Jumat, 31 Juli 2009

Sejarah Nama "Facebook"

Siapa sih yang tidak tahu Mark Zuckerberg. Yaa! dia adalah penemu sekaligus pembuat Facebook.com salah satu jejaring sosial yang dimiati banyak orang. Saat ini pun ia di nobatkan sebagai pemuda terkaya di dunia. Tapi tahukah anda kenapa si Mark ini menamakan site jejaring sosialnya dengan nama facebook.

Kita memang sering menggunakan facebook. Tapi gak pernah tahu facebook itu berasal dari mana. Kalau mau tahu, begini nih ceritanya.

Pada suatu hari Mark jalan-jalan ke Bandung. Dia berniat ke ITB tuk studi banding. Tapi sayangnya, ini perjalanannya yang pertama kali ke sana. Otomatis si mark ini bakalan kesasar.

Maklum waktu itu si mark belom sekaya saat ini. Namanya juga masih mahasiswa. Terus, di tengah kebingungannya menuju ITB, akhirnya ia mencoba bertanya-tanya dengan salah seorang tukang es cendol.

Karena stylenya tampang mahasiswa dan terpelajar, si mark pun berlagak kebingungan. Dia basa-basi beli es cendol tuh abang. "Bang, es cendolnya satu dong".

Nah, sembari menikmati es cendol, si mark pun iseng nanya si abang cendol,"bang tahu gak bang, kalo es cendol abang nih seger dan enak banget."

si abang pun tersenyum dan langsung bales,"ah, si ujang bisa ajah mujinya". Trus si mark bales lagi,"tahu gak bang, kalo abang jualan es cendolnya di ITB bakalan laku keras tuh bang."

Si abang bingung, karena perkataan si Mark tersebut. Mark pun kaget, khawatir salah bicara. Lalu Mark pun minta maaf seraya berkata, " bang, kenapa ada yang salah yah?".

Abang pun menjawab,"ah, si ujang gimana sih, saya kan sejak dolo sampe sekarang emang jualannya di depan pintu gerbang ITB."

Dengan wajah malu si mark ngomong,"ah, yang bener bang. Buktinya apa?".

Si abang negesin,"Ah, si ujang bagimana seh, emangnya gak liat itu ada patung Ganesha (lambang ITB). MUKA BUKU (buka buku--bahasa sunda--) atuh, jaang. Tong malongo wae (jangan bengong ajeh)". si mark (GUBRRAKK!!).

setelah jatuh, mulai saat itu. kata yang terngiang di kepalanya cuman "MUKA BUKU". Sampai pada akhirnya si mark kembali ke negeri asalnya. Setelah selesai membuat site jejaringnya ia pun ingin menamakannya.

Dan tetap, pada waktu itu kata yang terngiang masih "MUKA BUKU", yang filosofinya, kalo ingin tahu sesuatu apapun yah harus buka buku, karena buku itu sumber ilmu dan perlu dibaca dan diketahui isinya.

Namun sayangnya kata "MUKA BUKU" terlalu sundanese banget. Pikir si mark,"ah, gue kan orang bule. Jadi gak ada salahnya kata "MUKA BUKU" gue translit jadi "FACEBOOK".

Rabu, 29 Juli 2009

Sepasang Sepatu Sport

Menjadi “sama dan serupa” dengan remaja lain merupakan keinginan dari semuaremaja.

Saya ingat benar bagaimana sebagai seorang remaja dalam tahun 1963 saya merasa harus memiliki sepasang sepatu sport mutakhir yang sedang “in”.

Persoalannya, bulan lalu saya baru saja membeli sepasang sepatu kulit.

Tapi, sepatu sport benar benar sedang mode, oleh sebab itu saya datang kepada ayah minta bantuannya.

“Saya perlu sedikit uang untuk sepatu sport”, ujar saya suatu petang di bengkel di mana ayah saya bekerja sebagai montir.

“Willie” ayah kelihatannya terkejut.

“Sepatumu baru berumur satu bulan, tapi Mengapa kini kau perlukan sepatu baru?”

“Setiap orang memakai sepatu sport yah!”

“Sangat boleh jadi nak, Namun hal tersebut tidak menjadikan ayah mudah membayar sepatu sport ”

Gaji ayah kecil dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

“Ayah, saya tampak seperti bloon memakai sepatu jenis ini ” kataku sambil menunjuk kepada sepasang sepatu oxford baru.

Ayah memandang dalam dalam ke mataku.

Kemudian ia menjawab, “Begini saja, Kau pakai sepatu ini satu hari lagi.Besok, di sekolah, perhatikan semua sepatu dari kawan-kawanmu. Bila seusai sekolah kau masih berkeyakinan bahwa sepatumu paling butut dibandingkan sepatu kawan kawanmu, ayah akan memotong uang belanja ibumu dan membelikanmu sepasang sepatu sports”

Dengan gembira saya pergi ke sekolah, keesokan paginya, penuh keyakinan bahwa hari itu merupakan hari terakhir bagiku mamakai sepatu oxford yang ketinggalan jaman ini.

Saya lakukan apa yang ayah perintahkan saya lakukan, namun tidak, saya ceritakan apa yang saya lihat secara teliti.

Sepatu coklat, sepatu hitam, sepatu tennis yang sudah kusam, semua menjadi pusat perhatianku.

Pada petang hari, saya memiliki perbendaharaan dalam ingatanku betapa banyaknya teman teman di sekolah yang juga memakai sepatu bukan sport, bahkan sepatu - sepatu rusak, berlobang, menganga dan lain lain bentuk yang sudah mendekati kepunahan sebagai alat pelindung kaki.

Namun banyak juga yang memakai sepatu sport yang gagah, yang senantiasa berdetak detik penuh gaya bila si pemiliknya menghentakkannya dengan gagah perkasa.

Setelah sekolah usai, saya berjalan cepat ke bengkel di mana ayah bekerja. Saya hampir yakin bahwa Senin depan saya juga akan masuk kelompok yang sedang “in”

Setiap saya menghentakkan tumit saya di jalan, saya membayangkan telah memakai sepatu sport idaman saya.

Bengkel sepi sekali saat itu. Suara yang terdengar hanya denting-denting metal dari kolong sebuah chevy tua buatan tahun 1956.

Udara berbau oli, namun pada hemat penciuman saya, asyik sekali.

Hanya seorang langganan sedang menunggu ayah yang sedang bergulat di kolong chevy tua itu.

“Pak Alva” tanya saya kepada langganan yang sedang menunggu, “masih lamakah?”

“Entah Will. Kau tahu sifat ayahmu. Ia sedang membongkar persneling, namun bila ia mendapatkan adanya bagian lain yang tidak beres, ia akan menyelesaikannya juga.”

