Tampilkan postingan dengan label Jesus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jesus. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Januari 2010

Bersyukurlah


Ada satu kata yang hampir terlupakan dalam kehidupan kita, padahal kata ini sangat penting sekali jika kita hidupkan serta kita praktikan, karna kata ini dapat membangkitkan, dapat menyadarkan serta memotifasi pribadi-pribadi siapapun itu baik orang tua maupun orang muda, kaya atau miskin, golongan bangsawan ataupun rakyat jelata, kaum terdidik maupun tidak terdidik, orang yang memiliki jabatan dari jabatan yang terendah sampai jabatan yang tertinggi sekalipun, kata itu adalah “Bersyukur”.

Dewasa ini kita di hadapkan pada suatu kenyataan hidup yang serba sibuk, serba cepat yang membelenggu kehidupan kita yang tanpa di sadari akhirnya berkembang menjadi kebiasaan ataupun gaya hidup yang dapat merampas sebagian bahkan keseluruhan waktu hidup kita. Sungguh sangat memperihatinkan. Anjurannya untuk kita semua agar kita tidak terjebak dalam kehidupan seperti itu adalah “Ambilah sedikit waktumu untuk bersyukur” kepada Tuhanmu, sang khalik penciptamu atas kehidupan yang engkau miliki apapun keadaanya sekarang, tetaplah untuk selalu “Bersyukur”.

Bersyukur adalah ungkapan hati kita atas segala sesuatu yang telah kita terima atau rasakan serta kita ungkapkan dari rasa terima kasih kita pada Tuhan atas segala berkat dan anugrahNya yang terus menerus kita rasakan. “Bersyukurlah” sebab hal ini akan mengubah hidup anda, karena rasa syukur akan menjauhkan kita dari persungutan yang sering kita lakukan ketika kita kecewa, lelah dan menjadi putus asa. “Bersyukur adalah obat penawar dari segala sifat-sifat yang mengerdilkan jiwa dan keyakinan kita.

Rasa syukur adalah obat, rasa syukur adalah kekuatan yang mendasyatkan yang dapat meledakan segala potensi yang kita miliki untuk senantiasa terus maju dan berkarya di dalam mengejar impian-impian kita. Rasa syukur merupakan suatu pengingat yang efektif atas begitu besar dan mulianya campur tangan Tuhan yang kita terima setiap saat di masa lalu kita dan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu tetaplah selalu “bersyukur”. Ketika anda lelah” bersyukurlah”, ketika kita kecewa “bersyukurlah”, ketika kita di hadapkan dalam berbagai beban kehidupan tetaplah untuk selalu” bersyukur”.

1 Tesalonika 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang di kehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.

Akhir kata dari kami untuk saudara-saudaraku, teman-temanku, sahabat-sahabatku Come And Fallow Jesus, senantiasalah mengucap syukur apapun yang terjadi dan lihatlah perubahan hidup yang luar biasa akan engkau terima dan alami karena Tuhanmu Sang Khalik Pencipta akan memperhatikan hidupmu. Karena itu “Bersyukurlah dan perhatikan apa yang akan terjadi.
God bless. Amin.

Selasa, 05 Januari 2010

Peganglah Tanganku


“...Aku tetap di dekatMu; Engkau memegang tangan kananku..” Mazmur 73:23

Saat perpisahan antara manusia yang saling mengasihi adalah saat yang sangat mengharukan. Tapi bila kita tahu kekasih yang meninggalkan kita ini seorang yang beriman dalam Kristus, kita mempunyai pengharapan bahwa kita pasti bertemu kelak di Surga.
Penulis teringat seorang hamba Tuhan waktu isterinya sedang menunggu ' jam Tuhan '; dia berseru di telinga isterinya, “El, El, panggil nama Yesus, biar Dia membimbingmu pulang.” Benar isterinya masih bisa dengar, di saat yang termanis si isteri berseru sekuat-kuatnya: “ Yesus, Yesus, Yee...suus... Ye...” Sunyi senyap sudah tiada suara lagi, hening... Yesus telah memegang tangannya ke rumah Bapa. Damai terpancar di wajah si isteri.

Ketika kakak tertua penulis sakit parah, dalam beberapa hari dia sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Waktu kakak itu hampir putus nyawa, penulis peluk dia dan penulis juga berseru, “ Kak, kak, ingat Yesus, ingat Yesus, dia mencintaimu !” Kakak sudah tak dapat mengeluarkan suara, tapi dia mengangguk dan airmatanya keluar... sebentar lagi nafas lenyap, kehidupan sirna; dengan tenang sekali dia pergi seperti orang tidur.. Tak banyak yang dapat dibuatnya untuk Yesus, tapi beruntung sekali dia masih sempat menerima Yesus di akhir hidupnya. Hanya karena gengsi sajalah dia malu mengakui Yesus sebab semua saudara laki-lakinya belum menerima Yesus.

Suatu saat tiba giliran kita untuk menghadap pencipta kita. Di saat kehidupan kita hampir padam, sudah yakinkah kita akan persekutuan kita dengan Juruselamat kita ? Sehingga dengan pasti Dia akan memegang tangan kita membimbing ke Surga dan kita berseru, “ Oh, Tuhan peganglah tanganku, pimpinku pulang !”

Bukan langkah pertama yang penting, tapi langkah akhir yang menentukan !

Kamis, 10 Desember 2009

Penyertaan TUHAN


Karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil

(Kejadian 39:23)
Pernahkah Anda mengalami bahwa saat Anda melakukan sesuatu yang benar, keadaan justru menjadi buruk? Apakah itu menunjukkan bahwa Anda adalah orang jahat? Adakah itu berarti Allah menolak Anda?

Mungkin Yusuf juga memiliki pertanyaan serupa di sepanjang peristiwa yang tercatat dalam Kejadian 39. Masalahnya bermula tatkala ia dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya. Sejak itu, meski ia telah berlaku sangat baik, namun masalah terus menguntitnya. Sebagai contoh, walaupun Yusuf menjaga integritasnya, namun ia dituduh melakukan kejahatan serius terhadap istri Potifar, majikannya.

Potifar menanggapi hal itu dengan menjebloskan Yusuf ke dalam penjara. Yusuf, seorang yang baik, jujur, percaya pada Allah, merana dalam penjara Mesir. Mengapa Allah tidak melepaskannya? Mengapa kebenaran itu tidak terusut? Bukankah keadaan benar-benar tampak tidak adil?

Selama beberapa waktu tak terjadi sesuatu pun pada diri Yusuf. Namun, yang penting di sini adalah, "TUHAN menyertai Yusuf" (39:21). Allah sedang menjalankan rencana-Nya, dan untuk sementara waktu Yusuf harus tinggal di penjara orang Mesir. Apa yang tampaknya buruk, sesungguhnya baik, karena itu adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna.

Adakah hal-hal yang Anda rasa tidak berjalan dengan semestinya? Pastikan bahwa Anda sedang melakukan apa yang benar. Taatilah Allah dan tetaplah berada di dekat-Nya. Kemudian, berdiam dirilah dan perhatikan bagaimana Dia mengerjakan rencana-Nya yang sempurna!
- JB

KESUKARAN SERINGKALI MERUPAKAN BERKAT YANG TERSELUBUNG

Kejadian 39:7-23

Ketekunan yang Luar Biasa


Baca: Matius 15:21-28
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”. —Matius 15:28

Pada tahun 1953, sebuah perusahaan yang belum berpengalaman, Rocket Chemical Company, dengan tiga pekerjanya mulai membuat bahan pelarut dan minyak pelumas pencegah karat yang bisa digunakan dalam industri pesawat luar angkasa. Dibutuhkan 40 kali percobaan untuk menyempurnakan ramuannya. Ramuan rahasia yang asli untuk WD-40—singkatan dari Water Displacement, 40th attempt—masih digunakan sampai sekarang. Sungguh suatu ketekunan yang mengagumkan!

Injil Matius mencatat cerita lain tentang ketekunan yang mengagumkan. Seorang perempuan Kanaan mempunyai seorang anak perempuan yang dirasuk setan. Ia tidak mempunyai harapan untuk anak perempuannya itu—sampai ia mendengar bahwa Yesus berada di daerahnya. Perempuan yang putus asa ini datang kepada Yesus dengan permasalahannya karena ia percaya bahwa Yesus dapat membantunya. Ia memohon kepada Yesus walaupun banyak hal dan orang tampaknya tidak memihak kepadanya—ras, latar belakang agama, jenis kelamin, para murid, Setan, dan bahkan Yesus tampaknya tidak memerhatikannya (Mat. 15:22 27). Walaupun ada banyak hambatan, perempuan itu tidak menyerah. Dengan ketekunan yang mengagumkan, ia memaksakan dirinya melalui lorong-lorong gelap dari kesulitan, keputusasaan, dan penolakan. Hasilnya? Yesus memuji imannya dan menyembuhkan anak perempuannya (ay.28).

