang terbaik kepada sesamaku. Aku bahagia melihat mereka bahagia.
Kebahagiaanku yang ketiga: saat aku duduk sambil makan sate atau pizza, berbincang, tertawa dan menangis bersama sahabat-sahabat terdekatku; itulah kebahagiaanku: Sahabat. Sebuah hadiah sederhana nan istimewa dari Tuhan untukku.
Lalu, di manakah letak kebahagiaan Anda?
Senin, 28 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar