Senin, 30 Juni 2008

Anjing yang Cerdas

Suatu hari seorang penjual daging terkejut mendapati seekor anjing masuk ke tokonya. Penjual itu mengusirnya. Tetapi tak lama kemudian anjing itu masuk lagi.

Penasaran, penjual daging itu mendekat dan melihat anjing itu menggigit satu catatan kecil di mulutnya. Dia mengambil catatan itu dan membacanya, "Saya ingin membeli satu kilo daging sapi dan setengah kilo sosis. Uangnya ada di mulut anjing ini."

Penjual itu mengamati mulut anjing itu dan benarlah ada uang seratus ribuan di dalamnya. Penjual itu kemudian segera membungkuskan pesanannya tuan dari anjing itu. Dia sangat terkesan. Dan karena hari sudah sore dan sudah mau tutup, penjual itu memutuskan untuk menutup tokonya dan membuntuti anjing itu.

Anjing itu berjalan menyusuri jalan dan sampailah ke sebuah jalan besar. Anjing itu berhenti dan meletakkan bungkusan belanjaannya, melompat dan menekan tombol lampu penyeberangan jalan. Kemudian ia menunggu dengan sabar sampai lampunya berubah hijau, mengambil bungkusannya dan menyeberang jalan. Si penjual daging terus membuntutinya.

Kemudian sampailah anjing itu di sebuah halte bus dan mulai melihat jadwal bus.

Penjual itu masih terkesan dengan anjing itu. Bus datang anjing itu kemudian berjalan ke depan bus melihat nomor busnya dan kemudian naik ke dalamnya. Penjual daging itu dengan mulut ternganga (karena kagum) juga ikut naik.

Bus itu melaju hingga sampai di pinggiran kota. Anjing itu duduk dan melihat-lihat pemandangan di luar jendela sedangkan penjual daging itu melihat anjing itu dengan pandangan kagum dan heran. Tiba-tiba anjing itu berjalan ke depan dan berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Kedua kaki di depannya menekan tombol untuk memberhentikan bus (dengan kantung belanjaan masih tergigit di mulutnya). Bus berhenti. Anjing dan penjual itu turun.

Kemudian anjing itu berjalan dan penjual itu mengikutinya ke sebuah rumah kecil. Anjing itu meletakkan kantung belanjaannya di depan pintu. Ia kemudian berjalan mundur beberapa langkah, kemudian berlari menerjang pintu tersebut. Ia mundur lagi beberapa langkah dan menerjang lagi. Tidak ada jawaban.

Di saat ketiga kalinya anjing itu mundur beberapa langkah untuk menerjang pintu itu lagi, tiba-tiba seorang pria gemuk besar keluar dan mulai memukuli anjing itu. Orang itu memukuli, menendangi dan memarahi anjing itu.

Penjual daging itu segera menghentikan orang gemuk itu. "Apa yang Anda lakukan? Anjing Anda jenius! Dia bisa jadi terkenal dan tampil di TV!"

Orang gemuk itu menjawab, "Kamu sebut dia pintar? Ini kedua kalinya anjing bodoh ini lupa bawa kunci!"

Tak pernah puas.

Salah satu sifat dasar manusia yang paling mendasar adalah tidak pernah puas. Selalu ingin lebih dan lebih. Bahkan kecenderungan tak pernah puas ini bisa berimbas kepada bawahan atau karyawan kita.

Sekalipun karyawan kita sudah sangat cerdas dan berusaha mati-matian, tetap saja kadangkala kita selalu mencari-cari kesalahannya dan selalu saja ada alasan untuk mempersalahkan mereka. Banyak perusahaan bankrut hanya karena pemimpin tidak bisa menghargai karyawannya.

Pemimpin yang bebal adalah pemimpin yang punya ego besar yang tidak mau mendengar pendapat dari rekannya dan bawahannya.

Mengapa? Karena gengsi.

Orang semacam ini tak akan pernah puas. Karena mereka selalu berpikir tentang "aku", "aku" dan "aku". Orang yang bahagia dan produktif selalu mementingkan orang lain.

Alkitab berkata di
Matius 20:26-27, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu."

Minggu, 29 Juni 2008

Sesuai atau tidak sesuai?

Apa yang terjadi apabila suatu hari Anda ditawari sebuah tawaran investasi yang menarik tetapi membutuhkan modal yang super besar?

Inilah yang dialami oleh John kemarin. Saat menghadiri sebuah gathering di salah satu cafe di kawasan pusat Surabaya kemarin, John ditawari oleh seorang rekannya untuk menjadi salah satu investor di sebuah network marketing. Tidak tanggung-tanggung, minimal investasinya dipatok seratus juta ke atas!!

Sedangkan latar belakang John adalah seorang karyawan biasa dengan penghasilan per bulan tidak sampai lima juta rupiah.

Tampak investasi tersebut amat sangat menggiurkan. Balik modal hanya dalam kurun waktu sebelas bulan dan penghasilan berikutnya tiga puluh juta per bulan. Namun, sekali lagi kendalanya, modal untuk berinvestasi awal adalah seratus juta! Menjanjikan, namun juga mematikan.

John berpikir keras. Ia sangat ingin mengikuti investasi ini. Selain menjanjikan, investasi ini juga telah diikuti oleh temannya dan ternyata berhasil! Tapi seratus juta!? Uang dari mana!? Pinjam sana sini, uang seratus juta bukan jumlah yang kecil. Kalau pun seratus juta sudah didapat, apakah benar-benar John bisa menjalani usaha ini sehingga akan bisa balik modal dalam waktu singkat?

Pada perjalanan pulang malam setelah pertemuan itu, John berdoa.
John sangat ingin mengikuti investasi itu. Ingin sekali! Tapi apa daya modal tidak ada!?

Di tengah asyiknya John berdoa, terdengar suara...
"AnakKu, engkau begitu ingin untuk bergabung dengan bisnis ini. Namun bolehkah Saya menanyakan beberapa hal kepadamu?"

Sadar itu suara Tuhan, John menjawab, "Tuhan, John ingin ikut bisnis ini. Tapi... apa pertanyaan Tuhan pada John?"

"Apa motivasimu mengikuti bisnis ini?" tanya Tuhan lagi.

"John ingin juga sukses seperti teman John," jawab John.

"Baik. Seratus juta bagiKu adalah hal kecil. Aku bisa menyediakannya dalam sekejap mata. Tetapi, anakKu, sadarkah kamu kalau ikut-ikutan orang itu tidak baik?"

John terdiam.

"Aku tahu, karena Aku adalah Yang Maha Tahu. Selama ini Aku terus memberikan apa yang kamu mau dan apa yang kamu minta. Tapi sadarkah kamu, kalau kamu begini terus, kamu tidak akan bisa menjadi orang besar? Kamu hanya akan meminta dan meminta. Temanmu itu punya apa, kamu selalu minta. Temanmu punya mobil, kamu minta mobil. Dia punya rumah, kamu pun minta rumah."

John terdiam.

"Begitu pula pada malam hari ini. Temanmu punya bisnis dan kamu pun meminta bisnis. Tapi tidakkah kamu bertanya apakah apabila kamu terjun di bisnis ini memang sesuai dengan kehendakKu?" tanya Tuhan lembut.

John terdiam. Dia bagai disambar petir. Pertanyaan Tuhan begitu lembut, namun begitu tajam.
Selama ini John memang suka ikut-ikutan temannya. Temannya punya ini, maka John akan meminta Tuhan untuk memberikannya ini. Temannya punya itu dan John akan merengek pada Tuhan untuk memberinya itu. Dia hanya ikut-ikutan! Selama ini John tidak pernah peduli apakah ini dan itu sesuai atau tidak dengan kehendak Tuhan.

Kemudian Tuhan menyambung, "Selamanya kamu tidak akan menjadi orang besar apabila kamu hanya ikut-ikutan orang lain."

Yakobus 4:15-16
Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.

Blogger yang terkasih, berapa banyak dari kita yang menjadi korban mode? Ikut-ikutan orang lain padahal kita belum bertanya pada Tuhan apakah ini sesuai dengan kehendakNya atau tidak. Sama seperti John. Mungkin apabila Tuhan menghendaki John untuk terjun ke dalam bisnis ini, Tuhan akan langsung mengirimkan uang seratus juta padanya dan usahanya akan berjalan dengan sangat lancar.

Tetapi apabila Tuhan tidak menghendakinya, John akan kesulitan mencari modal untuk bisnis tersebut. Apabila sudah dapat pun, usahanya mungkin tidak akan berjalan dengan lancar.

Andalkan Tuhan dalam segala hal. Kalau Tuhan bilang "boleh" maka jalanilah. Kalau Tuhan berkata sebaliknya, maka sebaiknya patuhilah.

Blogger yang terkasih...
Belajarlah untuk peka terhadap suara Tuhan. Belajarlah untuk menyenangkan hatiNya. Belajarlah untuk taat. Karena hanya dengan mengikuti semua rencanaNya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu dan kamu tak akan berkekurangan.

Sang Dadu

Hidup ini seperti bermain ular tangga. Kita harus melempar dadu untuk terus berjalan. Dadu sendiri punya enam wajah. Apakah kita berjalan satu langkah saja atau enam langkah. Apakah di depan ada ular yang membuat Anda semakin turun, ataukah ada tangga yang membuat kita semakin naik?

Hidup itu pilihan, bukan nasib! Kamu mau menjadi orang baik atau jahat, mau jadi orang sukses atau miskin, mau diselamatkan atau tidak, semua itu PILIHAN! Tidak ada orang yang mengatakan hidup itu enak, atau hidup itu mudah. (Nobody said that life will be easy or fun!)...

Baca selengkapnya di sini.

Jumat, 27 Juni 2008

Manusia = Air ??

Di Jepang, ada satu penelitian yang cukup "gila" mengenai air. Seorang professor mengambil setetes air dan mengamatinya melalui sebuah mikroskop. Ternyata air dibentuk oleh molekul-molekul yang berbentuk heksagonal. Molekul-molekul heksagonal ini menyatu dan membentuk butiran-butiran air.

Professor tersebut menampung air dari sumber yang sama pada dua wadah transparan yang terpisah. Pada wadah yang pertama diberi label kata-kata yang positif seperti "Tuhan", "malaikat", "kebaikan" dan sebagainya. Sedangkan di wadah kedua diberi label negatif seperti "Iblis", "Setan", "dendam" dan sebagainya.

Beberapa minggu berlalu, air di kedua wadah tersebut diamati lagi. Hasilnya sungguh mengejutkan! Air pada wadah pertama yang diberi label positif mempunyai molekul heksagonal yang lebih berkilau, lebih sempurna dibandingkan dengan wadah kedua.

Tak puas dengan penelitian pertama, professor tersebut kemudian mengambil tiga wadah lagi dan menampung air dari sumber yang sama. Pada wadah pertama didekatkan kepada musik-musik yang ceria. Hasilnya, heksagonal yang terbentuk menjadi lebih berkilau dibandingkan sebelumnya. Wadah kedua didekatkan dengan musik patah-hati. Heksagonal yang terbentuk menyerupai patah-hati juga. Sedangkan wadah ketiga didekatkan pada musik heavy metal yang keras. Hasilnya, heksagonal yang ada menjadi tak sempurna, tak jelas dan agak keruh (tidak berkilau).

Artinya?

Ingat, sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air.

Bila air di alam saja bisa bereaksi dengan yang positif dan yang negatif, mengapa tubuh kita tidak? Bila kita sering mendengar pujian, kata-kata bijak, kalimat-kalimat positif, semangat dan perkataan positif lainnya, atau sering membaca artikel-artikel yang positif (seperti di blog ini), maka tubuh kita akan berkembang dengan baik. Aura yang dipancarkan juga akan lebih berkilau. Kita jadi lebih percaya diri, lebih bersemangat dalam hidup kita.

Sebaliknya apabila yang sering kita dengar adalah kalimat-kalimat negatif, sering diejek, perkataan meremehkan, penghinaan dalam keseharian kita, maka sudah jelas hidup kita kecenderungan akan menjadi pesimis, penakut, pecundang dan aura yang kita pancarkan akan tidak akan berkilau.

Filipi 4:8
Paulus meminta kita untuk berpikiran positif, optimis. Segala yang baik, itulah yang kita harus pikirkan. Maka niscaya hidup kita akan memancarkan aura Kristus yang terang dalam hidup kita. Orang lain akan merasakan hawa positif kita dan kita juga akan semakin bersemangat dalam hidup.

Rabu, 25 Juni 2008

Idola

Seorang anak baru saja mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi) pertamanya. Dia meminta ayahnya yang sangat kaya untuk membelikannya sebuah mobil baru. Ayahnya menjawab, “Begini saja. Dapat dulu nilai yang bagus, pelajari Alkitab dan potong rambutmu, maka kita baru bicarakan masalah ini lagi.”

Sebulan kemudian, anak itu kembali pada ayahnya dan meminta dibelikan mobil baru. Ayahnya berkata, “Anakku, aku sangat bangga padamu. Nilai-nilaimu bagus, kamu juga mempelajari Alkitab, tapi kamu tidak memotong pendek rambut gondrongmu itu!”

Anak itu terdiam sebentar lalu menjawab, “Tapi yah, Samson punya rambut yang panjang, Musa juga punya rambut panjang dan Nuh juga berambut panjang. Bahkan Yesus pun rambutnya panjang!”

Sambil mengambil napas dalam-dalam ayahnya menjawab, “Memang betul, Nak. Tapi mereka ke mana-mana dengan berjalan kaki!”

Reflection

Manusia, seringkali kita juga bertingkah seperti anak tersebut, Kita terlalu mengidolakan seseorang, bahkan sampai meniru segala sesuatu yang ada pada diri orang tersebut. Mungkin kita mengidolakan seorang artis, penyanyi atau bintang film. Seringkali kita meniru tokoh idola kita, mulai dari cara berjalan, cara berbicara bahkan tindak tanduknya sengaja dimirip-miripkan.

Apakah semua itu dosa? Tidak! Alkitab tidak mengatakan kalau kita meniru seseorang (selama itu dari sisi yang positif) itu dosa. Tetapi orang yang meniru tanpa melihat sedang di mana dan situasi apa adalah orang bodoh. Lebih bodoh lagi bila kita bertindak tidak pada tempatnya.

Pada dasarnya semua manusia itu diciptakan unik dan menarik oleh Tuhan. Seorang idola pada awalnya juga merupakan seorang manusia biasa yang berusaha keras untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidupnya. Perkembangan berikutnya, orang tersebut menjadi seorang idola karena bisa dijadikan panutan oleh orang-orang sekelilingnya.

Setiap orang pasti mempunyai seorang role model dalam hidupnya, entah orang tuanya, sahabatnya, artis atau tokoh-tokoh sukses lainnya. Pertanyaannya, apakah kita hanya bisa mengagumi orang tersebut tanpa belajar mengapa kita sampai bisa mengidolakan orang tersebut? Apakah kita akan meniru tokoh idola kita habis-habisan sampai seolah-olah kita kehilangan jati diri kita? Apakah kita hanya akan menuruti kata orang dan menjadi apa yang orang lain minta?

Ingatlah akan satu quotation yang bagus: “If you don’t take control of your life, somebody else will.”

Selasa, 24 Juni 2008

Uang Seribuan dan Seratus Ribuan

Suatu hari uang kertas seribu dan uang kertas seratus ribuan rupiah sedang bercakap-cakap dalam sebuah dompet.

Uang seratus ribuan mulai berkata, “Hidupku sangat menarik! Aku sudah pernah masuk ke berbagai hotel bintang lima di Indonesia. Bakrie pernah menggunakan aku ketika sedang mengerjakan proyek besar. Aku juga keluar masuk kasino dan bar di berbagai hotel di Bali. Banyak bule menggunakanku sebagai alat pembayaran mereka. Ketika bapak presiden sedang ada kunjungan ke daerah, aku pernah digunakan untuk membayar ketika pak presiden membeli segelas air mineral.”

Uang seribuan merespon dengan tatapan malas, “Whew, tidak seperti yang terjadi padaku dalam hidupku. Tapi, aku jadi sering-sering ke gereja.”


Lukas 21:1-4

Blogger yang terkasih, kita sering terlalu perhitungan dengan orang lain, baik dari segi hutang, maupun pemberian dan pembalasan. Misalnya saja ketika kita menghadiri pesta pernikahan si A dan kita memberi sebesar dua puluh ribu, maka apabila suatu hari si A menghadiri pesta Anda, maka si A akan memberi dua puluh ribu juga pada Anda.

Begitu pula ketika di gereja, kita cenderung memberi persembahan seribu sedangkan di dompet kita ada sepuluh lembar uang seratus ribuan.

Blogger yang terkasih, di sini penulis tidak meminta Anda untuk menyumbangkan seluruh isi dompet Anda pada gereja atau pada sesama. Paling tidak, bukan uang. Yang perlu Anda berikan semuanya pada Tuhan dan sesama adalah sesuatu yang lebih berharga daripada uang Anda; yaitu semua karunia yang terbaik yang ada pada diri Anda.

Bila Anda mempunyai karunia untuk bisa melawak, hiburlah orang lain dengan tulus.

Bila Anda mempunyai karunia untuk pintar mencukur rambut, cukurlah rambut para gelandangan dan perlakukan mereka seperti tamu-tamu salon lainnya.

Bila Anda mempunyai karunia menulis, tulislah yang terbaik yang bisa mengubahkan orang-orang yang membaca tulisan Anda.

Apapun karunia yang Anda miliki, jangan tanggung-tanggung memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama. Jangan memberikan talenta Anda senilai seribu kepada Tuhan dan orang lain sedangkan Anda mempunyai talenta seharga seratus ribu dalam diri Anda.

Minggu, 22 Juni 2008

Pesan Sang Ayah ...

Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Sebelum meninggal, ayah mereka berpesan dua hal :
1. Jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu
2. Jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :

Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang ibupun bertanya hal yang sama.

Jawab anak sulung :

Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.


Bagaimana dengan anda ?


Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda jika kita melihat dengan positif attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita .. pilihan ada di tangan kita.

  • Berusaha melakukan hal biasa yang dikerjakan dengan cara yang luar biasa.
  • Mengubah diri Anda sendiri, biasanya merupakan cara terbaik untuk merubah orang. _

Jumat, 20 Juni 2008

Berdua lebih baik daripada Sendirian ...

“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! “ (Pengkhotbah 4:9-10)

Allah menyukai berdua. Alkitab berkata di Matius 18; ada kuasa ketika dua atau lebih orang bedoa. Seorang saja dapat membawa seribu jiwa, namun berdua dapat membawa sepuluh ribu jiwa! Ketika ada persekutuan antara dua orang atau lebih di dalam Tuhan, Allah hadir di sana. Dan seperti Yesus yang mengutus murid-muridNya berdua-dua untuk mengemban misi, Allah akan mengirimkan seorang sahabat atau partner untuk berada di sisimu untuk membantumu mengemban misi kehidupanmu.

Mungkin Anda belum menemukan adanya seorang partner atau sahabat sekarang; namun ingatlah bahwa Anda takkan sendiri karena Allah besertamu.

Mengapa Anda tidak keluar dan menjadi seorang teman bagi orang yang membutuhkanmu? Adakah seseorang dalam hidupmu yang bisa Anda jangkau dan Anda beri kekuatan dan pengharapan? Dapatkah Anda menjadi seorang sahabat bagi seseorang yang sedang terjatuh? Terkadang sebuah telepon atau SMS sederhana bisa menjadi semangat bagi orang lain. Dukunglah teman Anda. Berdirilah di belakang mereka, dorong dan beri dukungan kepada mereka. Seiring dengan Anda menebar benih harapan dan iman, Allah juga akan membawa orang-orang lain untuk mendukung Anda, dan Anda akan maju sebagai lebih dari seorang pemenang dalam hidupmu.

Berdoalah:
Ya Bapa, terima kasih untuk kebaikanMu dan hadiratMu. Terima kasih atas penguatan oleh daripada RohMu. Ku datang memohon kepadaMu untuk menunjukkan jalan untuk memberkati dan mendukung orang di sekitarku. Dalam nama Yesus, Amin.

Kamis, 19 Juni 2008

Goresan Amatir -- rasa terima kasih yang dalam

Teruntuk semua saudaraku & sahabatku,

Kemarin (19/06) aku resmi menginjak usiaku yang ke-23. "Dua puluh tiga" jeh! Bukan usia yang muda lagi ini. Serasa waktu cepat sekali berlalu ya. Tak terasa kemaren baru cari kerja sekarang udah ulang tahun lagi...

Dua puluh tiga. Kalo kata orang-orang, sukses itu dimulai pada usia 30. Iya sih, tapi kalo mau sukses umur segitu paling tidak harus dimulai dari sekarang. Umur 23 bukan lagi anak-anak, bukan remaja. Ini adalah masa-masa di mana seorang pria sudah harus beranjak dewasa dan berpikiran matang, memikirkan masa depannya.


Muda, Semangat, Mandiri dan Antusias!!

Dua puluh tiga. Kalo mikirin aku udah umur segitu, sudah siap-siap untuk bekerja dan merintis karir untuk masa depanku. Sering aku mendengar seorang sahabatku berkata, "Mumpung kita masih muda, masih punya tenaga, masih semangat. Kalo ngga sekarang, kapan lagi?"
Hey man! Yang namanya Waktu itu selalu berjalan maju! Yang udah lewat udah ga bisa dikembalikan lagi. Ga mungkin aku bisa kembali lagi ke usia anak tujuh tahun yang masih tergantung pada orang tua! Sekarang waktunya untuk Mandiri, Semangat dan Antusias!! Mumpung masih muda, tunggu apa lagi??


Buah-buah Dua Puluh Tiga

Dua puluh tiga. Artinya udah dua puluh tiga tahun aku hidup di bumi ini ya? Errr....
kalo aku mikirin lagi, flashback singkat, apa-apa aja yang udah kuhasilkan bagi dunia ini.
Ternyata tak banyak. Selama dua puluh tiga tahun aku cuma hidup senang-senang, dimanja orang tua, berfoya-foya, penuh nafsu duniawi. Hampir tidak ada kontribusi yang berarti dariku untuk dunia, Tuhan dan apalagi untuk sesamaku. Semuanya hanya untuk diriku, diriku dan diriku.

hmm... Di usia kedua puluh tigaku ini, aku berkomitmen untuk mengubah diriku menjadi lebih baik. "Belum genap setahun bertobat sudah berangan-angan mengubah dunia dan sesama," pikir orang-orang. tetapi, ya... kita liat aja nanti. Dalam nama YESUS, James akan mengubahkan anak-anak muda blogger, anak-anak muda seluruh Indonesia dan bahkan seluruh dunia. Amin!


Tueeeennngggggkiiuuuu....



Sedari pagi tanggal 19 kemaren, aku udah dapet banyak ucapan selamat dari semua keluarga dan temen-temenku. Ada yang berupa SMS, ada yang nelpon, ada yang ucapan langsung. Bahkan tak hanya dari kalangan teman dan sahabat. Ada juga mantan pendengarku di radio tempatku bekerja dulu, bahkan dari kalangan penyiar sendiri pun tak lupa ultahku di-on air-kan. Beberapa lainnya mengucapkan selamat via friendster. Beberapa saudara gerejaku juga tidak melewatkannya. Di gym tempatku fitness sehari-harinya juga dapat. Yah... seneng banget!! Puol!!

James dari lubuk hati yang paling dalam mengucapkan Terima Kasih yang sebueesaarrr-buesarnyaaa... kepada semua-muanya!!!! Kalian adalah anugerah terindah di dalam hidupku! James tidak akan menyia-nyiakan kalian!

Dan hari itu, James membalas setiap SMS, setiap comment fs dengan unik pada setiap orangnya. Bukan template, bukan satu SMS yang sama. Semua reply SMS dan fsku adalah UNIK dan BERBEDA untuk tiap orangnya. Itu karena James bener-bener berterima kasih untuk setiap perhatian yang diberikan teman-teman semuanya!!


Dikerjain


Tapi semuanya ucapan selamat dari semua teman-temanku belum lengkap tanpa ucapan dari dua orang sahabatku; Romano dan Stevi. Dua orang paling berharga di hidupku sedari pagi nyuekin aku terus!! Kirain si Romano masih marah padaku soal tempo hari! SMS ga dibales, telpon ga diangkat. Stevi juga begitu! Ada apa ini? Apa kalian melupakan ulang tahunku!?!

Jam 7 malam, aku berpikir mungkin mereka akan menyediakan sebuah kejutan untukku. Aku pun pergi ke MSJ gereja dengan hati bersuka dengan harapan akan ada pesta kejutan atau surprise dari temen-temenku. Ternyata? Sepi!!! tidak ada apa-apa!!! Ada apa ini, pikirku?? Dalam hati aku masih terus berharap.

Jam 9 malam aku mulai menelepon Stevi, menanyakan kabarnya dan kalau-kalau ada sesuatu antara aku dan Romano. Stevi juga, lupa sama ultahku! Ngga memberi ucapan sama sekali!! Aku semakin kuatir.

Di tengah kekuatiranku aku menelepon Romano. Dia cuma bilang, "Aku dah mau pulang bro. Sori ya ta putus. Ntar wa bel lagi." Sesingkat itu!!! Tidak ada ucapan!? Lupakah ia!?!? Harapan di dalam hatiku sudah mulai menipis.

Jam 10 malam aku mulai kuatir. Aku kecewa dan depresi karena dua orang yang paling penting dalam hidupku melupakan ulang tahunku. Benar-benar kecewa! Dua orang sahabatku bahkan tidak ingat hari apa ini!?! Dalam hati aku masih terus berharap, tapi harapan itu makin lama makin hilang seiring dengan berjalannya waktu. Sebentar lagi sudah jam 12 malam. Itu artinya sebentar lagi sudah tanggal 20! Dan di mana kedua sahabatku ini???

Di tengah kekecewaan, aku menelepon pemimpinku (cc gembalaku). Aku pun mulai curhat. Mulai dari masalah penyebab keretakan rumah tanggaku (halah) dengan Romano, sampai ujung-ujungnya aku menumpahkan rasa kekecewaanku terhadap Romano dan Stevi.

Ce Andar cuma ngomong, "Sudah saatnya kamu memperbesar kapasitas hatimu. Jangan terlalu sempit. Mungkin ia masih sibuk atau apa sehingga melupakan ultahmu."

Kata-kata sederhana ini menampar aku. Sakit banget! Orang yang selama ini memperhatikan aku, paling peduli sama aku bisa lupa sama ultahku!?!? Kecewa sih... tapi ya mau gimana lagi... Kesibukan; itu alasan paling pas! Bahkan ke sahabat sendiri.

Waktu udah menunjukkan pukul 11 malam. Aku semakin kuatir! 1 jam lagi udah tanggal 20 dan kedua sahabatku belum ada kabar?? Aku sudah pasrah. Sekalipun tak ada kado, tak ada kejutan, paling tidak aku berharap ada ucapan via SMS sudah membuktikan kalau mereka tidak lupa! Di tengah asiknya mengobrol dengan ce Andar, tiba-tiba putus karena pulsaku abis. Bersamaan dengan itu, ada sebuah SMS masuk, "Bro, bisa tolong bukaiN piNtu?" dari Romano.

Cepet-cepet aku turun dan membuka pintu. Ternyata...

Sahabatku yang paling aku kasihi berdiri di luar, membawa sebuah tart ultah kecil di tangan kanannya dan kado di tangan kirinya sambil menyanyikan lagu ulang tahun. Aku terdiam. Ngga bisa ngomong apa-apa! Perasaanku campur aduk! Mau marah, ga tega. Mau nangis, jaim. Mau ketawa, gemanaaa geto! Campur aduk!!

Sesudah itu aku meniup lilin dan sahabatku menyalamiku dan memelukku. Saat itu rasanya aku pengen nangis. Udah kelilipen. Ngga bisa ngomong apa-apa! Aku cuman bilang, "Kejam kau, bro!" tapi hatiku saat itu bahagia sekali!

Romano ketawa-ketawa aja, "kena kau, bro! Kena!" Dia tersenyum puas, setelah ngerjain aku. Sedangkan aku berdiri, antara senang, bahagia dan sedikit jengkel karena mengira sahabatku melupakan ulang tahunku. Tak lama kemudian, Stevi dan Rovin datang juga. Stevi pun tidak lupa, hanya pura-pura lupa. Setelah itu susul menyusul SMS dari beberapa orang terdekatku. Malam itu, kami ngobrol dengan asyiknya sampai jam 1 lewat tengah malam.
Duh malunya aku setelah dibuka semuanya. Aku malu juga karena telah menuduh yang bukan-bukan pada dua orang sahabatku yang paling baik!

Malam kemaren, malam paling berkesan untukku. Sahabatku tidak melupakanku. Sahabatku tetep inget ultahku. Bahkan mereka sudah menyiapkan kado jauh-jauh hari sebelumnya. Kena deh aku!

A very Special Thank You I give to Romano & Stevi!! You're my best friends, ever!!! Aku akan memberi kalian yang terbaik di dalam hidupku! Apapun yang terbaik pada diri James, itulah yang akan James berikan! I love you all! You're my very precious diamonds!

Best friends are like diamonds; precious and rare, so I will keep them inside my treasure box in my heart.

Rabu, 18 Juni 2008

Kisah Sukses Teman Saya yang Pasti Membuat Anda Cemburu

If you don't go after what you want, you'll never have it. If you don't ask, the answer is always no. If you don't step forward, you're always in the same place.

Pada tahun 1998, ketika saya masih tinggal di rumah lama dan saat itu saya masih kecil, saya bertetangga dengan Ferry, seorang mahasiswa jurusan Kimia di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Mulanya, Ferry terlihat malas dan tidak pernah mengurus kuliahnya. Sehari-harinya hanya di rumah dan mengutak-atik komputer. Ke kampus pun hanya sekali-sekali. Akan tetapi komputer-komputer di rumahnya tidak pernah ketinggalan jaman, selalu model terbaru! Kami berkawan cukup dekat, karena saya selalu penasaran dengan komputer dan segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer.

Tahun 2000, saya pindah ke rumah baru sehingga tidak bertemu lagi dengannya.

Lima tahun kemudian tepatnya tahun 2003, saat saya sedang berjalan-jalan di sebuah IT center di Surabaya, secara tidak sengaja saya masuk ke sebuah toko komputer dan ternyata toko itu milik Ferry! Wow! Sebuah toko! Usaha sendiri, katanya.

Beberapa tahun kemudian, tahun 2005, saya juga secara tidak sengaja masuk ke toko Ferry ketika sedang berjalan-jalan di IT center tersebut. Pada saat itu, Ferry sudah menikah dan berkeluarga. Hal itu membuat saya terkejut. Tapi yang lebih mengejutkan lagi adalah, dari sebuah usaha kecil (satu toko) menjadi lima toko komputer dengan target pasar yang berbeda-beda! Satu menjadi lima hanya dalam kurun waktu 2 tahun!

Penasaran, saya pun menanyakan apa kiat suksesnya. Jawabannya pun hanya satu, "Semua itu karena Tuhan." Saat itu, saya merasa biasa-biasa saja dengan jawaban Ferry. Yah, semuanya akan menjawab begitu apabila sedang sukses, pikirku.

Sejak hari itu, saya dan Ferry pun mulai lagi berkawan baik. Hampir setiap minggu apabila saya ada waktu, saya selalu mengunjunginya di tokonya. Dan entah sejak kapan Ferry mulai menggeluti dunia fotografi. Setiap saya datang pasti Ferry selalu memperlihatkan hasil jepretannya dengan bangganya.

Tahun 2006, saya mulai sibuk dengan kuliah saya. Banyak waktu terbuang untuk kuliah dan skripsi saya sehingga saya pun hampir tidak pernah mampir-mampir lagi ke toko Ferry. Ferry juga mungkin terlalu sibuk dengan tokonya sehingga juga jarang-jarang lagi meneleponku. Apalagi saat itu anak keduanya baru saja lahir.

Setahun kemudian, tahun 2007 (atau tepatnya akhir tahun 2006) ketika saya sedang berjalan-jalan juga (kali ini di mall, bukan di IT center seperti biasanya) dan sedang ada pameran wedding di mall yang bersangkutan. karena merupakan hobiku untuk mengunjungi pameran, saya pun masuk ke area pameran perlengkapan pernikahan tersebut.

Ada sebuah stan besar yang didominasi triplek warna hitam yang mencolok, dengan beberapa foto besar dan mewah terpajang. Stan yang sangat menarik perhatian. Stan yang mewah. Dan di sana kulihat (lagi-lagi) Ferry duduk. Kaget dan tidak percaya, kusamperin.

Kami pun duduk dan mengobrol lama. Singkat cerita, dari semua ceritanya, dia sudah menutup semua toko komputernya dan memulai sebuah usaha yang baru: fotografi. Dan tidak tanggung-tanggung, target pasarnya adalah segmen menengah ke atas (itulah mengapa stannya begitu mewah). Dan herannya lagi, usaha yang barusan dirintis tidak sampai setahun ini sudah balik modal! Luar biasa!

Ferry, dari seorang mahasiswa jurusan Kimia, yang dulu kerja menservis komputer rusak, kemudian mempunyai satu usaha yang kemudian berkembang menjadi lima toko. Lima toko tersebut kemudian diubah menjadi modal usaha yang lain, sebuah foto studio mewah dan terkemuka di Surabaya.

Mungkin kita seringkali iri dengan kesuksesan yang dialami Ferry atau orang di sekitar kita. Tetapi yang kita lihat seringkali adalah hasilnya saja. Tak jarang kita mengabaikan perjuangan dan usaha mereka. Berapa banyak empedu yang sudah mereka minum. Berapa banyak kepahitan yang mereka rasakan. Tetapi seorang yang hanya duduk dan diam di tempat tidak akan bisa menjadi seorang yang sukses. Kita perlu mengambil langkah nyata. Bangkit ketika terjatuh. Jangan terlalu berpatokan pada masa lalu. Maju, dan berjuang untuk mendapatkan mimpi dan tujuan kita. Jangan lupa berdoa supaya Tuhan selalu menyertai langkah kita kemanapun kita pergi. God Bless You!!

Selasa, 17 Juni 2008

Why Me!?!

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; America Open (1968), Australia Open (1970) dan turnamen tenis paling bergengsi: Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh, ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.

Seorang penggemarnya menulis surat kepadanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita?"

Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis. Di antaranya 5 juta orang yang mau belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5000 mencapai turnamen Grand Slam, 50 orang berhasil mencapai ke Wimbledon. 4 orang di semifinal, 2 orang saja yang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya yang dipilih?' Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'"

Ayub 2:10

Saat Ayub sedang diberkati, Ayub sangat mensyukuri semua itu. Tetapi Ayub juga tidak menyalahkan Tuhan ketika semuanya hilang dan malah keadaan hidupnya bertambah parah.

Blogger yang terkasih, sadarkah Anda apabila selama ini kita sebagai manusia hanya mau menerima yang baik-baik saja dari Tuhan, dan apabila kita sedang berada dalam masalah kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapa harus saya yang mengalami hal ini?" Kita menganggap Tuhan tidak adil, kejam dan sebagainya. Sedangkan ketika kita sedang berada di puncak, kerapkali kita melupakan Tuhan.

Blogger yang terkasih, contohlah Ayub. Dalam keadaan diberkati dan dicobai, berkelimpahan dan berkekurangan, senang dan susah, Ayub selalu berpegang teguh pada pengharapan pada Tuhan. Itulah cerminan hidup yang harus ditiru.

Jembatan

Alkisah di suatu pinggiran kota ada sebuah sungai lebar dan ada sebuah jembatan besar yang menjembatani ujung satu dengan ujung yang lainnya. Sehari-harinya jembatan itu terbuka karena kapal-kapal yang lewat di sungai tersebut. Apabila ada kereta api yang hendak melintas, maka jembatan itu harus diturunkan dan disatukan sehingga kereta api bisa melintas. Begitu kereta api lewat, maka jembatan akan dinaikkan kembali.

Untuk menaikkan atau menurunkan jembatan itu seorang bapak tua dipercayakan untuk menjalankan tuas. Ia sehari-harinya duduk di sebuah bangunan kecil di sisi kiri sungai tersebut untuk mengatur control tuas tersebut.

Suatu malam, seperti biasa pak tua itu sedang menunggu kereta api terakhir yang lewat. Ia melihat di kejauhan ada cahaya samar-samar dari lampu kereta api. Ia pun kemudian masuk dan menurunkan jembatan.

Tetapi sesuatu terjadi. Mendadak tuasnya macet dan jembatan tidak bisa diturunkan. Bila jembatan tidak diturunkan, maka kereta api yang lewat akan terus dan mencebur ke sungai. Pak tua itu tahu persis kalau kereta api tersebut bermuatan penumpang dan bukan barang. Dan apabila kereta api tersebut menabrak dan masuk ke sungai akan memakan banyak korban jiwa!
Pak tua itu kemudian berlari menuruni tangga ke bawah jembatan tersebut. Di bawah jembatan tersebut ada sebuah tuas untuk menurunkan jembatan secara manual. Tetapi tuas tersebut tidak bisa terkunci secara otomatis sehingga perlu seseorang untuk menahan tuas tersebut hingga kereta api lewat.

Pak tua itu menahan tuas tersebut sebisa mungkin hingga kereta api lewat. Ia mendengar suara kereta api makin lama makin mendekat. Dia harus mempertahankan posisi kereta tersebut karena apabila tidak, maka banyak jiwa yang akan melayang karena kelalaiannya.
Tiba-tiba terdengar suara dari ujung sana. Anak laki-lakinya yang berumur empat tahun keluar dari bangunan kontrol dan mencari-cari ayahnya.

“Ayah! Ayah! Ayah di mana?” serunya sambil berjalan hati-hati dalam kegelapan mencari-cari ayahnya.

Pak tua tersebut langsung pucat! Sekujur tubuhnya menjadi dingin melihat anak tersebut berjalan di rel kereta api tersebut. “Lari!! Cepat lari dari sana!!” serunya.
Tetapi sepasang kaki mungil putranya itu tidak akan bisa membuat anak itu lari cepat menghindar.

Hampir saja pak tua itu berlari untuk menyelematkan anaknya. Tetapi kemudian pak tua tersebut menyadari kalau ia tidak akan bisa kembali tepat pada waktunya untuk mempertahankan posisi jembatan apabila ia meninggalkan tuas tersebut. Selama sepersekian detik pak tua tersebut harus mengambil keputusan sulit: tetap mempertahankan posisi jembatan atau lari menyelamatkan putranya.

Beberapa saat kemudian kereta api berjalan dengan mulus, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Seluruh penumpang di kereta itu tidak menyadari kalau ada seorang anak kecil yang tertabrak dan terlempar ke dalam sungai. Mereka juga tidak menyadari malam itu seorang pria tua yang malang menangis sambil terus memegangi tuas tersebut.

Mereka juga tidak melihat langkah gontai pak tua tersebut ketika pulang. Langkah yang lebih pelan dari biasanya ketika berjalan pulang ke rumah, memberi tahu keluarganya begitu tragis kematian putra mereka.

Tahukah Anda begitulah perasaan Bapa di surga ketika putraNya yang tunggal mati di kayu salib. Seorang Bapa yang rela mengorbankan anakNya hanya untuk mempertahankan posisi jembatan yang menghubungkan kita manusia dengan hidup yang abadi. Mungkin itulah mengapa langit terbuka dan bumi bergoncang, berkabung ketika Yesus mati di kayu salib. Sudah saatnya kita menyadari pengorbanan Yesus di kayu salib adalah mati untuk menebus dosa kita.

Minggu, 15 Juni 2008

Tips Berkendara tanpa harus Emosi

Mengendalikan emosi saat kita sedang berkendara, ternyata tidaklah semudah yang kita bayangkan. Apalagi bila dipicu oleh sikap pengemudi lain yang ‘ugal-ugalan’ dan tidak santun di jalan raya, juga oleh berbagai kondisi kemacetan di jalan yang tidak mendukung. Hal itu tentu mempunyai efek yang buruk bagi kita juga.

Agar terhindar dari sasaran kemarahan orang lain atau mencegah diri sendiri terpancing emosi, berikut ini beberapa tips yang dapat digunakan agar kita tetap dapat berkendara dan menikmati perjalanan dengan aman dan nyaman.

Tips Mengendalikan Amarah

  • Rencanakan perjalanan Anda sejak awal dan beri waktu ekstra agar tidak terburu-buru di jalan serta perhitungkan kondisi jalanan, apakah jalan yang dilewati terbilang macet atau tidak Berdoalah dahulu sebelum Anda berkendara.
  • Disiplin dan taati peraturan lalu lintas.
  • Pergunakan tanda (lampu sen) bila Anda akan berbelok atau pindah jalur, agar pengemudi di belakang Anda mengerti arah tujuan kendaraan Anda.
  • Jaga jarak yang aman antara kendaraan Anda dengan kendaraan yang berada di depan Anda.
  • Kebanyakan tabrakan dari belakang disebabkan karena jarak yang terlalu dekat antar kendaraan tersebut.
  • Berkendaralah dengan tenang. Jangan biarkan suasana hati yang buruk menguasai Anda. Rasa amarah itu tidak sehat, dan
    tidak ada gunanya menyesal kemudian.
  • Hindari bahaya, dengan membiarkan terlebih dahulu pengendara yang agresif berada di muka Anda. Jangan terpancing emosi. Jangan menantang pengemudi yang agresif atau orang yang gemar menyalip dengan mempercepat atau sengaja memperlambat kendaraan Anda.
  • Bila di malam hari, jaga sinar lampu kendaraan Anda, khususnya saat Anda menggunakan lampu jarak jauh. Pastikan bahwa kendaraan yang berlawanan muka dengan Anda tidak terlalu silau akibat lampu yang Anda gunakan. Sebaiknya tidak menggunakan lampu jauh, kecuali bila memang diperlukan.
  • Hindari kontak mata dengan pengemudi yang agresif.
  • Jangan memberikan kode tangan/jari yang sifatnya menghina orang dan membahayakan Anda. Sebaliknya bila Anda yang menerima perlakuan tersebut, abaikan saja, jangan masukkan dalam hati, dan jangan membalas.
  • Kurangi penggunaan klakson, kecuali bila memang perlu.
  • Bila jalanan sedang macet/ramai, usahakan tetap tenang dan tidak terpancing emosi untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu, seperti memaki pengemudi lain yang berjalan lambat, dsb. Bila emosi Anda mulai terpancing, cobalah untuk beristighfar dan pasanglah musik yang lembut agar emosi Anda reda.

Yang terpenting dari semua itu, tetaplah tenang dan berpikiran jernih.
Ingatlah bahwa tujuan utama Anda adalah agar selamat sampai ke tempat tujuan.

Amsal 14:17 - tidak ada gunanya cepat naik darah karena akan tampak seperti orang yang bodoh dan tidak berakal budi, termasuk di jalan. Bersabarlah.

Jumat, 13 Juni 2008

4 Istri

Alkisah ada seorang pedagang yang sangat kaya raya yang memiliki 4 orang istri. Dia paling mencintai istri ke-4-nya dan selalu membelikannya gaun yang bagus dan memperlakukannya paling istimewa. Pedagang itu merawatnya dengan begitu baik dan selalu memberikan yang terbaik kepada istri ke-4-nya.

Pedagang itu juga mencintai istri ke-3-nya. Dia sangat bangga dengan istri ke-3-nya dan selalu memamerkannya kepada teman-teman pedagang itu. Bagaimanapun, pedagang itu selalu dirundung ketakutan kalau-kalau suatu hari istri ke-3-nya kabur dengan laki-laki lain.

Pedagang itu juga mencintai istri ke-2-nya. Sang istri adalah seorang yang sangat pengertian, sabar dan membuat si pedagang merasa nyaman. Ketika si pedagang tengah menghadapi masalah, si pedagang akan mencari istri keduanya dan istrinya itu akan membantunya keluar dari masalah-masalah.

Istri pertama pedagang itu adalah seorang istri yang setia dan mempunyai kontribusi paling besar dalam memelihara usaha dan bisnis suaminya, begitu pula dengan hubungan keluarganya. Namun si pedagang itu tidak mencintai istri pertamanya itu dan meskipun di dalam hatinya ia mencintai istri pertamanya itu, dia jarang untuk peduli dengan istrinya itu.

Suatu hari, pedagang itu jatuh sakit dan dia tahu dia akan meninggal. Dia memikirkan tentang semua harta dan kemewahan yang dia punyai dan berkata kepada dirinya sendiri, “Saya mempunyai 4 orang istri. Tapi ketika saya meninggal, saya akan sendirian. Betapa sepinya..!”

Kemudian, sebelum meninggal ia memanggil istri ke-4-nya yang paling dicintainya, “Selama ini aku paling mencintaimu, membelikan kamu gaun yang bagus dan paling memanjakanmu. Sebentar lagi saya akan meninggal, maukah kamu menemaniku di sini?”

Jawab sang istri, “No way!!” dan sang istri pergi meninggalkan tempat itu tanpa berkata apa-apa lagi.

Pedagang itu merasa sedih dan memanggil istri ke-3-nya, “Aku sangat mencintaimu seumur hidupku, maukah kamu menemaniku sampai akhir hayatku?”.

Istri ke-3 menjawab, “Tidak! Hidupku begitu nyaman. Aku akan menikah lagi dengan lelaki lain sepeninggalanmu.” Dan istrinya pun meninggalkan ia pula. Hati pedagang itu semakin mengerdil dan menjadi dingin.

Kemudian ia memanggil lagi istri ke-2-nya, “Aku selalu meminta bantuanmu dan kamu selalu menolongku. Maukah kamu mengikutiku sampai akhir hayatku?”

“Aku tidak bisa sekalipun aku mau,” jawab sang istri. “Aku hanya bisa menemanimu sampai ke liang kubur”.

Jawaban itu membuat si pedagang menjadi semakin pesimis dan tawar.

Tiba-tiba seseorang berkata, “Aku akan menyertaimu, bahkan sampai kematianmu.” Pedagang itu menoleh dan melihat istri pertamanya masuk; kelihatan kurus dan kurang makan.

“Seharusnya aku lebih memperhatikanmu dan menyayangimu,” kata pedagang itu.

Pada dasarnya, kita memiliki empat "istri". Yang pertama, tubuh jasmani kita. Betapa pun baiknya kita menjaga dan merawatnya, tubuh jasmani akan meninggalkan kita, hilang tanpa bekas. Yang kedua adalah kekayaan dan jabatan. Ketika meninggal, kita tidak akan membawanya serta, dan justru akan beralih keorang lain. Ketiga adalah teman-teman, kerabat dekat, dan keluarga kita; seberapa pun besarnya kasih sayang mereka kepada kita, mereka hanya bisa mengantar kita sampai ke lubang kubur, tidak lebih. Yang keempat adalah iman dan karya kita selama hidup didunia, yang akan menyertai kita sampai mati.

Maka, benarlah kata pepatah, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, sedang manusia mati meninggalkan karya; Karya untuk Tuhan dan sesama. Dengan menjadi garam dan terang dunia; kita dapat membuat dunia ini lebih baik.

Kamis, 12 Juni 2008

Pelajaran Berharga

Suatu hari, seorang ayah dari keluarga yang sangat tajir membawa anak lelakinya ke pedesaan untuk mengajarinya arti dari sebuah kehidupan dengan memperlihatkan betapa miskinnya hidup orang-orang di pedesaan.

Mereka menginap selama beberapa malam di rumah seorang petani yang bisa dikatakan sangat sangat miskin.

Dalam perjalanan pulang ke kota, sang ayah bertanya pada anaknya, “Bagaimana perjalanan barusan?”

“Luar biasa!” jawab sang anak.

“Lihatkah kamu betapa miskinnya orang-orang itu?” tanya sang ayah lagi.

“Ya,” jawab sang anak.

“Coba ceritakan,” kata sang ayah, penasaran, “apa yang kamu dapatkan dari perjalanan barusan?”

Sang anak menjawab, “Saya melihat, kita hanya mempunyai seekor anjing sedangkan mereka mempunyai empat ekor. Kita mempunyai kolam renang seluas separuh taman sedangkan mereka mempunyai anak sungai yang tak terbatas panjangnya. Kita mempunyai lentera-lentera kecil taman yang mahal yang diimpor dari luar negeri, dan mereka mempunyai bintang-bintang ketika malam. Kita mempunyai pekarangan seluas halaman depan, tetapi pekarangan mereka mencapai horizon.

“Kita hanya memiliki sepetak tanah untuk tempat tinggal kita, sedangkan tempat tinggal mereka tak terbatas luasnya.

“Kita mempunyai banyak pembantu yang melayani kita, tetapi mereka saling melayani sesame mereka. Kita membeli makanan kita sendiri, tetapi mereka menanam sendiri makanan mereka.

“Kita mempunyai tembok yang mengelilingi rumah kita untuk melindungi kita, sedangkan mereka punya teman untuk melindungi mereka.”

Sang ayah terdiam seribu bahasa.

Kemudian sang anak menambahkan, “Trims, ayah, sudah menunjukkan betapa miskinnya kita.”

Rabu, 11 Juni 2008

Karunia dari Tuhan

Suatu hari ketika saya baru masuk SMP, saya melihat seorang anak laki-laki dari kelasku sedang berjalan dari rumah ke sekolah. Namanya Kyle. Dia terlihat sedang membawa semua buku-bukunya. “Koq ada orang yang membawa pulang semua bukunya di hari Jumat?”, pikirku , “Dia pasti seorang kutu buku.”

Sedangkan saya sendiri punya serangkaian kegiatan di akhir minggu ini (beberapa pesta dan sepak bola dengan teman-temanku di hari Sabtu sore), sehingga saya pun tidak terlalu memperdulikan anak tersebut.

Kemudian beberapa anak lelaki lainnya berlari ke arah Kyle. Mereka berlari dan menabrak diri Kyle hingga buku-bukunya terjatuh dan Kyle sendiri terjatuh ke dalam lumpur. Kacamatanya melayang entah ke mana dan anak-anak itu hanya menertawakannya dari jauh. Dia mendongak sedikit dan saya bisa melihat ada kesedihan yang teramat sangat di matanya. Iba melihatnya, saya pun berlari ke arahnya. Dan sembari Kyle mencari-cari kacamatanya, saya melihat air mata berlinang di matanya.

Saya memungut kacamatanya dan mengembalikan padanya. “Anak-anak itu memang berandalan,” ujarku.

Dia memandangku dan berkata, “Terima kasih!”. Ada sebuah senyum lebar tersungging di wajahnya.

Itu adalah sebuah senyum yang menunjukkan rasa terima kasih yang tulus. Saya membantu memungutkan bukunya, dan bertanya di mana dia tinggal. Ternyata dia tinggal dekat rumahku. Saya pun bertanya mengapa saya tidak pernah melihatnya. Ternyata sebelumnya Kyle harus masuk sekolah privat. Jujur, saya tak pernah bergaul dengan anak-anak semacam ini.

Dalam perjalanan pulang, saya membawakan bukunya dan kita bercakap-cakap tentang banyak hal. Saya mengajaknya untuk ikut bermain bola bersama-sama di hari Sabtu dengan teman-temanku, dan dia menyetujuinya.

Kita bersama-sama sepanjang akhir pekan dan semakin aku mengenal Kyle, semakin pula aku menyukainya. Teman-temanku juga berpikiran sama. Hari Senin dan Kyle datang dengan setumpuk buku-bukunya lagi. Saya berhenti sejenak dan berkata, “Wogh! Kamu bisa membangun otot lengan yang kuat dengan membawa tumpukan buku-buku ini setiap hari!”. Dia hanya tersenyum dan memberiku setengah tumpukan dari bukunya.

Selama empat tahun ke depan, saya dan Kyle bersahabat baik. Ketika kami sama-sama duduk di SMA, kami mulai memikirkan masa depan yaitu kuliah kamu. Kyle memutuskan untuk pindah ke Georgetown dan saya ke Duke. Saya tahu kita akan tetap bersahabat. Jarak bukanlah masalah bagi kami. Dia bercita-cita menjadi seorang dokter dan saya ke arah bisnis dengan beasiswa sepakbola saya.

Di kelas, Kyle diminta untuk menjadi juru pidato dari kelas kami pada malam perpisahan. Saya menggodanya kalau dia dulu adalah seorang kutu buku dan dia harus mempersiapkan pidatonya mulai sekarang. Saya turut senang karena bukan saya yang harus naik ke pentas dan pidato.

Hari kelulusan, saya melihat Kyle. Dia tampak luar biasa. Dia adalah seorang remaja yang berhasil menemukan jati dirinya di masa SMA. Dia tampak keren dengan kacamatanya. Dan dia punya lebih banyak kencan dibandingkan aku! Semua gadis-gadis menyukainya!

Ya Tuhan, kadang-kadang saya iri padanya. Juga hari ini. Saya yakin Kyle gugup. Jadi saya menepuk punggungnya dan berkata, “Hei, pria perkasa! Kamu akan tampil hebat!” Dia memandangku dengan pandangan yang penuh arti dan tersenyum. “Trims,” sahutnya.

Kyle mendehem dan memulai pidatonya, “Kelulusan sebenarnya adalah momen untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu Anda melewati tahun-tahun ini: orang tua Anda, guru Anda, saudara Anda, mungkin pelatih sepak bola Anda …, terutama kepada sahabat-sahabat Anda. Saya di sini memberitahukan kepada Anda semua, bahwa menjadi sahabat seseorang adalah anugerah terindah yang bisa Anda berikan untuk seseorang. Saya akan menceritakan sebuah kisah kepada Anda.”

Saya memandang sahabatku dengan tatapan tidak percaya. Kyle menceritakan hari di mana pertama kali kita bertemu! Sebenarnya dia berencana untuk bunuh diri di akhir pekan itu. Dia menceritakan bagaimana dia sudah mengosongkan semua isi lokernya sehingga orang tuanya tidak perlu melakukannya lagi ketika dia sudah tidak ada. Sesaat aku merasa dia memandangiku lekat-lekat dan tersenyum, “Syukurlah, saya diselamatkan. Seorang sahabat menyelamatkan jiwaku dari hal itu.”

Saya bisa merasakan semua hadirin menahan napas mendengar pria tampan dan popular di hadapan mereka ini menceritakan kisah tragisnya. Saya melihat kedua orang tuanya memandangku dan tersenyum padaku; senyum yang penuh ketulusan.

kecil dari diri kita, kita bisa mengubahkan hidup seseorang; menjadi lebih baik atau lebih buruk. Allah meletakkan kita semua ke dalam hati sesama untuk mengubahkan hidup dalam berbagai cara. Carilah Allah di hati sesame kita.

Jangan pernah meremehkan kekuatan dari tindakanmu. Dengan sedikit tindakan

Setiap hari adalah karunia dari Allah! Jangan pernah lupa untuk mengucap syukur dan terima kasih kepadaNya.

Selasa, 10 Juni 2008

Sahabat Sejati

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya...

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya..

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian..

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda ???
Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai ??
Siapa yang ingin bersama anda
saat anda tak bisa memberikan apa-apa ??

MEREKALAH SAHABAT ANDA

Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.

** Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita **

Unconditional Love (Story of the Month)

I didn't sleep well that night. I tossed and turned, dreading the next day. Somehow, I knew that my friend's test results wouldn't be good. I woke up early that morning and took a quick shower. As I turned off the water and heard the telephone ringing, I raced to the phone and so I was given the dreadful news while still soaking wet. I just stood there dripping both water and tears.
"Good morning, Sunshine,"
Doris said. She hesitated for a few moments, then announced, "It has come back, honey. The cancer is back." I knew that I had to be strong for Doris. My mind began to race, as I thought about all the things that she had done for me. "You're the only one I've told, honey," she added.
"I'll be there shortly," I promised.

I had met
Doris six years earlier. My husband and I accepted the pastorate of the small country church where she was a member. Because of her bright smile, Doris instantly won my heart. Doris was old enough to be my mother, but I had never had a friend quite like her before.
While driving to the hospital, my memories took me back to the days right after we met. My father was diagnosed as "terminal."
Doris called me every day once the diagnosis was made. "Good morning, Sunshine," she said many times over the telephone. Even though most mornings didn't seem very bright, her calls made me smile. Many times, Doris came to visit. She brought little gifts to cheer me up.
Because my father resided in a long-term care facility almost seventy miles away, I was exhausted. I worked two jobs, taught a Sunday school class and visited with Daddy several times a week. Many times my cell phone rang while I was driving home on the interstate.

"Good afternoon, Sunshine,"
Doris would exclaim. "Stop by my house on the way home. I have dinner prepared for you." I knew exactly what that meant. There would be an entrée, two or three vegetables, corn bread and a coconut pie awaiting me.
Once I arrived at the hospital, I tapped on her door and heard a faint, "Come in." As I opened the door, I saw my friend lying there in the bed. She smiled at me.
"Good morning, Sunshine," she whispered. "Thanks for coming." The room was dark. Even the flowers that we had taken to her the day before looked sad. I leaned over her bed and embraced her. We held each other tight and sobbed in each other's arms. Initially, there were no words. What do you say to a dear friend when you know that she will be leaving you soon?
"I love you, Doris," came out quite naturally. "I'm going to be with you through this," I assured her. "You can count on me."

Doris cried for a few seconds before she finally told me what was bothering her. "I'm worried about leaving you, honey," she confided. "I want you to be okay." My dear friend was dying but was more concerned about my comfort. I assured her that I would be fine, but that her absence would leave a great void in my life.
For several hours that day, we talked about how we would break the news to her other family members. We discussed final arrangements, her pain medication toward the end and other important matters. The next few weeks were a blur. Between the many doctor visits, making sure she had plenty of food and fluids in the house, and keeping her prescriptions straight, we spent a great deal of time together.
One Sunday morning, I woke up early and called to check on her. I could tell that she needed medical care immediately. I rushed her to the emergency room. She was admitted that day and never returned home.
During the week preceding her death, I went to the hospital four to six times a day. I read the Bible to her at night until she fell asleep. Some mornings, I arrived even before she awakened. She lost her strength, but she never lost her beautiful smile. Each morning, I was greeted with her typical "Good morning, Sunshine." As I watched her grow even weaker, I wondered how many more mornings I would have the privilege of hearing those special words.

One afternoon, I received a call. "
Doris has taken a turn for the worse," I was told. "You need to come." The doctors were trying one more procedure that would help to relieve some of the pain that she was experiencing.
"Can I speak to her alone for a second?" I begged the doctor as soon as I arrived.
"Sure," he said. Everyone left the room and allowed me to spend a few moments with my friend.
I took
Doris's weak hand and held it tightly. We prayed together. "I love you," I told her.
"I love you, too, Sunshine," she whispered.
"There's nothing else we can do," the doctor announced to me after the procedure. I knew I had to break the news to her.
I walked from the hallway where I'd waited for the doctor back into
Doris's room. "Did the procedure work?" Doris asked.
"I'm sorry, but it didn't," I answered and began to cry.
"Everything is going to be okay,"
Doris promised. "Please don't cry." The room was quiet for a few moments. Doris reached up and took my hand. "You don't know how much you have meant to me over the last few years. You made my life complete," she whispered. A few minutes later, Doris fell fast asleep.

The next morning, I went to see her as usual.
Doris was obviously in severe pain and could no longer speak. Before the doctor gave her the strong medication that would ease her pain, I prayed with her and asked her if she knew that I loved her. She nodded. About that time the sunlight burst into the room as if to comfort my grieving soul.
That night
Doris joined many of her loved ones in heaven. As I had promised, I was sitting by her side.
The next morning, I stepped outside and the August sun shone down upon my face. Its warmth made me think of
Doris's unconditional love. "Good morning, Sunshine," I whispered as I looked up to the heavens. In my mind, I saw Doris's smile and knew that everything was okay just as she'd said. She had gone home.

Minggu, 08 Juni 2008

Bersyukurlah. . .

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga.

Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.

Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.
"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.
"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas.
"Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan "terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.
"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata : Terima kasih, Tuhan. Dan berbuatlah kebajikan bagi sesamamu serta jauhilah kejahatan".

"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ...
engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup
hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat .... Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat ganda, yaitu bahwa
seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu.

Selamat menjalani hidup baru dengan penuh Rahmat Tuhan......!

Rabu, 04 Juni 2008

Jalan-jalan dengan Keong

Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan.
Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak, Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit

Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf,
Serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga !"
Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka.
Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.

Ya Tuhan! Mengapa ? Langit sunyi-senyap

Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang.

Pelankan langkah, tenangkan hati....


Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga.
Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut.
Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.
Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh?
Mengapa dulu tidak rasakan semua ini ?
Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!

Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.

"He's here and with me for a reason"

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih .
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau benci, Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, Berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati

God Bless You

Senin, 02 Juni 2008

Reminder

  • A sharp tongue can cut my own throat.

  • If I want my dreams to come true, I mustn't oversleep

  • Of all the things I wear, my expression is the most important.

  • The best vitamin for making friends.... B1.

  • The happiness of my life depends on the quality of my thoughts.

  • The heaviest thing I can carry is a grudge.

  • One thing I can give and still keep...is my word.

  • I lie the loudest when I lie to myself.

  • If I lack the courage to start, I have already finished.
    One thing I can't recycle is wasted time.

  • Ideas won't work unless ' I ' do.

  • My mind is like a parachute...it functions only when open.

  • The 10 commandments are not a multiple choice.

  • The pursuit of happiness is the chase of a lifetime! It is never too late to become what I might have been.

  • Life is too short to wake up with regrets. So love the people who treat you right. Forget about the one's who don't. Believe everything happens for a reason. If you get a second chance, grab it with both hands. If it changes your life, let it. Nobody said life would be easy, they just promised it would be worth it.

  • Friends are like balloons; once you let them go, you might not get them back. Sometimes we get so busy with our own lives and problems that we may not even notice that we've let them fly away. Sometimes we are so caught up in who's right and who's wrong that we forget what's right and wrong. Sometimes we just don't realize what real friendship means until it is too late. I don't want to let that happen so I'm gonna tie you to my heart so I never lose you.

Minggu, 01 Juni 2008

KAWAN & CINTA

Satu hari CINTA & KAWAN berjalan dalam kampung...

Tiba-tiba CINTA terjatuh dalam telaga...
Kenapa?? Kerena CINTA itu buta...

Lalu KAWAN pun ikut terjun dalam telaga...
Kenapa?? Kerena ... KAWAN akan buat apa saja demi CINTA !!

Di dalam telaga CINTA hilang...
Kenapa? Kerena... CINTA itu halus, mudah hilang kalau tak dijaga, sukar dicari apa lagi dalam telaga yang gelap...

Sedangka n KAWAN masih mencari-cari dimana CINTA & terus menunggu..
Kenapa ?? Karena ... KAWAN itu sejati & akan kekal sebagai KAWAN yang setia...

so, hargailah KAWAN kita ....

Walau kita punya couple , sahabat still paling setia.
Walau kita punya harta banyak , sahabat still paling berharga.........