Kita juga diajak untuk datang kepada Yesus dengan tekun. Ketika kita terus bertanya, mencari, dan mengetuk, kita akan menemukan anugerah dan belas kasih pada saat yang dibutuhkan. 

Sesuatu terjadi ketika kita berdoa,
Sediakan tempat dan berdiamlah,
Bergumullah hingga fajar menjelang;
Marilah kita tekun berdoa. —NN.

Ketekunan dalam doa adalah hal yang menyenangkan Allah.

Minggu, 22 November 2009

Kursi Kosong


Anak perempuan dari seseorang telah meminta pendeta dari gereja setempat untuk datang berdoa dengan bapaknya. Ketika pendeta itu tiba di rumah itu dia dapati orang itu sedang terbaring di tempat tidurnya diatas dua bantal yang tersusun. Sebuah kursi
yang kosong terletak di samping ranjang itu.

Si pendeta tadi berpikir tentu orang itu sudah diberitahukan akan kunjungannya ke rumah itu.

Saya pikir tentu anda sedang menunggu kedatangan saya, dia berkata. 'Tidak, siapakah anda?' tanya bapak itu. Pendeta tadi memberitahukan namanya kemudian melanjutkan, "Saya melihat kursi yang kosong itu, jadi saya sangka anda sudah tahu bawa saya akan datang berkunjung." "Oh, ya, mengenai kursi itu,"kata orang yang kelihatan sakit payah tak dapat berdiri dari ranjangnya itu. "Bolehkah anda tolong menutup pintu itu?"

Merasa sedikit keheranan, pendeta itu menutup pintu kamar itu. "Saya tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun, kepada anak perempuanku pun tak pernah," kata si orang itu. "Tetapi sepanjang umur hidup saya, saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya selalu mendengar pendeta berkhotbah tentang berdoa, tapi itu hanya lalu saja begitu melampaui kepala saya." Saya berhenti berusaha
berdoa sama sekali," orang tua itu melanjutkan, "sehingga pada suatu hari kira-kira
empat tahun yang lalu, seorang sahabat baikku berkata kepadaku, "Johnny, doa itu adalah suatu hal yang sederhana yaitu anda mengadakan percakapan dengan Yesus. Inilah anjuran saya. Anda duduklah disatu kursi, kemudian di depan anda letakkan satu
kursi yang kosong, kemudian dalam iman anda lihatlah Yesus sedang duduk dikursi itu. Ini bukan satu pikiran yang aneh, karena Dia berjanji, 'Aku akan beserta dengan kamu selamanya.' "Kemudian anda bercakap dengan dia seperti caranya anda berbicara dengan saya sekarang." Jadi saya coba itu dan saya sangat menyukainya sehingga saya telah
melakukan itu selama dua jam setiap hari. Saya sangat berhati-hati dalam soal ini. Kalau anak perempuan saya melihat saya berbicara kepada kursi yang kosong, pasti
dia akan jadi senewen atau gegawang dan akan mengirim saya ke rumah sakit jiwa."

Si pendeta sangat terharu mendengar cerita itu dan menganjurkan supaya meneruskan pengalaman ini. Kemudian dia berdoa dengan orang itu dan setelah itu mengurapinya dengan minyak dan kembali ke gerejanya. Dua malam kemudian anak perempuan itu menelpon pendeta tadi dan menyampaikan bahwa bapaknya sudah meninggal
pada sore hari itu.

"Apakah dia meninggal dengan tenang?" dia bertanya.

"Ya, pada waktu saya akan meninggalkan pada jam dua sore, dia memanggil saya kesamping tempat tidurnya, mengatakan bahwa dia mencintai saya dan kemudian mencium pipi saya. Waktu saya kembali dari toko sejam kemudian, saya dapati bahwa dia sudah
meninggal. Tapi ada sesuatu yang aneh dalam kematiannya itu. Kelihatannya, sebelum bapak meninggal, dia telah mengangkat kepalanya lalu membaringkan itu diatas kursi di samping ranjangnya. Menurut anda apa yang telah terjadi?" Si pendeta menyeka linangan air matanya dan berkata, "Betapa aku harapkan kalau kita semua bisa meninggal dengan cara demikian."

01. Aku minta air dari Tuhan, dan Ia berikan aku sebuah samudera.
02. Aku minta kembang dari Tuhan, dan Ia berikan aku sebuah taman.
03. Aku minta teman dari Tuhan, dan Ia berikan ENGKAU kepadaku.

Kamis, 19 November 2009

Roti Gosong


Diambil dari sebuah kisah nyata di Amerika Serikat, dan sebuah kisah nyata dalam kehidupan kita.

Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya mereka pun selalu berdoa, 'Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau terbaik...' Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, 'Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami.' Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak mempunyai anak.

Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi, 'Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik bagi kami.' Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung,lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. 'Anak laki-laki pak,' kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.

Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata, 'Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar buruk kepada anda.' Si ayah membalas, 'Kabar apapun, saya siap menerimanya,pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk' 'Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain,' jelas si dokter. 'Apa maksud bapak,' si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, 'Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius.' Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa, 'Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu.'

But above all these things put on love, which is the bondof perfection. Colossians 3:14 (NKJV)

Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka tersebut,tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak mereka tersebut. Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.

Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. 'Woi anak gw nih…ganteng kan ?' Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena ini anaknya. Meskipun dia cacat.

Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.

Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, 'Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial buat papa.' Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit. Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi 'ting', maka anak cacat itu menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, 'Harus kasih yang baaaaanyak buat papa, biar ueeeeenak rasanya'.

Setelah itu, ia berlari ke kulkas, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir, 'Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak perlu nunggu lama.' Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, 'Kalau 2 sendok the saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.' Jadilah kopi yang terasa seperti kopi tua itu. Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini, 'Papa, bangun dong, aku udah buat sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa.' Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma 'sedap' dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut. 'Wah pasti enak nih.'

Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, 'Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, ' kan biasanya papa yang doain. OK ya papa?' Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah melanjutkan, 'Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.'

Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, 'Enak kan pa?'

'Iya, enaaaak sekali,' lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, 'Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya loooo….' Si ayah berkata, 'Wah kamu yang masak? Enak sekali nak.' Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya lagi, 'Harum dan enak kan pa?' Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya, 'Pahit, tapi papa suka sekali.' Dan dengan lugunya si anak menjawab, 'Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,' karena ia mengira ayahnya sedang bercanda.

Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata 'Ray, kamu tau nggak…'

'Nggak paa,' potong si anak cacat tersebut. Lalu si ayah melanjutkan, 'Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.' Lalu si anak menjawab, 'Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa.' Lalu si ayah berkata lagi, 'Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?' Si anak sambil menggelengkan kepala, 'Nggak tau pa….' 'Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa.' Lalu si ayah melanjutkan, 'Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama kamu?' Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, 'Nggak tahu pa…..' 'Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget.' 'Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa.' Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, 'Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.' Lalu si anak menjawab, 'Sama-sama papaah….' Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, 'Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…'

Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?
Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut.. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa
yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.

Ingat ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..

Ingat : Bapamu di sorga mengasihimu. You are all fair, my love, and there is no spot in you. Song of Solomon 4:7 (NKJV)

Minggu, 08 November 2009

Curriculum Viate Jesus Christ


Nama : Yesus Kristus
Alamat : Markus 16:19 .....sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah
Telepon : Doa, iman, percaya, pengharapan
Website : Alkitab (Injil)
Password : Kristus,Tuhan, Juru Selamat,Yesus
Tujuan :
Aku menyampaikan kepada kalian riwayat hidup-Ku ini, karena Aku sedang mengusahakan suatu posisi management puncak dalam hatimu. Silakan membaca data pribadi-Ku berikut ini.
KeistimewaanKU:
1. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam Nama-Mu (Bapa), yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa (Yoh 17:12)
2. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18)
3. Aku menebus manusia dari kutukan hukum taurat (Galatia3:13)
4. Berkat-berkat Perjanjian dengan Abraham datang atas diri kamu lewat diriKu (Galatia3:14)
5. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (Matius11:5)
6. Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yesaya 9:5)
7. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang (Yes 5:10 ) TUHAN adil dalam segala jalan-Nya (Mazmur 145:17), setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. (Mazmur 145:13)
8. Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." (Amsal 1:33)
9. Aku mempertaruhkan hidupKu supaya kamu dapat hidup (2Korintus 5:15)
10. Aku adalah pendamaian untuk segala dosa kita. (1 Yoh 12:47) Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. (Matius 26:28) Aku mempunyai kuasa, kemampuan dan kekuatan untuk membersihkan dosa-dosamu ( I Yoh 1:7-9)
11. Dan masih banyak lagi, masih banyak lagi tak tertuliskan

Personality :
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (Bilangan 14:18)
Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita (Mazmur 103:9,10)

Latar Belakang :
Aku menguasai seluruh pengetahuan yang luas dan dalam, kebijaksanaan dan pengertian.
Dalam diriku tersimpan segala harta hikmat dan pengetahuan (kolose 2 :3)
FirmanKu begitu kuat; sehingga sebagaimana sudah ditulis menjadi sebuah pelita untuk kakimu dan terang untuk langkahmu (Mazmur 119:105). Aku bahkan dapat mengungkapkan semua rahasia hatimu (Mazmur 44:22)

Achievement :
Ada banyak perbuatan menakjubkan yang besar, terlalu banyak untuk dicatat di sini. Anda dapat membacanya di WebsiteKu dengan nama: Alkitab (Injil)

Referensi:
Umat beriman dan para pengikut di seluruh dunia akan menyaksikan kesembuhan, keselamatan, pelepasan, mukjizat, pemulihan ilahiku dan Bimbingan adikodrati.

Ringkasan:
Sekarang bagaimana anda telah membaca cvKU, Aku Yakin bahwa Aku merupakan satu-satunya calon yang berkualitas dan unik untuk mengisi posisi penting dalam hatimu.
Akhir kata, Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri..
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)
Aku akan menuntun langkahmu dan menghantar Anda menuju kehidupan yang kekal (Yoh 6:47).
Kapan Aku dapat memulai? Waktu adalah yang terpenting
(Ibrani 3:15)


Best regards
Yesus

Jumat, 06 November 2009

Kemurahan


LUKAS 6:36
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

Anak lelaki itu duduk membungkuk. Tatapannya menantang dan tangannya dikepalnya. "Ayo, berikan pada saya."

Sang kepala sekolah melihat ke bawah, ke arah si pemberontak muda ini. "Sudah sesering apa kamu berada di sini?"

Anak lelaki itu mendengus menantang.

"Kelihatannya belum cukup sering." Kepala Sekolah melihat anak itu dengan tatapan aneh. "Dan tiap kali kamu ke sini, kamu selalu dihukum. Benar, bukan?"
"Ya, saya sudah dihukum berkali-kali, jika itu yang Bapak maksud." Dia membusungkan dadanya yang kecil. "Ayo. Saya bisa menghadapi hukuman apapun yang Bapak berikan. Saya selalu mampu."

"Dan tidak pernah sekalipun pikiran mengenai hukuman yang akan menantimu terlintas di kepalamu tiap kali kamu ingin melanggar peraturan lagi, benar tidak?"

"Ya. Saya selalu melakukan apa yang ingin saya lakukan. Tidak ada satupun yang bisa kalian lakukan untuk menyetop saya."

Kepala Sekolah menoleh kepada guru anak itu yang berdiri di sampingnya. "Apa yang dia lakukan kali ini?"

"Berkelahi. Dia menarik si Tommy kecil dan memasukkan kepalanya ke kotak pasir."

Kepala Sekolah menoleh kembali ke arah si anak. "Mengapa kamu lakukan itu? Apa yang diperbuat si kecil Tommy kepadamu sampai kau lakukan ha itu?"

"Dia tidak berbuat apa-apa. Saya hanya tidak suka melihat cara dia memandang saya, sama seperti saya tidak suka cara Bapak melihat saya! Dan jika saya pikir saya dapat melakukannya, saya akan memasukkan kepala anda ke sesuatu juga."

Si guru menjadi tegang dan mulai bangkit berdiri saat Kepala Sekolah menatapnya sejenak, melarangnya untuk bertindak.

Kepala Sekolah berpikir sejenak sambil melihat anak itu. Lalu beliau berkata pelan, "Hari ini, anak muda, kamu harus belajar mengenai kemurahan."

"Kemurahan? Bukankah itu yang kalian orang tua lakukan sebelum makan? (Berdoa, atau 'saying grace', red). Saya tidak butuh kemurahan apapun."

"Oh, kamu butuh." Kepala Sekolah mempelajari wajah anak kecil itu dan berbisik. "Oh ya, kamu benar-benar butuh kemurahan.."

Si anak terus saja memandang marah saat Kepala Sekolah melanjutkan, "Definisi singkat 'Kemurahan' adalah ‘Kebaikan yang tidak sepantasnya diberikan’. Kamu tidak pantas untuk mendapatkannya, hal itu adalah hadiah dan selalu diberikan dengan cuma-cuma. 'Kemurahan' berarti kamu tidak akan mendapat apa yang sepantasnya kamu terima."

Anak kecil itu menampakkan kesan bingung. "Bapak tidak akan memukul saya? Bapak akan membiarkan saya pergi dari sini begitu saja?"

Kepala Sekolah memandang anak yang pantang menyerah itu. "Ya, saya akan mengijinkan kamu pulang begitu saja."

Si anak menyelidiki wajah Kepala Sekolah, "Tidak ada hukuman sama sekali? Meskipun saya sudah menyakiti si Tommy dan memasukkan kepalanya ke kotak pasir?"

"Oh, hukuman pasti ada. Apa yang kamu lakukan itu salah dan perbuatan kita selalu ada konsekuensinya. Hukumannya ada. 'Kemurahan' bukan alasan untuk melakukan hal yang salah."

"Tuh kan," dengus si anak saat dia menyerahkan tangannya untuk dipukul. "Ayo, lakukan saja sekarang."

Kepala Sekolah mengangguk kepada Guru. "Tolong bawa ke sini ikat pinggangnya."

Si Guru memberikan ikat pinggang kepada Kepala Sekolah, yang kemudian melipatnya dengan hati-hati, dan menyerahkannya kembali ke si Guru. Dia memandang si anak saat berkata, "Hitung pukulan-pukulannya."

Dia keluar dari belakang mejanya dan berjalan lurus ke arah si anak. Dengan lembut ditekuknya tangan si anak yang terjulur ke depan untuk menunggu pukulan-pukulan tersebut. Lalu dia berbalik ke arah si Guru dengan menjulurkan tangannya sendiri. Satu kata keluar dari mulutnya dengan pelan. "Mulai."

Ikat pinggang itu melecut tangan Kepala Sekolah yang terjulur. Krek! Anak kecil itu meloncat 2 meter ke udara. Wajahnya diliputi kekejutan.

"Satu," bisiknya. Krek!

"Dua."

Suaranya naik satu oktaf. Krek!

"Tiga."

Dia tidak dapat mempercayai hal ini. Krek!

"Empat."

Air mata mulai menggenangi mata si pemberontak cilik.

"OK, stop! Sudah cukup!" Krek!

Ikat pinggang melecut tangan yang saat itu sudah mati rasa. Krek!

Si anak meringis tiap kali lecutan menghantam, air mata kini mengaliri wajahnya. Krek! Krek! "Tolong berhenti," ratap si bekas pemberontak, "Stop! Saya yang lakukan kenakalan itu, saya yang harusnya dilecut. Stop! Tolong hentikan."

Tetap saja lecutan demi lecutan datang, Krek! Krek!, yang satu menyusul yang sebelumnya.

Akhirnya berakhir juga semuanya.

Kepala Sekolah berdiri dengan kening yang berkilauan oleh keringat dan butiran keringat menetes dari wajahnya. Dia berlutut dengan perlahan-lahan. Dia mempelajari wajah si anak sesaat, lalu mengulurkan tangannya yang bengkak untuk mengelus wajah si anak yang tengah menangis. Lalu dia mengucapkan kata ini dengan lembut, "Kemurahan."

ROMA 2:4
"Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?"

Kamis, 05 November 2009

Kisah Dewa Klasik - Sebuah Cerita Iman


sharing iman "Aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua...

Namanya keren, DEWA KLASIK ALEXANDER.
Tapi jujur nggak ada yang tahu siapa dia (termasuk saya) saat kami mengundangnya menyampaikan testimony di kebaktian Kamis malam.
Tubuhnya kurus, gaya seperti anak muda pada umumnya, sepintas memandang tidak terlalu istimewa. Tapi begitu kata demi kata mengalir keluar dari mulutnya, hampir semua yang hadir terbelalak.
Sedih, kagum, rasa tak percaya "masa sih...." silih berganti mengisi hati, ... perasaan ini seperti diobok-obok.

"NAMA SAYA DEWA KLASIK"

Masih sangat muda, 21 tahun, tepatnya pada 27 Maret yang lalu.

"Saya anak sulung dari 4 bersaudara, lahir di Malaysia dan masa kecil saya banyak dihabiskan di luar Indonesia. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga yang berpengaruh dan sangat berkecukupan", demikian Dewa memulai kesaksiannya.

Selanjutnya apa yang Dewa tuturkan sungguh membuat banyak orang, mostly, pasti akan iri setengah mati. Kelimpahan keuangan dari orangtuanya sungguh membuat hidupnya bak tokoh kartun di televisi era 1980an.
Mungkin nggak banyak yang tahu tentang karakter komik dari Harvey Comics ini yang sungguh luar biasa kaya raya, dan ... masih seorang anak kecil !!!


Living a RICHIE RICH Dream Life !!!


Sepertinya begitulah gambaran kehidupan Dewa Klasik.
Punya uang saku yang berlimpah, liburan ke luar negeri bukan sesuatu yang istimewa baginya, no fake items, everything he had is branded...man.., dan bisa beli apa saja di usia yang masih sangat muda.

Waktu SMP di Jakarta International School, dia berkata "saya satu-satunya siswa yang bawa mobil Ferarri ke sekolah" (pas bagian ini, mulut-mulut yang mendengarkan pada mangap semua... "haaaaah ???")

Dan biasanya kan orang berkata ohhh.. Tuhan itu adil.
Ada orang yang kayaaa banget, tapi otaknya lemot, hehe... supaya diseimbangkan dengan orang yang miskin tapi otaknya pintar.
Jadi masing-masing orang akan punya kelebihan (kayaknya sih ini pikiran orang sirik yah...hehe).
Nah, Dewa ini udah punya uang banyak, otaknya juga pintar.
Di atas rata-rata. Jarang kan yang begini...
Selalu mengikuti program akselerasi di sekolah, sehingga di usia 15 tahun sudah menamatkan SMA dan bisa masuk Oxford.


Wait...wait...wait... Oxfordnya bukan yang di Bandung atau di Jakarta .. bukan.. bukan lembaga kursus bahasa Inggris loh...
Tapi bener-bener Oxford University yang tersohor itu...
Yaaa.... betul... yang di Inggris sono.
Hmmmh... pasti banyak yang berangan-angan "andainya aku seperti dia....kaya, pinter, terkenal...."

Tapi ternyata Dewa nggak betah belajar di Inggris, sehingga minta pulang ke Indonesia. Sebelum pulang, seperti biasa dia mampir ke sebuah toko buku yang besar di Inggris (hobby membacanya memang luar biasa !!!), tapi di situlah babak baru kehidupannya akan segera dimulai.

WHAT MAKES GOD SMILE?

Sepertinya nggak sengaja, ... tertarik dengan sebuah buku yang merupakan best seller dan terjual jutaan copies "THE PURPOSE DRIVEN LIFE" nya
Rick Warren, Dewa membaca judul-judul bab yang ada di buku itu.
Dan matanya berhenti pada judul chapter 9 : "What Makes God Smile?"
A big... big question mark memenuhi hati Dewa. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya bahwa Tuhan bisa tersenyum.

Pulang ke Indonesia, dia berusaha mencari jawaban dengan pergi ke gereja, membaca buku-buku kekristenan tapi masih belum bisa meyakinkannya. Sampai suatu ketika dalam pergumulan atas pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi batinnya, di dalam kamar Dewa berkata "Tuhan jika Engkau benar-benar nyata tunjukan diri-Mu..”

Saat itu tiba-tiba ada suara yang sangat lembut berkata “Son, it’s Me...”
yang membuat air matanya mengalir tak tertahankan. Ia melihat sebuah sinar yang sangat menyilaukan hingga membuat ia tertunduk dalam tangisannya. Tapi saat itu ia masih juga tidak percaya dan berpikir bahwa semua hanya halusinasi. Tapi suara lembut itu terus berulang “Son, it’s Me...” hingga ke-empat kalinya. Akhirnya Dewa menyerah dan percaya.

Sungguh perjumpaan yang sangat intim sekali.
Tuhan menyatakan kepada Dewa bahwa Ia adalah Bapa. Suatu sebutan yang nggak pernah dia kenal dan yang nggak pernah dia ketahui sebelumnya.
Hari itu Dewa mengambil keputusan untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Babak baru kehidupannya pun dimulai.

Menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat berarti menanggalkan kehidupan yang lama.
Singkat cerita Dewa terbuang dari keluarga, segala fasilitas hidup termasuk keuangan dihentikan. Kehidupan Richie Rich berhenti sudah.

Dewa mengalami aniaya secara fisik maupun verbal.
Sambil meneteskan air mata dia mengungkapkan bahwa yang paling memilukan hatinya adalah saat sang mama berkata, "... mama menyesal telah melahirkan kamu ke dunia ini..." .
Segala haknya sebagai anggota keluarga diputuskan dan ia diusir dari rumah.
Dewa berangkat ke Jakarta dengan hanya bermodalkan sebuah ponsel yang sempat ia sembunyikan.
Besar harapannya di Jakarta ia bisa mendapat bantuan dari teman-teman lamanya di sekolah dulu. Tapi ternyata keluarganya telah menghubungi semua teman-temannya di Jakarta supaya tidak memberikan pertolongan.
Tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan.


TURN FROM SOMEBODY TO NOBODY

Setelah semua uang hasil penjualan ponsel habis, kehidupan yang dulu bak seorang pangeran berganti menjadi kehidupan yang terlunta-lunta.
Ia terpaksa tidur di jalanan, di emper-emper toko, beratapkan langit dan berselimutkan udara malam nan dingin.

Pada bagian ini, saya melihat air mata menetes di pipinya.
Dan bukan hanya Dewa, banyak yang menangis di ruangan itu (termasuk saya). Saya tahu nggak gampang buat melalui semuanya itu. Semakin tinggi posisi seseorang, bila jatuh, maka sakitnya juga lebih parah dirasakan.
Seorang Richie Rich kini berubah menjadi seorang anak jalanan, yang menyambung hidup dengan mencari sepeser demi sepeser uang layaknya anak jalanan.

Tapi kenapa Dewa bisa bertahan tinggal di jalanan?
Kenapa dia nggak kembali kepada kehidupan lamanya yang berkelimpahan?
Kasih yang luar biasa kepada Yesus memberinya kekuatan untuk tidak memandang kepada semua masa lalunya. Dia rela menukar segala haknya dalam kehidupan yang lama demi keselamatan dalam kasih Kristus.
(Yang membuat hati saya perih adalah, sungguh ironis, banyak orang yang sudah lebih dulu mengenal Kristus, rela menukar keselamatan yang dimilikinya demi harta kekayaan).


Suatu hari, ketika ia sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, "apakah sia-sia meninggalkan kehidupannya yang dulu?", Dewa mulai
melihat tangan pembelaan Tuhan.
Titik terang mulai kelihatan. Tuhan mulai menyingkapkan rencanaNya dalam hidup Dewa melalui pertemuan dengan teman lama yang akhirnya memperkenalkan dia dengan seorang Hamba Tuhan bernama Pdt. Daniel Alexander. Beliau yang menampung Dewa dan mengangkatnya sebagai anak rohaninya.
Jadi sekarang ngerti yah kenapa namanya menjadi Dewa Klasik Alexander.

(Di Facebook Dewa menulis salah satu favorite quotation nya adalah:
"I lift my eyes up to the hills, where does my help come from?
My help comes from the Lord, the maker of Heaven and earth"
-King David-)


Dewa pun diberikan pelajaran Alkitab dan disekolahkan di Sekolah Misi di Surabaya. Di tempat inilah karakter rohaninya dibentuk dan dipersiapkan untuk panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Di penghujung masa perkuliahannya, karena sering ketularan penyakit dari teman-temannya, Dewa diminta untuk memeriksakan diri ke dokter.
Dan 3 hari sebelum dia diwisuda di Sekolah Misi tsb, Dewa mengalami kejutan yang luar biasa, karena divonis menderita HIV/AIDS.
Dulu di masa uang berlimpah, Dewa memang pernah terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan narkoba.
Ia menghubungi ke-empat temannya waktu dulu yang pernah berbagi jarum suntik, dan mereka semua pun terkena penyakit yang sama.
Apakah ia menjadi pahit hati dan mundur dari Tuhan?

Tidak. Penyakit yang dideritanya ini justru memberikan kerinduan di dalam hatinya untuk melayani orang-orang yang senasib dengannya. Banyak tempat dia kunjungi seperti Myanmar, India, sampai ke negara Afrika untuk menjadi motivator bagi penderita HIV/AIDS.

Ketika balik ke Jakarta kehidupan pun telah membaik. Memiliki saudara-saudara seiman yang mengasihinya, hidupnya mulai nyaman, tidak seperti dulu ketika baru pertama kali datang ke Jakarta setelah tidak diakui lagi oleh keluarganya.

Suatu saat ketika sedang melintas di daerah Roxy, Dewa melihat daerah-daerah yang kumuh, dan ia merasakan ada suatu panggilan dalam hatinya. Ia merasa harus melakukan sesuatu, harus keluar dari zona nyaman, dan memenuhi panggilan Tuhan yang sesungguhnya.

Dewa menukar kenyamanan hidup yang mulai dirasakannya demi menggenapi rencana Tuhan.

Ia meninggalkan tempat kostnya yang nyaman dan menukarnya dengan mengontrak di tempat yang kumuh di Roxy demi bisa melayani orang-orang yang terpinggirkan.

Orang yang nggak mengerti mungkin akan berkata "kamu gila..." kepada Dewa.
Tapi Dewa melakukannya dengan hati yang rela. Tempat tidur yang nyaman digantikan dengan tidur di atas lantai. Dan Dewa mulai bergerak melayani anak-anak miskin di bilangan itu.


SHARING HIS LIFE

Bersama beberapa teman-temannya dari Facebook, Dewa mendirikan HOME (House of Mercy), untuk melayani anak-anak tidak mampu di daerah Jakarta Barat.
Di daerah tempat kumuh inilah, tanpa ragu, saat ini Dewa tinggal untuk mengajar, memberikan berbagai bantuan untuk warga sekitar.

Teladan baik dia berikan, bukan hanya sesekali datang mengajar, bahkan ia rela tinggal di tempat yang kumuh itu.


Berbaur menjadi satu dengan orang-orang yang miskin. Bukankah hari-hari ini yang dibutuhkan dunia ini bukanlah sekedar teori?
Dan Dewa melakukannya dengan segenap hatinya. Nggak banyak orang yang seperti Dewa.

HE HAS A DREAM

Pernyataan Tuhan pada perjumpaan pertama "Son...it's Me.." benar-benar menginspirasi Dewa untuk menjadi 'bapa' bagi generasi muda yang membutuhkan.
Dewa Klasik ingin membagikan kasih Bapa yang telah ia terima kepada anak-anak terlantar yang kekurangan kasih sayang.
Dewa juga punya mimpi ingin membangun sebuah rumah susun untuk menampung orang-orang tidak mampu, pengidap HIV AIDS, kusta dan orang-orang yang terbuang.

Terbuang dari keluarga, tidak berdaya, lapar, miskin, dan terhina, tapi semuanya itu cara Tuhan untuk melatih Dewa berperang sebelum masuk ke dalam panggilan yang sesungguhnya.
Dewa adalah orang sangat mengerti akan arti terbuang, dan terpinggirkan. Dan dengan pengertian itu ia membagi kasih Yesus kepada orang-orang yang mengalaminya untuk bangkit dari keterpurukan.
Saat divonis HIV, dokter menyatakan bahwa hidup Dewa hanya tinggal beberapa bulan lagi. Menyadari itu Dewa benar-benar bekerja keras untuk Tuhan, memanfaatkan waktu yang tersisa.
Kini mungkin sudah hampir 5-6 tahun lamanya sejak dia divonis HIV , dan Dewa masih tetap tegak berdiri menyatakan kasih Tuhan kepada jiwa yang terhilang.


"I WORKED HARDER THAN ALL OF THEM..."

Ada satu ayat yang dia kutip malam itu yang sangat membuat hati saya terkesan.
"Tetapi karena kasih karunia Tuhan aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Tuhan yang menyertai aku.
(1 Korintus 15:10)


Saya benar-benar menyetujui bahwa Dewa benar-benar pekerja keras. Bahkan rela menyerahkan hak untuk hidup nyaman demi bekerja keras bagi jiwa yang terhilang. Dan yang lebih mengagumkan seperti Paulus ia berkata, bahwa semuanya itu karena kasih karunia Tuhan yang menyertainya.

Teman-teman, malam itu saya sangat diberkati.
Beberapa teman-teman saya juga tergugah hatinya ingin melayani Tuhan lebih lagi. Kehidupan Dewa Klasik benar-benar memberi dampak bagi kami.

Dan seperti Paulus, seperti Dewa, saya juga ingin berkata,
".......aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Tuhan yang menyertai aku."

Saya mau bekerja keras lebih lagi untuk Tuhan.
Semoga teman-teman juga diberkati.


All blessings,

Julita Manik

Senin, 02 November 2009

Leonard Dober


Leonard Dober bertanya-tanya apakah Yesus berpikir bahwa salibnya terlalu berat; kemudian dia teringat bagian akhir doa Yesus di taman, "Bukan kehendak-Ku, tapi kehendak-Mu, Bapa." Tugas Leonard sepertinya tidak mungkin untuk dilakukan, tapi dia sedang melakukan kehendak Allah, bukan kehendaknya.

Leonard Dober yakin bahwa Allah telah memanggilnya untuk menjangkau para budak di Virgin Islands. Dia berencana untuk menjangkau orang-orang ini dengan menjual diri menjadi budak dan bekerja bersama mereka sambil menceritakan tentang kasih Yesus kepada mereka. Dia begitu takut memikirkan bahwa dia akan menjadi budak. Dia ngeri membayangkan perlakuan yang akan diterimanya. "Tapi Kristus telah mati di atas kayu salib bagiku," pikirnya. "Tidak ada harga yang terlalu tinggi untuk melayani Dia."

Penganiaya terkejam yang dihadapi Dober bukanlah para pemilik budak, tetapi orang-orang Kristen. Mereka mempertanyakan panggilannya untuk melayani para budak dan menertawakannya sebagai orang bodoh karena rencananya itu. Tapi Dober tidak menyerah. Pada tahun 1730, dia sampai di Virgin Islands.

Ketika dia menjadi pelayan di rumah gubernur, dia takut posisinya ini akan menjauhkannya dari para budak yang ingin dilayaninya. Jadi dia pergi dan pindah dari rumah gubernur ke gubuk kotor di mana dia dapat bekerja bersama-sama dengan para budak.

Dalam waktu tiga tahun, pelayanan Dober sudah mencakup lebih dari tiga belas ribu petobat baru.

***

"Orang-orang sinting Yesus", itulah julukan dunia bagi orang-orang yang memiliki iman yang sedikit radikal. Dober adalah "orang sinting Yesus" pada abad delapan belas -- orang bebas yang memilih menjadi budak agar dapat memenangkan para budak bagi Yesus. Dia bersedia melakukan semua yang harus dilakukan untuk menunjukkan kesungguhan hatinya dalam melayani Yesus. Bagi Dober, hal ini berarti membuat suatu rencana yang tidak masuk akal bagi orang lain kecuali dirinya sendiri. Apakah Anda juga disingkirkan karena Anda telah menolak untuk mengikuti orang banyak? Jika Allah telah memanggil Anda untuk melakukan hal yang radikal dalam keluarga, gereja, atau komunitas Anda, Anda harus menaatinya. Biarkan orang menyebut Anda gila, tetapi Yesus akan mendapati Anda sebagai orang yang bersungguh- sungguh.

Rabu, 28 Oktober 2009

Mencobai Tuhan


"Janganlah kamu mencobai Tuhan, Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa" (Ulangan 6:16)

Sobat JINS, mungkin membaca judul ini, Anda berpikir bahwa Anda tidak pernah mencobai Tuhan. Apakah pemikiran itu sepenuhnya benar? Mari kita lihat ilustrasi berikut.

Ada seorang pria hidup di sebuah perkampungan. Suatu hari perkampungan itu terkena banjir bandang. Mulanya banjir itu hanya setinggi lutut orang dewasa. Semua penduduk sudah mengungsi. Ia hanya dia di rumahnya bersantai. Ketika anaknya yang sulung kembali untuk meminta ayahnya mengungsi, pria itu menjawab, "Tuhan itu akan menolongku."

Tak lama, air makin naik dan meninggi hingga setinggi pinggang orang dewasa. Pria itu tidak juga mengungsi padahal kapal penyelamat sudah datang menjemputnya. "Aku yakin Tuhan akan membantuku dan menyurutkan banjir ini," dan ia tetap pada pendiriannya.

Tak lama kemudian, air sudah makin meninggi hingga terpaksa kakek itu naik ke atas atap. Di sana juga ada helikopter yang datang untuk menyelamatkannya. Tapi masih ditolak dengan alasan yang sama.

Akhirnya banjir semakin parah dan pria itu meninggal. Di Surga, ketika pria itu berhadapan dengan Tuhan, ia protes mengapa Tuhan tidak menolongnya padahal ia yakin dan percaya dengan iman. Tuhan menjawab, "Saya sudah mengirimkan bantuan kepadamu tiga kali tapi kamu sendiri yang menolaknya."

Sobat JINS, pria itu beriman tapi tidak berhikmat. Ia bodoh dan ia mencobai Tuhan. Sikap pria ini seperti bangsa Israel pada masanya. Mereka mencobai Tuhan dengan memaksa Tuhan memberikan air kepada mereka. Baca di Keluaran 17:1-7. Mencobai Tuhan artinya memperbudak Tuhan, karena mencobai Tuhan adalah meragukan kuasaNya dengan memintaNya menunjukkan kuasaNya kepada kita.

Tuhan sudah berfirman kalau jangan pernah mencobaiNya. Jangan pernah meragukan kuasaNya karena Ia adalah Allah yang Maha Bisa. Jangan pernah memaksaNya melakukan sesuai dengan kehendakmu. Jangan seperti pria itu.

Contoh sederhana mencobai Tuhan adalah ketika kita sakit, kita terus berdoa saja tapi tidak mau meminum obat. Kita percaya Ia akan menyembuhkan, tapi kita sendiri tidak minum obat. Contoh lainnya, ketika ujian kita berdoa saja tanpa mempersiapkan materi ujian. Atau juga berkendara tanpa memakai helm/seat belt karena kita percaya Tuhan melindungi kita.

Itu semua adalah mencobai Tuhan. Tuhan itu memang Maha Bisa, tapi janganlah kita meragukan dan memaksaNya menunjukkan kuasaNya. Sebaliknya, belajarlah dari Daniel. Ketika Daniel dibebaskan dari gua singa, ia tidak memaksa Tuhan, melainkan ia berserah. Nah selanjutnya, terserah Tuhan berkehendak bagaimana. Jangan seperti pria tenggelam itu.

Senin, 26 Oktober 2009

Jesus Is My Inspures


Bagiku Ia seperti pemulung.. mencari dan mengubahku yang kotor ini untuk menjadi baru kembali

Bagiku Ia seperti ayah, saat aku ingin sesuatu Ia memberikan nya untuk ku..

Bagiku Ia seperti ibu,saat aku ingin bermanja-manja ataupun susah hati,dengan senyumNya dan Peluknya ia meredakan galau hatiku

Bagiku Ia seperti guru, Ia perhitungkan setiap yang ku kerjakan. dan di mataNya setiap yang kukerjakan sempurna adanya..

Bagiku Ia seperti sahabat,saat aku ingin curhat. 24 jam Ia stand by hanya untuk ku.

Bagiku Ia seperti presiden, di setiap sisi dlm hidup ku Ia memerintah,namun setiap perintahNya adalah baik (baca: sempurna) adanya

Bagiku Ia seperti dokter ^^ saat aku datang dengan segala sakit penyakitku dgn sabar Ia memeriksa dan menyembuhkanku

Bagiku Ia seperti tentara, kemanapun aku pergi Ia selalu di sisiku untuk melindungiku

dan yang terakhir,bagiku Ia adalah Bapa yg penuh kasih dan amat baik karena Ia telah mati bagiku dan menyediakan semua hal yang terbaik & terindah untuk menghiasi hidupku

He is My Everything . My Lord. My dearest. My love.

original based concept idea by: Jesus Is my Inspires By Kevin Nathan

Minggu, 13 September 2009

Percaya


Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)

Seorang pemburu atheis satu ketika tersesat di tengah hutan. Ia kemudian bertemu dengan sekelompok macan. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup. Spontan ia mengeluarkan senapan dan mulai menembakkannya ke arah macan tersebut. Sayang, tembakan-tembakan tersebut meleset dan ia-pun kehabisan peluru. Macan-macan ganas ini kemudian bergerak
mendekati sang pemburu. Tanpa menunggu waktu lama, segera sang pemburu ini mengambil langkah seribu. Ia berlari sekencang mungkin.

Beberapa ratus meter kemudian, ia terpeleset dan masuk jurang. Beruntung ia sempat meraih dahan sebuah pohon di tepi jurang tersebut. "Tolong... tolong!!!" teriaknya. Berkali-kali ia berteriak namun tak juga ada yang menjawab.

Hampir putus asa ia kembali berteriak : "Tuhan... Tuhan... apakah engkau sungguh ada?" Sejenak keadaan menjadi sangat sunyi lalu terdengar suara : "Ya, Aku ada". Pemburu ini melanjutkan : "Tuhan, Engkau tentu tahu kalau selama hidupku, aku meragukan keberadaan-Mu namun sekarang aku percaya bahwa Engkau sungguh ada. Maukah Engkau menolongku, Tuhan? Aku berjanji Tuhan jika engkau menolongku maka aku
akan membaktikan sisa hidupku untuk melayani-Mu dan memberitakan kebaikan-Mu kepada setiap orang yang aku temui mulai dari hari ini hingga akhir hayatku"

"Baiklah, Aku akan menolongmu," kata Tuhan. "Cepat Tuhan... tolonglah aku," ujar si pemburu memohon. "Tetapi Aku ingin mengetahui satu hal darimu," kata Tuhan. "Apakah itu?" tanya si pemburu. "Maukah engkau mempercayaiKu dengan segenap hati dan akal budimu?" tanya Tuhan. "Tentu saja aku mau Tuhan. Aku percaya padamu seribu persen! Cepat tolong aku, Tuhan," jawab si pemburu yang penuh keringat dingin itu.

"Baiklah kalau engkau memang percaya. Sekarang, lepaskan tanganmu dari dahan pohon itu dan Aku akan menolongmu," kata Tuhan. Spontan si pemburu berujar, "Tuhan, apakah Engkau sudah gila?" Kemudian si pemburu kembali berteriak, "Halo... adakah orang di sana yang bisa mendengar suara saya? Tolong... tolong...!"

Apa hikmah yang bisa Anda petik dari cerita di atas? Bisa jadi Anda dan saya hanya akan tersenyum atau tertawa setelah membaca cerita tersebut. Namun jika kita sungguh peka, seringkali dalam hidup ini kita berperilaku seperti si pemburu tadi. Kita masih setengah hati dalam mengakui kekuasaan-Nya, terutama jika hal tersebut di luar
logika manusia. Kita lebih mengandalkan kekuatan manusia daripada bersandar pada-Nya.

Seringkali kita harus melihat dengan mata kepala sendiri baru bisa percaya. Jika hal tersebut tidak sesuai dengan akal sehat, kita lantas menolaknya. Santo Agustinus pernah mengatakan, "Iman artinya menyakini apa yang tidak kita lihat dan upah dari iman adalah melihat apa yang kita yakini."

Meski kitab suci dengan sangat jelas mengatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Korintus 2:9)." Terkadang tetap saja sulit bagi kita untuk menerimanya.

Ibu Teresa suatu ketika pernah berujar : "Iman memelihara orang yang memelihara iman." Tentu Ibu Teresa tidak sedang main-main ketika mengucapkannya. Ia memiliki begitu banyak pengalaman hidup yang menceritakan kesaksian imannya. Salah satu hal yang sangat ajaib dan sangat menarik adalah ketika kita melihat Ibu Teresa yang puluhan tahun berkarya di tengah-tengah orang yang berpenyakit menular namun
hingga akhir hayatnya ia sama sekali tidak tertular penyakit tersebut. Luar biasa karya Tuhan dalam hidup Ibu Teresa! Dari sini saya juga belajar bahwa kasih bukanlah sekedar sebuah perasaan (seperti ketika orang berpacaran atau merindukan pasangannya) namun kasih juga dapat menjadi sebuah kekuatan. Orang sering menyebutnya
sebagai the power of love.

Ada juga kisah lain tentang bagaimana Ibu Teresa begitu mengimani bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Dalam bukunya yang berjudul In the Heart of the World, Ibu Teresa menulis: Di Calcutta, kami memasak untuk sembilan ribu orang setiap hari.
Suatu hari, seorang suster datang dan berkata : "Ibu, tidak adasesuatu pun untuk dimakan. Tidak ada sesuatu pun untuk diberikan kepada orang-orang itu." Saya tidak mempunyai jawaban. Dan kemudian pada jam sembilan pagi itu, sebuah truk penuh dengan roti datang ke rumah kami. Setiap hari pemerintah memberikan sepotong roti dan susu
kepada anak-anak miskin di sekolah. Tetapi hari itu tidak seorang pun tahu kenapa semua sekolah tiba-tiba diliburkan. Dan semua roti diantar ke rumah Ibu Teresa.

Lihat, Allah meliburkan sekolah. Dia tidak membiarkan orang-orang kita pergi tanpa makanan. Dan inilah pertama kalinya dalam hidup mereka saya kira, bahwa mereka mendapatkan roti yang baik seperti itu dan dalam jumlah yang amat banyak. Dengan cara ini Anda bisa melihat kelembutan hati Allah.

Bisa jadi pengalaman seperti itu juga pernah terjadi dalam hidup Anda. Saya sendiri pernah mengalami beberapa kejadian luar biasa yang hingga hari ini amat sulit saya jelaskan dengan logika. Dari perjalanan itu saya mengimani bahwa dalam hidup ini tidak ada yang namanya kebetulan jika kita senantiasa mau melihatnya dengan mata
iman. Pengalaman hidup tersebut juga membuat saya semakin memahami tentang penyelenggaran Ilahi dalam kehidupan orang yang percaya dan berserah kepada-Nya.

"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia (2 Tawarikh 16:9)." Tuhan menyertai Anda selalu!

Rabu, 09 September 2009

KAKA - a Life Story


KAKA: "I belong to Jesus"

Lahir di Brasilia tahun 1982 dengan nama Ricardo Izecson dos Santos Leite, Kaka lahir dari sebuah keluarga penginjil yang kaya raya. Namun hal itu tidak membuat ia menjadi sombong dengan mengandalkan kekayaan keluarganya, ataupun mengikuti jalan hidup keluarganya dengan menjadi penginjil. Kaka punya jalannya sendiri dan caranya
sendiri.

Sejak kecil ia sangat menyukai sepakbola, bahkan dalam usia remaja ia menjadi pemain yang cukup terkenal didaerahnya dengan bermain sebagai pemain cadangan di klub San Paulo.

Namun pada usia 18 tahun sebuah bencana terjadi, ia mengalami cidera punggung yang serius saat sedang berenang. Dokter mengatakan ia tidak bisa bermain sepakbola lagi, bahkan kemungkinan besar akan lumpuh akbibat cidera itu. Tidak ada tindakan operasi atau terapi yang bisa menyelamatkannya.

Hidup Kaka hancur berantakan saat itu, kecintaannya pada sepakbola demikian besar, kini semua harus berakhir, bahkan sisa hidupnya harus diisi dengan menjalani kelumpuhannya.

Namun Kaka tahu kemana ia harus minta tolong saat dokter sudah angkat tangan. Kaka bergumul dengan Tuhan, tak putus-putusnya ia berdoa memohon kesembuhannya. Ia bernazar pada Tuhan, bila ia sembuh dan dapat bermain sepakbola lagi, ia akan mempersembahkan seluruh prestasinya itu pada Tuhan Yesus.

Dan keajaibanpun terjadi, setahun setelah kecelakaannya itu tepatnya tahun 2001, Tuhan menyembuhkannya, ia sembuh total dari sakitnya. Bahkan ia dapat merumput bermain sepakbola lagi. Tuhan juga memberikan hadiah bonus, ia tidak lagi menjadi pemain cadangan melainkan menjadi pemain utama dan andalan dalam klubnya.

Tuhan membuat permainan Kaka menjadi begitu hebat sehingga manager tim nasional Brazil terpikat akan permainannya, dan memanggil Kaka untuk mengenakan baju kebesaran tim Brazil, emas dan hijau, dipercaya untuk bertarung di piala dunia 2002.

Dari sekian banyak bakat baru bersinar di Brazil, ia hanyalah seorang pemain muda yang belum setahun membela klubnya, namun sudah dipanggil masuk tim nasional. Bagi Kaka itu adalah keajaiban dan anugerah yang besar baginya.

Walaupun dia hanya jadi pemain cadangan dan duduk dipinggir lapangan menonton pertandingan para seniornya di piala dunia, namun Kaka sudah sangat senang dapat ikut serta dalam kompetisi sebesar piala dunia. Kaka tidak menyadari Tuhan sedang menyediakan keajaiban lainnya bagi dia.

Beberapa pertandingan berjalan begitu keras bagi Brazil, sehingga beberapa pemain bintang harus disimpan karena cidera. Datanglah kesempatan bagi Kaka untuk turun membela timnya. Dibawah pembelaannya Brazilpun menang, peristiwa legendaris yang menggemparkan dunia itupun terjadi, Kaka mengangkat seragam-nya dan di baliknya ada
sebuah tulisan yang menggegerkan, kaos putih itu bertuliskan "I Love Jesus".

Itu terus dilakukannya setiap kali teman-temannya merayakan gol. Dan akhirnya Brazil-pun memenangkan Piala Dunia 2002, setelah menaklukan Jerman di final dengan skor 2-0. Dalam parade kemenangan dinegaranya sendiri, kaos kesayangan yang bertuliskan 'I love Jesus' itu tidak pernah dilepasnya. Hal itu menginspirasi banyak pemain Brazil (bahkan pemain negara lain) melakukan hal yang sama.

Saat diwawancara oleh stasiun TV dan ditanya mengapa ia melakukan hal itu, ia berkata, "Saya ingin memperlihatkan dengan hidup dan kerja saya, apa yang telah Tuhan lakukan bagi saya, supaya orang lain dapat melihat apa yang Tuhan bisa lakukan dalam kehidupan mereka."

Permainannya yang cantik di Piala Dunia tidak luput dari perhatian sebuah klub raksasa di Italia, AC Milan. Tidak lama kemudian mereka meminta Kaka masuk dalam timnya sebagai pemain utama. Kaka-pun pindah bergabung dengan AC Milan, masuk dalam liga Italia yang keras dan penuh bintang. Namun dalam musim pertamanya di Liga Italia seri A, ia langsung menyumbangkan gelar juara scudetto bagi AC Milan.

Dalam waktu singkat Kaka menjadi bintang dan pujaan banyak orang khususnya wanita, kegantengannya yang seperti seorang bintang film membuat ia selalu dikejar-kejar fans wanita, dimanapun ia berada akan selalu ada jeritan gadis-gadis muda yang mengaguminya.

Namun cinta dan kesetiannya hanya pada Caroline Celico, kekasihnya yang jauh di Brazil. Walaupun kehidupan pemain sepakbola selalu dikeliling wanita-wanita cantik super model, atau pesta-pesta kemenangan, Kaka selalu menghindari semuanya itu. Ia bahkan tidak mau membawa Caroline tinggal dengannya di Italia sebelum pernikahan,
seperti yang dilakukan para pemain bola di liga-liga besar.

Tahun 2005, Kaka meminang Caroline, dalam sebuah upacara perkawinan yang sangat sederhana, sangat berbeda dengan pernikahan selebritis lain yang super mewah. Dalam jumpa pers ia menyatakan bahwa ia masih perjaka dan Caroline masih perawan.

"Itu adalah periode yang penting, sebuah ujian untuk cinta kami berdua. Saya seorang pria normal dan pasti tergoda untuk melakukan hubungan sebelum pernikahan, tapi saya bisa melewatinya. Malam pertama kami juga ditandai darah keperawanan, sebagai tanda cinta suci kami."

Walaupun sebuah isu pindah agama sempat menerpanya diakhir tahun 2006, namun Kaka membuktikan pada mata dunia, bahwa ia adalah murid Kristus sejati dalam final liga Champion Mei 2007. Menjadi pahlawan kemenangan melawan Liverpool, Kaka langsung merayakan golnya dengan membuka kaosnya dan menunjukan tulisan "I belong to Jesus" kemudian berlutut berdoa bersyukur ditengah lapangan. Teman-temannya yang lain
turut merayakannya, tapi mereka mengerti dan tidak mengganggu Kaka yang sedang berdoa. Peristiwa ini ditonton jutaan pemirsa yang menyaksikan final Liga Champion 2007.

Bagi Kaka beserta seluruh pemain dan pendukung AC Milan, kemenangan ini merupakan mujizat. Tidak ada yang menyangka AC Milan akan menang, ditengah kepungan 3 raksasa Inggris yang diunggulkan yaitu Manchester United, Chelsea dan Liverpool.

Kaka menjadi Top Skorer dalam Liga Champion, pertarungan liga paling bergengsi dan tertinggi diseluruh dunia. Membuatnya dinobatkan sebagai raja oleh para media Italia, dan pantas dinobatkan sebagai pemain terbaik didunia.

Kamis, 03 September 2009

Foto Di Atas Meja


Seorang artis pencandu obat-obatan dan divonis oleh dokter bahwa dia terkena virus HIV, kini tergolek sekarat di rumahnya. Seorang teman datang untuk menghibur dan mencoba menguatkan imannya. Namun dosa-dosa yang telah diperbuat sang artis ini telah membutakan nya sehingga dia merasa sangat putus asa. "Aku berdosa', katanya. "Aku telah menghancurkan hidupku sendiri dan kehidupan banyak orang di sekelilingku. Sekarang aku tersiksa dan tidak ada lagi yang bisa aku perbuat untuk memperbaikinya. Aku akan masuk neraka."

Temannya ini meihat ada sebuah potret gadis kecil yang cantik dan lucu dengan figura indah di atas meja kecil di samping tempat tidur sang artis. Lalu dia bertanya,"Foto siapa ini?"

Mendengar pertanyaan itu, si artis bangkit semangatnya dan menjawab dengan antusias, " Itu putriku. Dia adalah mutiara hidupku. Satu-satunya yang terindah yang aku miliki."

"Apakah kamu akan menolongnya jika dia mendapat kesulitan atau apakah kamu memaafkannya apabila dia melakukan kesalahan. Apakah kamu masih menyayanginya?", tanya sang teman.

"Tentu saja," jawab sang artis. "Aku akan melakukan apapun demi dia. Mengapa kamu bertanya seperti ini?"

"Saya ingin kamu tahu bahwa Allah juga punya foto dirimu di atas mejanya."

Sang artis tersentak. Sudah lama ia tidak mendengar kata Allah dan bahkan tidak pernah mengucapkannya.

Saudara, mengapa kita sering menghakimi diri kita sendiri dengan tuduhan-tuduhan yang kejam, dengan pikiran-pikiran yang jelek? Kalau kita saja mengahkimi diri sendiri seperti itu, bagaimana dengan orang lain? Apakah kita lupa, bahwa kita ini milik kepunyaan Allah? Apakah kita lupa pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib adalah untuk membuktikan kepada kita bahwa kita ini berharga dan mulia. Kita sangat sangat dikasihi-Nya. Seburuk apapun kesalahan dan pelanggaran kita, Allah mau mengampuninya. Kasih-Nya menutupi semuanya. Kasih-Nya tulus, yang dibuktikanNya dengan datang sebagai Bayi kecil, kemudian Dia mencurahkan darah-Nya untuk menebus kita dan menguduskan kita sekali untuk selamanya. Dia bukan hanya mempunyai foto diri kita, tapi juga keseluruhan hidup kita. Kita harus bersyukur karena kita terpahat ditanganNya,-

Bapa telah terlebih dahulu mengetahui tahun2 hidupmu, mengamati setiap hal yang kau lakukan, Dia tahu bahwa ada saat2 kau mengambil keputusan yang keliru dan melukai hatiNya dengan pilihan yang kau buat, tapi itu sama sekali tidak menghentikan Dia untuk mengulurkan tanganNya dan menawarkan keselamatan padamu, kan?

Never give up under any circumstances!!

Selasa, 25 Agustus 2009

The Passion of Jim Caviezel


Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film "The Passion Of Jesus Christ". Inilah kesaksiannya. . .

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN-PERAN KECIL DALAM FILM-FILM YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA SEBELUM "THE PASSION" ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL "THE THIN RED LINE". ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.

Dalam "The Thin Red Line", Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik
perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

"Saya terkejut pada suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, "Hallo ini, Mel". Kata suara dari telpon tersebut. "Mel siapa?" tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu aktor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film-film lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek Aramik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah risiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai aktor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan risiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood. Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. "Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?"

Mel menggeleng setengah terperangah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di "Thin Red Line".

"Baiklah, Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung risikonya, mari kita buat film ini!"

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, "Dapatkah saya melakukannya? " Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banyak referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunan-Nya melakukan semua ini.

Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seseorang yang dalam hubungan intim dengan-Nya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran mungkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.

Dan kini saya telah berada di puncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendak-Mu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting dan membuat saya sangat tertekan.

Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu di pundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.

Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu.

Saya berkata pada Mel, "Saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini."

Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat di dalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm.

Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan di tanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan. Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung di atas kayu salib, di atas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia.
Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru kepada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwa-Nya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mukjizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada di atas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung di atas
kayu salib itu, disamping kami ada di bukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang. Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul di sekeliling saya, sambil berteriak-teriak, "Dia sadar! Dia sadar!".

"Apa yang telah terjadi?" tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya di atas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mukjizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, "Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi? Apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan?" Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat kepada-Nya,
supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada di situ, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diri-Nya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton "The Passion Of Jesus Christ", tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.

Tetap pandang hanya kepada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul dalam doa selama pembuatan film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

Sumber: Email kiriman Sdri. Debbie

Kamis, 13 Agustus 2009

Wawancara dengan Babe Yesus (3)

Aku : "Zzzzz Zzzzz Zzzzz......"

TUHAN : "Bangun !!!"

Aku : "Hmmm.... siapa ya ?"

Tuhan : "AKU ??? AKU TUHAN. AKU dengar di doamu, kau ingin bicara langsung dengan-KU, maka doamu KU-kabulkan."

Aku (tertegun) : "Oh, aku tidak menyangka doaku dikabulkan,. Lalu kita ada di mana ?"

TUHAN : "Di dalam mimpimu, ini media paling mudah untuk berbicara."

AKU (tertegun) : "Ooooh..."

TUHAN : "KU-dengar di doamu, kau ingin mengajukan pertanyaan kepada KU. AKU ingin mendengarnya sekarang."

Aku : "Benar. Bisakah sekarang kumulai ?"

Tuhan : "Tentu."

Aku : "TUHAN, tahukah ENGKAU bahwa dunia yg KAU ciptakan ini penuh dengan ketidakadilan. Banyak orang percaya dianiaya. Orang benar menderita. Itu tidak adil TUHAN !"

TUHAN : "Menurutmu, apakah adil, ketika AKU mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosamu??"

Aku : "Kalau begitu, semua orang benar harus menderita di dunia, begitu ?"

TUHAN : "Apakah penderitaan itu selamanya ? Mengapa ketika menderita manusia selalu bertanya "mengapa harus aku?". Tetapi, ketika senang, mereka tidak pernah bertanya, "mengapa harus aku ?"

Aku : "Kalau begitu, mengapa banyak orang jahat hidup senang ?"

TUHAN : "Kau yakin ?"

Aku : "Ya... walaupun tidak semua ..."

Tuhan : "Kalau begitu, cobalah jadi jahat, dan lihatlah, seberapa lama kau akan senang, kau bisa membuktikannya sendiri."

Aku : "Hidup ini terlalu rumit untuk dijalani, mengapa KAU selalu mendatangkan cobaan dan masalah?"

TUHAN: "Masalah KU-datangkan bukan untuk disesali dan dikeluhi, tapi untuk diselesaikan. Cobaan KU-datangkan untuk menunjukkan adanya diri-KU, dan perlunya berserah pada-KU."

Aku : "Tapi, setiap masalah datang, Aku selalu berdoa meminta jalan keluar. Tetapi, kadang KAU tidak memberinya ? Mengapa ?"

TUHAN : "Mengapa ? Pertanyaan bagus! Mengapa setiap firman yang KU-perintahkan padamu, kau tidak pernah melakukannya atau selalu menunda-nunda ? Sebelum engkau menuai, menaburlah terlebih dahulu."

Aku : "Mengapa manusia tidak pernah puas terhadap dirinya ?"

TUHAN : "Manusia tidak akan menyadari betapa berharganya sesuatu, sampai mereka kehilangan semuanya.

Aku : "Karena itulah TUHAN, mengapa penyesalan selalu datang terlambat? Itu menyebalkan..."

TUHAN : "Kalau belum terlambat, bukan penyesalan namanya. Kalau belum menyesal, manusia tidak akan pernah tahu dimana letak kesalahannya."

Aku : "Memang benar. Tapi, penyesalan selalu mendatangkan penderitaan."

TUHAN : "Ketika penyesalan datang, manusia diberi 2 pilihan. Pertama, segera bangkit dan meninggalkan duka-citanya. Itu membuat manusia makin kuat dan terasah. Kedua, berkata : "Aku tidak kuat, beban ini terlalu berat untuk dijalani". itu mendatangkan penderitaan."

Aku : "Perlukah aku memelihara doa dan waktu untuk-MU setiap harinya ?"

Tuhan : "Perlukah AKU mejagamu dan mengawasimu setiap harinya ?"

Aku : "TUHAN, seringkali aku sudah berusaha dan berusaha, tapi selau gagal ! Mengapa?"

TUHAN : "Berapa kali kau mencoba ?"

Aku : "Katakanlah 10 kali."

TUHAN : "Bagus. Kalau begitu kau sudah mengetahui 10 cara yg tidak berhasil. Jangan samakan kegagalan dengan pengalaman. Manusia tidak pernah gagal, sampai dia berhenti berusaha."

Aku : "Tapi, semua itu terlalu beresiko TUHAN. Setiap usaha mempunyai resiko."

TUHAN : "Sesungguhnya, ketika kau takut mengambil satu resiko, kau telah mengambil resiko yang tersisa, yaitu kau tidak akan pernah berhasil !"

Aku : "Kalau begitu, bagaimana cara mendapat kesenangan hidup ?"

TUHAN : "Cintailah dirimu sendiri, dan senantiasa bersyukur. Hidup ini sebenarnya indah. Jika masalah datang, jangan biarkan masalah menguasai dirimu, tetapi belajarlah menguasai masalah. Ah, waktu kita habis, kau sudah harus bangun pagi..."

Aku : "Kapan kita bisa berbicara seperti ini lagi ?"

Tuhan : "Kapanpun. Sebenarnya jarak Kita hanya dipisahkan oleh doa."

Aku : "Oke, terima kasih TUHAN atas pembicaraan yg indah ini."

TUHAN : "Sama-sama."

Aku pun terbangun dari mimpiku......

TUHAN Memberkati

Selasa, 11 Agustus 2009

Ujian Suku Indian

"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. IA takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap" (Mazmur 121: 2-3)

Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.

Anak laki-laki tersebut dibawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut.

Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan "begitu kejam" melepaskan anak-anakNya kedalam dunia yang jahat ini. Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti Ia setia, Ia mengasihi kita, dan Ia selalu ada bagi kita..

Selasa, 21 Juli 2009

Suara Malaikat

Diantara marinir-marinir AS yang berperang melawan Jepang pada PD II, ada seorang pemuda berusia 21 tahun, Kopral William Devers, yang menyatakan dirinya atheis. Tak satupun argument, kutipan Alkitab atau paksaan dari teman-teman marinirnya atau pendeta tentara yang dapat menggoyahkannya. Selama kompi Mayor Satu menghadapi Jepang, sejumlah unit terbunuh dan pendeta tentara terluka. Dalam kesakitan yang amat sangat,pendeta itu memanggil Devers, “ Di kantongku sebelah kiri…ambillah..kumohon… Semalam aku bermimpi. Dalam mimipi malaikat menampakkan diri dan mengatakan bahwa Aku harus membuatmu mengambil Alkitab ini. Ambillah nak, kumohon.” Devers memasukkan ALkitab itu ke dalam kantongnya untuk memuaskan orang yang terluka itu.

20 menit kemudian, pasukan Kopral Devers tertangkap oleh patroli Jepang, dan sebelumnya dia mengetahui apa yang telah terjai, dia tergeletak ditanah, pikirannya menghadapi kegelapan, pasti dia sedang sekarat. Ketika dia sadar, dia merasakan luka tembak di dadanya, tidak ada darah.

Peluru menembus ke dalam Alkitab yang dibawanya di dalam kantong, bersarang di kitab Mazmur, yang berbunyi demikian, :
“Walau seribu orang rebah disisimu, dan sepuluh ribu disebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.”

James Pruitt (Chicken Soup)