Saya bersandar pada mobil abu abu itu.

Apa yang bisa saya lihat hanyalah sepasang kaki ayah yang menjulur keluar dari kolong mobil.

Sambil menjentik jentik lampu belakang chevy, secara tidak sadar saya menatap kepada kaki ayah.

Celana kerjanya berwarna biru tua, kusam dan lengket terkena oli, lusuh pula.

Sepatunya, berwarna putih tua…. ah ….bukan hitam muda……, dan sungguh sungguh butut, sebagaimana mestinya sepatu seorang montir.

Sepatu kirinya sudah tidak bersol, dan bagian kanan masih memiliki sepotong kecil kulit tipis, yang dahulu bernama sol. Di ujungnya, sebaris staples menggigit kedua belah kulit kencang kencang, mencegah jempol kakinya mengintip keluar. Tali sepatunya beriap riap, dan sebuah lubang memperlihatkan sebagian dari jari kelingkingnya yang terbalut kaus katun.

“Sudah pulang nak? “ayah keluar dari kolo ng mobil.

“Yes sir” kataku.

“Kau lakukan apa yang kuperintahkan hari ini?”

“Yes sir”

“Nah, apa jawabmu ?” la memandangku, seolah olah tahu apa yang akan saya ucapkan.

“Saya tetap ingin sepatu sport ” Saya berkata tegas, dan berusaha setengah mati untuk tidak memandang kepada sepatu ayah.

“Kalau begitu, ayah harus potong uang belanja ibumu…..”

“Mengapa tidak pergi dan membelinya sekarang?” lalu ayah mengeluarkan selembar $ 10. dan memancing uang receh untuk mencari 30 sen guna membayar 3% pajak penjualannya.

Saya menerima uang itu dan segera berangkat ke pusat pertokoan, dua blok dari bengkel di mana ayah bekerja.

Di depan sebuah etalase, saya berhenti untuk melihat apakah sepatu sportku masih dipajang disana. Ternyata masih! $9.95.

Namun uang saya tidak akan cukup bila saya harus membeli paku paku yang akan dipakukan pada solnya dan menimbulkan suara klak klik yang gagah.

Saya pikir, untuk lari ke rumah dan minta bantuan dana dari mama, sebab tidak mungkin kembali kepada ayah dan minta kekurangannya.

Pada saat saya teringat kepada ayah, sepatu tuanya tampak membayang melintasi kedua mataku.

Jelas tampak kebututannya, sisinya yang compang camping, paku paku yang telah mengintip keluar dan sebaris staples yang umumnya dipakai untuk menjepit kertas.

Sepatu kulit usang yang dipakainya untuk menghidupi keluarganya.

Pada waktu musim dingin yang menggigit, sepatu yang sama dipakainya melintasi jalan jalan yang dingin, menuju kepada mobil mobil yang mogok.

Namun ayah tidak pernah mengeluh.

Terpikir olehku, betapa banyaknya benda benda yang seharusnya dibutuhkan ayah, namun tidak dimilikinya, semata mata agar saya mendapatkan apa yang saya ingini.

Dan kementerengan sepatu sport yang ada di balik kaca etelase di hadapanku mulai memudar.

Apa jadinya bila ayah bersikap sepertiku.

Sepatu jenis apa yang saat ini kupakai, bila ayahku bersikap seperti saya bersikap.

Saya masuk ke dalam toko sepatu itu.

Sebuah rak besar terpampang megah, penuh berisikan sepatu sport yang sungguh keren.

Di sampingnya, terdapat sebuah rak lain, dengan sebingkai tulisan “obral besar. 50% discount”.

Dibawah bingkai itu tergeletak sepatu sepatu semodel sepatu ayah, beberapa generasi lebih muda, tentunya.

Otakku bermain ping pong. Mula mula sepatu ayah yang butut.

Dan sekarang sepatu baru. Pikiran tentang: menjadi “in” dan seirama dengan remaja lain di sekolah.

Dan kemudian pikiran tentang ayah,…. telah mengalahkannya.

Saya mengambil sepatu ukuran 42 dari rak yang berdiscount.

Dengan segera berjalan ke arah meja kasir, ditambah pajak, jadilah bilangan $ 6.13.

Saya kembali ke bengkel dan meletakkan sepatu baru ayah di atas kursi di mobilnya.

Saya mendapatkan ayah dan mengembalikan uang kembalian yang masih tersisa.

“Saya pikir harganya $ 9.95″ kata ayah.

“Obral” kataku pendek.

Saya mengambil sapu, dan mulai membantu ayah membersihkan bengkel.

Pukul lima sore, ia memberi tanda bahwa bengkel harus ditutup dan kami harus pulang.

Ayah mengangkat kotak sepatu ketika kami masuk ke dalam mobilnya.

Ketika ia membuka kotak itu, ia hanya dapat memandang tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ia memandang kepada sepatu itu lama-lama, kemudian kepadaku.

“Saya pikir kau membeli sepatu sport”, katanya pelan.

“Sebetulnya ayah, … tapi …. Saya tak sanggup meneruskannya.

Bagaimana saya harus menjelaskannya bahwa saya sungguh ingin menjadi seperti ayah?

Dan bila saya tumbuh menjadi dewasa, saya sungguh ingin menjadi seperti orang baik ini, yang Tuhan berikan kepada saya sebagai ayah saya.

Ayah meletakkan tangannya pada bahu saya, dan kami saling memandang untuk waktu sesaat.

Tidak ada kata kata yang perlu dikatakan. Ayah menstarter mobil, dan kami pulang.

Terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberiku seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab.

Selasa, 28 Juli 2009

God Is Our Victory

Sobat JINS, di postingan JINS hari ini mau mereview satu album terbaru dari True Worshippers (TW) yang sudah keluar di pasaran. Kali ini tema dari konser TW yaitu "God Is Our Victory" di mana memang sebagian besar dari isi album ini bertemakan lagu-lagu kemenangan.

Dimulai dengan track "Opening" yang sangat menarik, harmoni musik yang mempunyai klimaks yang bagus dan aransemen yang cocok, kita dibawa menuju suatu pujian yang rancak, "NamaMu Tuhan". Disusul dengan dua track ke depan kita dibawa menuju atmosfir rock-pop pujian terhadap Tuhan kita yang agung.
Di track ke-4 dan ke-5 "Tuhan Yang Hidup" dan "Raja Pemenang", menurut JINS, lagu ini merupakan lagu transisi antara puji-pujian yang keras menuju lagu penyembahan. Sungguh suatu transisi yang halus.
Di beberapa track berikutnya, kita akan diajak oleh Sari Simorangkir dkk. untuk masuk ke dalam atmosfir penyembahan. Untuk lagunya, aransemennya dan komposisinya, menurut JINS sedikit mirip dengan "Dalamnya KasihMu Bapa"-nya album TW sebelumnya.
Kemudian setelah beberapa lagu penyembahan, kita akan dibawa lagi menuju atmosfir puji-pujian. Tentu saja tidak langsung, melainkan melalui dua track transisi dulu yang manis seperti "As Long As I Live" dan "Be Lifted High (Hosanna)".
Setelah itu ditutup dengan dua lagu praise yang rancak yang merupakan theme song dari album ini, "God Is Our Victory" dan "Ku Dibri Kuasa".

Secara keseluruhan, album TW kali ini sangat bagus meskipun harus kuakui ada beberapa kemiripan dalam lagu-lagunya dengan album sebelumnya. Album GIOV (God Is Our Victory) ini bisa dikatakan sebagai merge dari album TW "Captivated" dan "All Things New". Tidak ada yang terlalu baru di sini dan ada sedikit de javu. Tapi tentunya dengan komposisi yang baru dan musik-musik yang mudah diikuti menjadikan salah satu point tambah untuk GIOV ini. Bisa juga untuk dinyanyikan di kebaktian gereja, sel grup ataupun persekutuan doa. Aransemennya tidak muluk-muluk.

Track yang direkomendasikan JINS:
"NamaMu Tuhan"
"Tuhan yang Hidup"
"Jadi SepertiMu"
"As Long As I Live"

Nilai yang JINS berikan: 8/10

Senin, 27 Juli 2009

Angel In White

Sally baru berumur 8 thn ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.

Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya sekarang. Sally masuk kekamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah hitung.

Dia memasukkan uang koin tsb kedalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil.

Akhirnya dia keluar dan menemui Sally. "Apa yang kau mau?" tanya si apoteker dengan keras. "Saya sedang berbicara dengan saudara saya." "Baik, saya ingin berbicara ttg kakak saya," Sally menjawab dengan nada yang sama "Dia sakit, dan saya ingin membeli suatu mujizat."

"Maaf, apa yang kamu katakan ?," kata si apoteker.

"Ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya, nah sekarang berapa harga mujizat itu ?"

"Kami tidak menjual mujizat disini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu."

"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya" kata Sally dengan lantang.

Seorang pria dengan berpakaian rapi duduk jongkok dihadapannya dan bertanya ...... "Mujizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?"

"Saya tidak tahu," jawab Sally. Airmata mulai mengalir dipipinya "Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan ibu saya mengatakan kalau dia harus dioperasi. Tapi keluarga saya tidak dapat membayarnya.......jadi saya mengambil tabungan saya.
"Berapa banyak yang kau punya?" tanya pria itu.

"Satu dollar 11 sen," jawabnya dengan bangga. "Dan inilah semua uang yang saya punyai didunia ini."

"Wah, suatu diluar logika," Senyum pria tadi Satu dollar 11 sen....harga yang tepat untuk mujizat yang menyelamatkan kakaknya. Dia mengambil uang itu dan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata : "Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu".

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia membantu penyembuhan kakak Sally, si Georgi itu. Operasi berjalan sempurna tanpa bayaran dan tidak berlangsung lama sampai akhirnya Georgi kecil pulang kerumah dan sudah sembuh. Ayah dan ibunya sangat bahagia untuk peristiwa ini, "Operasi itu......sebuah keajaiban......Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan dan kita tidak membayarnya sedikitpun...." kata sang ibu.

Sally tersenyum sendiri......Dia tahu persis berapa harga mujizat untuk kesembuhan kakaknya.... satu dollar 11 sen dan tentu saja ditambah dengan IMAN dari si Sally kecil, seperti firman Tuhan, iman sebesar biji sesawipun akan diperhitungkan.

Minggu, 26 Juli 2009

Bergerak

“Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan). ”

Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, “ChaNge”. Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Ditengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk. Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.

Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.” Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!” Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:

“Saya pikir Bapak cuma main-main ………… ”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu …..”
“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya. …”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas…..”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang……. ..”
“Saya, kan duduk jauh di belakang…”
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan) , tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa
depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai “gila” nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. “Gila aja….ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila.
Mereka itu semua sakit…..”. Lantas, apa yang kamu maksud ’sakit’?”

“Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu
mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari…..,” katanya penuh semangat.” Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang.
Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik. Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinny a hanya berwacana saja. Wacana yang kosong akan destruktif.

“Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya.”

Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just do it!

“Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja.”

Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural. Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju.

Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah :

“Winners take action…they simply get up and do what has to be done…”.

Selamat bergerak!

Rhenald Kasali

Jumat, 24 Juli 2009

Tuhan, Aku MilikMu

Tuhan, betapa melimpah berkat-berkat-Mu selama ini;
Engkau telah menganugerahkan kepadaku mukjizat, kebahagiaan, kasih-sayang dan kemurahan.
Dalam saat-saatku yang paling gelap
Engkau telah mengirim malaikat – malaikat-Mu;
Aku telah menyaksikan betapa luar biasa kuat-kuasa-Mu.

Aku tak habis mengerti, mengapa Engkau mengasihiku,
Karena aku dipenuhi oleh dosa;
Namun setiap kali,
Engkau membangunkanku kembali dari kejatuhanku
Dan membiarkan aku mencoba lagi

Tuhan, hatiku laksana sebuah jendela
Engkau dapat melihat segala sesuatu yang berada di dalam hatiku;
Tidak ada sesuatu yang dapat disembunyikan …
Dapatkan Kau melihat kasihku terhadap-Mu?

Aku adalah milik-Mu,
Pakailah aku sesuai dengan kehendak-Mu;
Apapun yang Engkau kehendaki dariku,
Dengan segala kesenangan hati, aku akan melakukannya.

Aku berusaha untuk menjadi anak-Mu
Yang menjadi kebanggaan-Mu
Aku lemah dan penuh syukur
Dan aku senantiasa memuji Nama-Mu.

Tuhan, aku sungguh tidak mengerti
MengapaEngkau dapat mengasihi dengan cara yang luar biasa itu.
Namun, sejak aku masih kecil,
Aku selalu bersandar kepada-Mu.

Engkau senantiasa menyertaiku dalam setiap langkahku,
Aku dapat merasakan kehadiran-Mu,
Dan bila aku setiap kali datang kepada-Mu
Engkau selalu menjawab doa-doaku.

Ya Tuhan, Engkaulah JuruSelamatku,
Aku mengasihiMu.
Aku akan melakukan segala sesuatu dan di setiap waktu
Yang Kaukehendaki aku melakukan untuk-Mu

Apapun alasan-Mu untuk mengasihiku sedemikian besarnya
Aku menyerahkan diri Tuhanku,
Dan aku akan selalu mengikuti-Mu,
Ke mana Egkau pergi

Norma Cornett Marek

Kamis, 23 Juli 2009

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan isenangi teman dan tetangganya.

Pygmaliondikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.
* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, “Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.”
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi Pygmalion berkata, “Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu”.
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, “Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.”

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, “Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu.”

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul.. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.
* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.
Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba membujuk,” atau kita mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only…….. ….how nice!!!!

Rabu, 22 Juli 2009

Being A Successful Employee

Bagaimana menjadi seorang karyawan yang kaya dan bahagia? Banyak orang-orang mempertanyakan hal ini. Ini ada secuplik dari apa yang JINS tahu dan share-kan kepada sobat JINS sekalian.

1. Membuat nilai tambah

Kita harus bisa dipercaya dan diandalkan. Bila kita ketahuan melakukan penggelapan manipulasi, atau penipuan di perusahaan, maka kita akan sulit dipromosikan atau naik gaji secara maksimal.

Kita harus menghasilkan lebih daripada yang kita terima, contohnya bila kita menerima gaji 1 juta, kita harus memberikan lebih dari gaji tersebut, maka barulah kita pas untuk untuk menerima gaji tersebut. Maksudnya memberikan kinerja yang lebih hebat daripada sesama karyawan pada level yang sama

Berinisiatif untuk menyelesaikan masalah, tidak menunggu sampai disuruh. Hindari kecenderungan untuk menyalahkan orang lain, atasan, situasi, anak buah, tetapi tunjukkan inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Berperilakulah menyenangkan. Jaga penampilan, kedisiplinan, kesopanan, omong baik di depan dan di belakang. Orang yang omong jelek di belakang sama sekali tidak menyenangkan..

2. Mengkomunikasikan Prestasinya kepada orang yang tepat

Bila kita sudah mempunyai nilai tambah, kita harus komunikasikannya. Orang yang mempunyai nilai tambah yang lebih dari karyawan lain yang tidak mengkomunikasikannya tetap bisa naik gaji dan dipromosikan, tapi akan makan waktu yang lebih lama.

3. Mencapai prestasi itu berkali-kali

Kita akan dipromosikan bila mencapai prestasi berkali-kali (dalam jumlah yang banyak, mungkin juga dengan perusahaan lain)

Bila kita mengkomunikasikan prestasi kita kepada atasan kita sendiri, bisa jadi atasan kita masih tenang–tenang saja, Sebaliknya, bila banyak orang dari pemilik perusahaan atau atasan perusahaan yang mengetahui nilai tambah kita, kita akan menerima banyak tawaran kenaikan dan promosi dari luar.

4. Dengan cara yang tepat

Maksudnya isinya tepat, sarananya tepat, waktu dan tempatnya tepat

Isi yang tepat : bila mau usul, selalu gunakan kata2
”menurut pengalaman bapak... bila kita tidak melakukan... (isi sendiri usulan anda) mungkinkah kita menjadi seperti ...(isi sendiri hasil yang anda perkirakan)”

Bila kita tidak setuju dengan pendapat atasan kita, gunakan pihak ketiga. Contoh : ”menurut pengalaman bapak ... misalnya ada costumer yang keberatan akan...(isi sendiri keberatan anda) kita sebaiknya harus bagaimana?...

Bila mengkomunikasikan nilai tambah kita, katakan ”selamat pak! Berkat bapak bulan ini kita mencapai...(isi prestasi yang sudah anda capai)

Sarana yang tepat adalah bertemu, komunikasikan empat mata (eh, bukan empat mata ) Presentasikan prestasi anda pada rapat tahunan. Ikuti perkumpulan asosiasi manajer atau bisnis, sehingga anda diketahui orang banyak.

Waktu dan tempat yang tepat adalah ketika mood atasan sedang baik, bagaimana bisa tahu hal itu? Tanyakan pada sekretarisnya !


Jika hal diatas sudah dilakukan, sebaiknya perhatikan beberapa hal sepele di bawah ini :

1. Hindari penggunaan kartu kredit

Atau segala hal yang berhubungan dengan nama tsb.
Seperi membeli barang2 yang dikreditkan dengan jangka waktu tertentu, tau gak, kalo beli kredit berarti sama aja dengan membeli 1 ½ (satu setengah) dari harga dasar produk tersebut

2. Berinventasi

Banyak karyawan yang sewaktu mendapatkan bonus, langsung melampiaskan hasratnya untuk membeli barang2 yang mereka impikan. Stop dulu, alangkah lebih baiknya, kalau bonus tersebut diinvestasikan untuk jangka panjang, contohnya aja, membeli emas dengan 70% dari nilai bonus tersebut dan 30% untuk dibelanjakan (kalau berinvestasi jangan terlalu pelit ada jajannya juga dong), nanti itung2 aja hasil keuntungannya jika mendadak harga emas itu naik.

3. Gunakan gaya hidup yang PAS tetapi bukan pas-pasan

Maksudnya, kenapa kita harus menghambur-hamburkan uang apabila kita bisa menghematnya, gaya hidup yang terlalu berlebihan malah menghabiskan cadangan uang kita, Contohnya: HP Nok*a 6600 sudah cukup untuk menikmati Facebo*k, dari pada harus mati-matian membeli Bl*ckb*rry yang harganya ajigile...

(Bersambung...)

Selasa, 21 Juli 2009

Suara Malaikat

Diantara marinir-marinir AS yang berperang melawan Jepang pada PD II, ada seorang pemuda berusia 21 tahun, Kopral William Devers, yang menyatakan dirinya atheis. Tak satupun argument, kutipan Alkitab atau paksaan dari teman-teman marinirnya atau pendeta tentara yang dapat menggoyahkannya. Selama kompi Mayor Satu menghadapi Jepang, sejumlah unit terbunuh dan pendeta tentara terluka. Dalam kesakitan yang amat sangat,pendeta itu memanggil Devers, “ Di kantongku sebelah kiri…ambillah..kumohon… Semalam aku bermimpi. Dalam mimipi malaikat menampakkan diri dan mengatakan bahwa Aku harus membuatmu mengambil Alkitab ini. Ambillah nak, kumohon.” Devers memasukkan ALkitab itu ke dalam kantongnya untuk memuaskan orang yang terluka itu.

20 menit kemudian, pasukan Kopral Devers tertangkap oleh patroli Jepang, dan sebelumnya dia mengetahui apa yang telah terjai, dia tergeletak ditanah, pikirannya menghadapi kegelapan, pasti dia sedang sekarat. Ketika dia sadar, dia merasakan luka tembak di dadanya, tidak ada darah.

Peluru menembus ke dalam Alkitab yang dibawanya di dalam kantong, bersarang di kitab Mazmur, yang berbunyi demikian, :
“Walau seribu orang rebah disisimu, dan sepuluh ribu disebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.”

James Pruitt (Chicken Soup)

Jumat, 17 Juli 2009

Doa Kekencengen

Seorang ibu dari keluraga Katholik taat merasa tidak nyaman dengan kekasih anaknya. Sang kekasih anaknya bukan dari kalangan tertib iman seperti keluarga mereka. Sementara sang anak jadi jarang ke gereja karena gandrung alias tertutup cinta dengan sang kekasih. Di suatu kesempatan ibundanya berkata...

"Nak, kamu sebagai seorang yang taat beriman harus mengingatkan kekasihmu untuk taat dan rajin ke gereja. Apa jadinya keluarga tanpa agama..bla..bla.." segala nasihat spiritual dogma-dogma keluar dari mulut sang ibundanya.

Sebagai anak yang penurut dia mencoba memberi masukan informasi mengenai keagamaan kepada kekasihnya tersebut.

"Mas...sebaiknya kita harus sering ke gereja, ikut misa, aktif belajar tentang agama kita... dan seterusnya dan seterusnya..." Namun hati sang kekasih mungkin memang keras hati. Sehingga tak berubah perilakunya, tak juga mau ke gereja.

Sang wanita sedih. Ia pun menangis meratap pada Tuhan dalam doanya juga curhat pada sang ibundanya dengan berlinang air mata. Lalu berdua mereka berdoa memohon di bukakan hati sang kekasih. Sehingga entah bagaimana sang kekasih akhirnya mau ke gereja.

"Dik...aku kok nyaman ke gereja..." kata sang kekasih. Wah, betapa senangnya mendengar kata-kata tersebut, doa mereka ternyata dikabulkan Tuhan. Semenjak saat itu sang kekasih rajin ke gereja.

Suatu hari, sang pria mengajak bertemu kekasihnya.

”Dik...kayaknya sudah tiba saatnya kita bicara 4 mata, aku sudah tidak sabar lagi ingin menyatakan perasaanku...”. Sang Gadis senangnya bukan alang-kepalang. Dalam hatinya ia berkata... ”Ahh tercapai juga apa yang aku inginkan, doaku terkabul, dia telah menjadi orang yang taat dan akan melamarku..aaaahhhh..bahagianya...” dengan hati berbunga-bunga dia menyiapkan “moment of greatness” tersebut.

Tak sabar menanti waktu detik demi detik yang terasa sangat lama...sampai lah...”Ting Tong”..bel rumah berbunyi...

”Ah... buah hatiku datang, si kang mas”.

Sang pria disambut pembantu dinrumah dan dipersilahkan duduk di ruang tamu menunggu sementara sang gadis menyiapkan diri, terutama degub jantungnya yang berdebar kencang.

"Huuuuuuuh...," dia menghela nafas panjang dan berjalan ke ruang tamu.

”Malam Kang Mas...”,katanya kemayu.

“Duh kamu cantik sekali”, Kata sang pria dengan sopan...

”Begini dik...”,lanjutnya meneruskan pembicaran... ”Aku benar-benar mengalami puncak kebahagian diriku. Engkaulah yang memberikan segalanya. Maka dengan ini dik aku ingin mengenapi kebahagianku tersebut.”

”Ah...”, si gadis berdebar dadanya sejadi-jadinya.

”Dik... aku ingin mengucapkan ini, setelah 1 minggu aku merenung dan berfikir... putusanku sudah bulat... aku memutuskan mulai sekarang... AKU AKAN MENJADI PASTOR”.

Kamis, 16 Juli 2009

Oprah Winfrey

Bermodal keberanian “Menjadi Diri Sendiri”, Oprah menjadi presenter paling populer di Amerika dan menjadi wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan kekayaan lebih dari US $ 1 Milyar. Copy acara “The Oprah Winfrey Show” telah diputar di hampir seluruh penjuru bumi ini.

TAHUKAH ANDA?
Lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey. Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumahtangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luar biasanya, di usia 3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras. “Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia” katanya dalam suatu wawancaranya.

Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya beserta teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan.

Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri dan berdisiplin tinggi.

Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik..

Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV di bangun diusia 19 tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow TVnya dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah yang akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!

Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas.

Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.

Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah khusus anak-anak perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah dari kekayaannya. “Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan ini, kita akan memulai mengubah bangsa ini” ujarnya berharap.

Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!

Rabu, 15 Juli 2009

Anger Management

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.

Seseorang yang tidak bisa merasa marah -tidak bisa disebut penyabar; karena dia hanya tidak bisa marah.

Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar.

Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu-sulit, Anda sangat tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Kesabaran bukanlah sebuah sifat, tetapi sebuah akibat.

Perhatikanlah bahwa kita lebih sering menderita karena kemarahan kita, daripada karena hal-hal yang membuat kita merasa marah. Perhatikanlah juga bahwa kemarahan kita sering melambung lebih tinggi daripada nilai dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan kita itu, sehingga kita sering bereaksi berlebihan dalam kemarahan.

Hanya karena Anda menyadari dengan baik –tentang kerugian yang bisa disebabkan oleh reaksi Anda dalam kemarahan, Anda bisa menjadi berhati-hati dalam bereaksi terhadap apa pun yang membuat Anda merasa marah. Kehati-hatian dalam bereaksi terhadap yang membuat Anda marah itu lah yang menjadikan Anda tampil sabar.

Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.

Nafsu adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia tidak memuliakan,pasti ia menghinakan.

Nafsu juga bersifat dinamis, karena ia menolak untuk berlaku tenang bila Anda merasa tenang. Ia akan selalu memperbaruhi kekuatannya untuk membuat Anda memperbaruhi kemapanan Anda.

Maka perhatikanlah ini dengan cermat; bila Anda berpikir dengan jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan, nafsu itu akan menjadi kekuatan Anda untuk meninggalkan kemapananAndayang sekarang -untuk menuju sebuah kemapanan baru yang lebih tinggi.

Tetapi, bila Anda berlaku sebaliknya, maka ke bawahlah arah pembaruan dari kemapanan Anda.

Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi yang terlontarkan dari tingkat kemapanannya, dan kemudian direndahkan karena dia tidak berpikir jernih dalam kemarahan.

Dan bila nafsunya telah menjadikannya seorang yang tidak bisa direndahkan lagi, dia disebut sebagai budak nafsu.

Kualitas reaksi Anda terhadap yang membuat Anda marah, adalah penentu kelas Anda.

Kebijakan para pendahulu kita telah menggariskan bahwa untuk menjadi marah itu mudah, dan patut bagi semua orang. Tetapi, untuk bisa marah kepada orang yang tepat, karena sebab yang tepat, untuk tujuan yang tepat, pada tingkat kemarahan yang tepat, dan dengan cara yang tepat -itu tidak untuk orang-orang kecil.

Maka seberapa besar-kah Anda menginginkan diri Anda jadinya?

Memang pernah ada orang yang mengatakan bahwa siapa pun yang membuat Anda marah-telah mengalahkan Anda. Pengamatan itu tepat hanya bila Anda mengijinkan diri Anda berlaku dengan cara-cara yang merendahkan diri Anda sendiri karena kemarahan yang disebabkan oleh orang itu.

Itu sebabnya, salah satu cara untuk membesarkan diri adalah menghindari sikap dan perilaku yang mengecilkan diri.

Kita sering merasa marah karena orang lain berlaku persis seperti kita. Perhatikanlah, bahwa orang tua yang sering marah kepada anak-anaknya yang bertengkar -adalah orang tua yang juga sering bertengkar dengan pasangannya.

Bila kita cukup adil kepada diri kita sendiri, dan mampu untuk sekejap menikmati kedamaian kita akan melihat dengan jelas bahwa kita sering menuntut orang lain untuk berlaku seperti yang tidak kita lakukan.

Dan dengannya, bukankah kemarahan Anda juga penunjuk jalan bagi Anda untuk menemukan perilaku-perilaku baik yang sudah Anda tuntutdariorang lain,tetapi yang masih belum Anda lakukan?

Lalu, mengapakah Anda berlama-lama dalam kemarahan yang sebetulnya adalah tanda yang nyata bahwa Anda belum memperbaiki diri?

Katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat saya marah dan berlaku rendah.

Bila Anda seorang pemimpin, dan Anda telah menerima tugas untuk meninggikan orang lain; maka tidak ada badai, gempa, atau air bah yang bisa membuat Anda mengurangi nilai Anda bagi kepantasan untuk mengemban tugas itu.

Ingatlah, bahwa orang-orang yang berupaya mengecilkan Anda itu-adalah sebetulnya orang-orang kecil. Karena, orang-orang besar akan sangat berhati-hati dengan perasaan hormat Anda kepada diri Anda sendiri. Bila mereka marah pun kepada Anda, mereka akan berlaku dengan cara-cara yang mengundang Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sedangkan orang kecil? Orang-orang kecil membuat orang lain merasa kecil agar mereka bisa merasa besar.

Anda mengetahui kebesaran yang dijanjikan untuk Anda. Maka besarkan-lah orang lain.

Selasa, 14 Juli 2009

M A L A S

Deni sedang agak malas bekerja hari ini. Rasanya masih ingin libur. Kok cepat sekali liburan berakhir. Rasanya baru sebentar libur, eh sudah harus bekerja lagi.

Tapi, kemudian Deni teringat suatu kejadian yang menggerakkan hatinya ketika belum lama berselang dia pulang kampung untuk merayakan tahun baru bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Ketika dalam perjalanan ke kotanya, di kereta api Deni bertemu seseorang. Orang tersebut duduk di kursi sebelah kirinya dan hanya dipisahkan oleh jalan untuk lalu lalang. Seorang pemuda. Sederhana. Biasa saja. Tidak terlalu istimewa.

Yang membuatnya istimewa adalah pemuda tersebut terus menerus dipuji-puji oleh teman-temannya. Mereka semua berlima. Teman-temannya tak henti-hentinya memujinya, menggodanya, menepuk-nepuk bahunya, dan menyalaminya berulang-ulang. Sebaliknya pemuda tersebut hanya senyum- senyum dan tertawa.

Di tengah perjalanan, setelah teman-teman pemuda tersebut tidak terlalu ribut lagi, tiba-tiba pemuda tersebut menyapa Deni. Mau pinjam koran yang dipegang Deni. Tentu saja Deni tidak keberatan untuk meminjamkan korannya. Apalagi dia sudah selesai membacanya. Tak lama kemudian pemuda tersebut mengembalikan korannya dan mereka berdua terlibat dalam pembicaraan.

Karena penasaran, Deni menanyakan mengapa pemuda tersebut disalami. Dia hanya tersenyum saja. Tapi, teman di sebelahnya langsung menengok ke arah Deni dan menjawab:”Dia karyawan terbaik tahun ini, mas! Nomor satu! Ha ha ha… Sudah tiga tahun berturut-turut lho mas. Hebat kan?” Temannya yang lain menambahkan: “Tahun ini dia naik jabatan mas. Jadi bos.”

Deni memberi salam sambil mengucapkan selamat. Sambil bercakap-cakap, Deni menanyakan kiat-kiat suksesnya dalam bekerja. Temannya menjawab: “Dia orangnya selalu ingin lebih baik. Tidak pernah
berhenti belajar mas. Tidak pernah menyerah. Kalau dia tidak mengerti, dia bertanya dan belajar. Kalau sudah mengerti, dia akan berusaha melakukan yang terbaik. Kalau sudah terbaik, dia berusaha lebih baik lagi. Pokoknya tidak pernah puas. Yah, jelas dia menang lagi tahun ini.”

Teman yang lain lagi menambahkan: “Betul mas. Malah kita semua banyak belajar dari dia. Dia ini memang superman. Pokoknya hebat deh.” Deni ikut tersenyum: “Wah, mas, saya juga ingin belajar nih. Saya kok tidak bisa begitu ya? Kalau lagi down, ya kerja jadi malas juga. Tidak bisa selalu bersemangat tinggi. Apalagi kalau lagi bokek. Ha ha… Bagaimana sih caranya?”

Pemuda tersebut memandangnya, lalu berkata serius: “Saya juga sering mengalami up and down kok. Tapi, saya tidak mau down terus. Setiap kali saya malas, ya langsung saya kerja lebih giat. Kalau saya ingin istirahat, saya langsung cari apa saja yang bisa dikerjakan. Kalau saya bosan, saya langsung bikin rencana baru tentang apa saja yang akan saya lakukan hari itu.”

Dia bercerita: “Tiga tahun yang lalu, saya ditegur oleh atasan saya. Soalnya saya lagi malas banget. Beberapa hari di kantor saya hampir tidak mengerjakan apa-apa dan hanya main game. Lalu atasan saya datang. Beliau hanya bertanya, Kalau kamu sedang malas bekerja, bagaimana jika perusahaan juga sedang malas membayar gajimu?”

Pemuda itu melanjutkan, “Setelah berkata demikian, beliau pergi. Saya jadi malu sendiri. Saya tidak ingin perusahaan malas membayar gaji saya, tentunya perusahaan juga tidak ingin saya malas bekerja. Jadi, sejak saat itu saya tidak mau menuruti rasa malas, lelah, bosan dan lainnya.”

“Caranya?” tanya Deni.

“Kalau saya sedang merasa malas, saya langsung berdiri dan lompat-lompat di tempat. Kira-kira 20 kali lompat. Dulu saya sering ditertawakan teman-teman saya ini, tapi sekarang banyak yang mengikuti cara saya. Dengan melompat-lompat sebentar, maka peredaran darah menjadi lebih lancar, rasa malas pun hilang. Begitu juga kalau saya mengantuk, saya langsung melompat-lompat sebentar, maka rasa
mengantuk akan lenyap. Pokoknya saya melakukan kebalikan dari setiap perasaan negatif yang saya rasakan.”

“Begitu juga kalau saya sedang pusing dengan masalah pribadi saya. Langsung saya menelepon klien yang membutuhkan bantuan saya, sehingga saya tidak memikirkan masalah saya sendiri. Kadang saya
langsung menghadap atasan dan mendiskusikan masalah pekerjaan. Saya tidak mau mengasihani diri sendiri. Masalah saya tidak akan selesai dengan berpusing-pusing atau bermalas-malasan kan? Apa uang saya akan bertambah kalau saya malas bekerja? Tidak kan? Jadi, untuk apa?”

Waktu mendengar penjelasan pemuda itu, Deni hanya mengangguk-angguk. Tapi kini, ketika dia merasa sedang malas, Deni teringat akan pemuda di kereta. Segera Deni berdiri dan melompat-lompat di tempat sebanyak 20 kali. Eh benar, ternyata badannya terasa lebih segar. Dia pun mulai bekerja lagi. Ternyata dia merasa semangatnya timbul lagi. Manjur juga yah?

Semangat Deni timbul. Untuk apa memulai tahun yang baru dengan rasa malas? Apakah rasa malas akan mengubah keadaan menjadi lebih baik? Jelas tidak! Jadi apa gunanya malas? Do something! Be active! Be successful!

Sumber: Malas oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting & Training Specialist

Karya Jangan Dihambat Usia

Pembaca, sebenarnya tidak ada kata terlalu muda ataupun terlalu tua untuk mencapai apa yang ingin Anda raih. Cobalah pertimbangkan kehidupan orang-orang ini: George Burns memperoleh piala Oscar ketika usianya sudah mencapai 80 tahun, Golda Meir menjadi Perdana Menteri Israel pada usia 71 tahun, Mozart baru berusia 7 tahun ketika komposisinya diterbitkan untuk pertama kali, Moses mulai melukis ketika dia berusia 80 tahun. Dia telah menyelesaikan lebih dari 1.500 buah lukisan selama hidupnya, dan 25% dari lukisannya diselesaikan ketika dia berusia 100 tahun.

Benyamin Franklin menerbitkan surat kabar ketika dia berusia 16 tahun, dan dia membantu menyusun kerangka UUD Amerika Serikat ketika dia berusia 81 tahun.
Michaelangelo berusia 71 tahun ketika dia mengukir Basilika St.Petrus, S.I. Hayakawa pensiun dari jabatannya sebagai rektor Universitas San Fransisco ketika berusia 70 tahun, dan kemudian terpilih sebagai angggota Senat, Casey Stengel tidak ingin pensiun dari jabatannya sebagai manajer N-Y Mats hingga dia mencapai usia 75 tahun.

Demikianlah soal usia, semuanya adalah soal persepsi. Sayangnya, dalam hidup ini, soal usia ini, seringkali kita jadikan alasan. Gagal, seringkali kita cari alasan pada soal usia. Tidak mendapat kesempatan, seringkali pula usia yang dijadikan alasannya. Memang saat ini banyak organisasi dan perusahaan yang membatasi usia tertentu yang dianggap masih produktif. Ini adalah bagian dari aturan dalam perusahaan. Namun, semuanya kembali kepada diri kita sendiri.
Apakah kita menerima begitu saja aturan itu dan memberlakukannya dalam hidup kita?

Kenyataannya, kita bisa melanggar aturan usia ini dalam soal kesuksesan pribadi. Tua, bukanlah inti masalahnya. Inti masalahnya adalah soal bagaimana kita mau belajar, berjuang, menggali pengalaman serta membangun kebijaksaan dalam hidup.
Di usia berapa pun, kita punya kesempatan mencoba, tidak perlu menyerah dan tetap punya peluang untuk sukses. Sukses, akhirnya, ada pada keinginan dan usaha Anda, bukan pada usia kita.

Tak harus lemah

Siapa bilang bahwa tua harus lemah? Realita menunjukkan bahwa tua tidaklah identik dengan lemah tak berdaya. Namun, acapkali kita mendengar bagaimana orang yang sudah tua, menggunakan ketuaannya sebagai alasan untuk ketidakproduktifann ya, untuk kealpaannya serta kekhilafannya. Usia dalam kenyataannya bukanlah suatu pengambat untuk meraih yang lebih tinggi. Usia pun bukan kendala dalam hal karier dan kerja. Malahan, rambut putih adalah simbol kebijaksanaan dan pengalaman yang sangat berharga. Orang Jepang sangat menghargai senioritas. Jabatan tertentu di perusahaan Jepang kadang disediakan hanya bagi mereka yang diprediksi telah berambut putih, lambang kematangan. Mereka percaya bahwa pengalaman akan membuat orang menjadi dewasa. Ada tunjangan khusus bagi yang lama bekerja. Loyalitas dan usia, dihargai oleh mereka.

Celakanya, tidak semua orang tua menjadi matang. Banyak orang yang tua secara usia, namun secara mental, masih terbelakang. Orang ini tua secara badaniah namun sayang, kearifan serta kematangan tidak menyertainya. Tak heran jika ada pepatah, banyak orang menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa. Masalahnya, ketuaan tidaklah selalu samadengan kematangan. Nah, bagaimana membangun jiwa yang terus-menerus muda?

Always have fun

Laughter is the best medicine. Mungkin humor dan gembira, tidaklah lantas membuat penyakit dan permasalahan kita lenyap total. Tetapi dengan melihat hidup dari sisi yang ceria, hidup terasa menjadi lebih nikmat. Lagipula, masalah hidup tidak pernah akan selesai. Ibarat gelombang, setelah surut, akan muncul pasang yang lain. Tetapi hati yang gembira adalah ibarat selancar yang membuat kita dapat menjalani segala pasang surut lautan kehidupan dengan rasa damai. Itulah sebabnya mereka yang berusia panjang, cenderung memiliki rasa humor yang baik dalam hidupnya.

Hidup kini dan di sini Kehidupan bukanlah melulu soal usia. Bruce Lee membuktikan bahwa meskipun hidupnya pendek, namun dia dikenang dengan kontribusinya yang luar biasa bagi martial arts, seni bela diri. Itu sebabnya asalah satu rahasia awat muda yang lain adalah menikmati hidup kini dan di sini. Kuncinya terletak pada kerelaan kita melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang Anda hidup. Tetapi bagaimana Anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan napas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.

Fisik dan mental

Jangan membiarkan pikiran ataupun fisik menjadi terlalu lama beristirahat dan diam. Janganlah fisik kita, pikiran yang terlalu lama didiamkan pun akhirnya akan melemah. Konon, sumber penurunan daya otak yang terpenting adalah karena membiarkan otak kita tidak bekerja sama sekali, atropi. Fisik kita pun mestinya senantiasa bergerak pula. Para dokter dan paramedis tahu, jika fisik dibiarkan terlalu lama di suatu tempat tanpa bergerak maka akan mulai muncul borok di badan. Kenyataan pula, mereka yang berusia panjang ternyata masih memiliki kesibukan dan masih menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan di usianya yang telah uzur.

Jadi, benarlah kata iklan yang berbau motivasi, “Menjadi tua itu pasti. Tetapi, menjadi muda itu soal pilihan”.

Sumber: Karya Jangan Dihambat Usia oleh Anthony Dio Martin, Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency

Minggu, 12 Juli 2009

Koin Penyok

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata
pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Kisah berikut, diadaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns. Ingat, segala sesuatu di dunia ini hanya seperti uap, datang dan pergi. Tiada yang kekal, kecuali Kerajaan Allah.

Jumat, 10 Juli 2009

Kasih Ibu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya Suaminya sudah lama meninggal karena sakit Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.” Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.

Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya
.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita.. Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

There is a story living in us that speaks of our place in the world.
It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves.

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali

Kamis, 09 Juli 2009

Be Ee Je

Beberapa waktu lalu saya pernah membaca satu artikel bagus mengapa ada orang yang sukses dan ada orang yang gagal. Beberapa waktu juga saya pernah menulis sebuah artikel tentang orang cenderung berkelit dari kenyataan ketika ia gagal dalam memperoleh sesuatu. Sebenarnya, ada banyak prinsip dan sikap hidup yang menentukan sukses tidaknya seseorang. Salah satunya adalah belajar tidak menyalahkan.

Di sini JINS mau membagi tiga sikap diri yang bisa menyeret seseorang menjadi pecundang, tidak berhasil dan memiliki gambar diri yang salah. Ingat, kesuksesan ditentukan oleh citra diri yang baik, karakter-karakter yang membangun dan lingkungan yang mendukung. Ketiga sikap diri yang meruntuhkan ini disebut BEJ (Blame, Excuse, Justify)

Blame

Blame artinya menyalahkan. Manusia cenderung menyalahkan orang lain apabila tujuannya tidak tercapai, outcome yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau pun kegagalan-kegagalan lainnya.

Ketika seseorang miskin, ia mulai menyalahkan lingkungannya, negaranya yang miskin, presidennya yang tidak becus dan lain sebagainya. Ia bahkan pula menyalahkan orang tuanya, keluarganya yang tidak kaya, mengapa orangtuanya tidak kaya dan sebagainya.

Berhentilah menyalahkan! Tidak ada gunanya! Siapapun atau apapun yang Anda salahkan itu tidak ada gunanya! Tidak akan membuatmu jadi kaya sekejap! Coba lihat ke dalam dirimu sendiri. Berapa besar persentase faktor kegagalan dalam diri Anda bila dibandingkan dengan faktor luar? Bahkan kita pun jangan terlalu menyalahkan diri kita sendiri atas apa yang kita lakukan.

Excuse

Alasan. Alasan dan alasan. Selain menyalahkan, manusia juga cenderung beralasan. Contoh paling sederhana adalah misalnya kita terlambat ke kantor, kita pasti beralasan mulai dari rumah jauh, jalanan macet, telat bangun dan sebagainya.

Dalam konteks kesuksesan dalam mencapai impian, misalnya.. "Saya kan masih muda, belum punya modal, belum berpengalaman," atau "Saya kan sudah pensiun, jadi saya tidak kuat lagi." Sesuatu hal yang menyedihkan adalah yang mereka katakan adalah KEBENARAN. Memang benar yang mereka katakan adalah kebenaran, tapi sikap diri seperti ini TIDAK ADA GUNANYA! Satu-satunya manfaat dari Excuse ini adalah menghentikan dia menjadi kaya, mencegahnya melakukan take action untuk menjadi lebih baik.

Justify

Pembenaran. Ketika ada orang lain yang lebih sukses dari dia, dia bilang, "O.. terang aja. Dia kan anak orang kaya," atau "Dia kan disekolahkan di luar negeri, pinter bahasa Inggris". Atau ketika dia melihat orang yang dulunya anak kurang berada yang sekarang sukses dia bilang, "O.. terang aja, dia meski anak orang miskin tapi koneksinya luas, orangnya ulet. Makanya dia bisa kaya." Tapi begitu ditanya, "lha kalau kamu kenapa?" dan dia jawab, "Lah saya kan anak orang menengah, makanya daya juangnya juga menengah dan setengah-setengah." Sobat JINS, coba lihat alasannya...

Lihat ketiga ciri di atas. Ketika orang macam ini tidak berhasil, dia akan selalu TELL STORY, dan dia menceritakan BEJ.

Lalu bagaimana cara agar tidak BEJ?

Salah satu kebiasaan orang sukses adalah selalu BELAJAR dalam segala hal, bukan menyalahkan. Ketika dia belum berhasil, dia selalu bertanya, apa yang sudah saya pelajari, apa yang bisa membuatku lebih sukses, lebih hebat dan lebih berkualitas, lebih maju, dan lebih-lebih lainnya.
Mungkin bila suatu ketika Anda belum berhasil dan Anda bertemu dengan orang yang lebih berhasil daripada Anda, daripada BEJ, sebaiknya ganti pertanyaan Anda dengan "Apa yang bisa kupelajari dari orang ini?" Tanyakan ini pada diri Anda setiap hari dan hidup Anda akan menjadi lebih baik dan lebih dekat pada kesuksesan.