Tampilkan postingan dengan label pemulihan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pemulihan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Juni 2009

Chance

Saya sekeluarga hanya bertiga saja. Mama, koko (sebutan untuk kakak laki-laki) dan saya sendiri. Sejak ditinggal papa tahun 2002 silam, kami hanya hidup bertiga di sebuah rumah yang sederhana. Meskipun single parent, mama saya adalah seorang luar biasa. Beliau bekerja dan mampu menghidupi kami bertiga hingga akhirnya tahun 2006 lalu saya pun bisa duduk di bangku kuliah. Mama saya seorang yang hebat!!!

Tapi tidak begitu dengan koko saya. Koko saya berusia dua tahun lebih tua, tapi sifatnya sangat kekanak-kanakan. Kami sering berkelahi. Ia tidak pernah mau mengalah. Dan parahnya lagi, koko saya jatuh ke dalam jeratan obat-obatan terlarang. Kami pernah berkelahi secara fisik sampai berdarah-darah. Wuih, pokoknya saya sama sekali tidak menghargai koko saya ini. Dan kurasa dia juga tidak pantas untuk menerima penghargaan dariku.

Setiap kami berkelahi, mama selalu menangis sedih. Tapi koko saya tidak mau mengalah. Saya sendiri pun kepala batu sehingga kalau ada permasalahan, selalu saya ladeni sampai tuntas. Tidak peduli bertengkar mulut, atau berkelahi fisik, pokoknya saya harus menang.

Tahun 2006 yang lalu, entah kenapa, koko saya yang biasanya brutal ini mulai berubah! Ia mulai terlepas dari dosa obat-obatan. Ia mulai bertingkah laku lebih sabar dan lebih bijaksana. Ia juga sering pulang-pergi gereja bahkan mendalami salah satu pelayanan di sana. Hey, ada apa ini?

Setiap kali bertemu denganku ia selalu menyapa duluan (padahal dulu seperti anjing dengan kucing). Kadang-kadang ia membelikanku beberapa keperluan kuliah yang sebenarnya tidak terlalu kubutuhkan. Dan intinya, ia berubah!!!

Lambat laun saya pun mulai mengampuninya. Dan suatu hari ketika saya diantar koko saya menuju airport, saya ingin sekali memeluknya. Entah kenapa hati saya tergerak untuk memeluknya dan berkata, "Aku sayang kamu, ko." Tapi mungkin karena canggung dan perasaan tidak nyaman, akhirnya saya mengurungkan niatku.

Dan itu terakhir kalinya saya melihatnya.

Dua hari kemudian, saya mendapat telepom dari rumah yang mengabarkan kalau koko saya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Tak terbayang perasaanku waktu itu. Hati saya bagai dipukul palu godam! Pikiran saya kalut! Hati saya perih seperti diiris. Dan air mataku tumpah begitu saja. Saya menangis dengan sangat....

Hati saya sangat menyezal. Dada saya sesak dan saya terus berteriak, "Andaikan saja waktu itu saya mengampuni koko saya...", "Andaikan saat itu saya memeluknya...". Hatiku terus diliputi perasaan bersalah dan menyesal.

Seminggu kemudian, ayah angkat koko saya (seorang pendeta) datang ke rumah saya. Ia mulai bercerita tentang kehidupan koko saya, bagaimana ia bisa berubah dari seorang yang brutal menjadi seorang yang bertobat dan mulai memperhatikan keluarganya. Pak pendeta itu juga bercerita bagaimana ketika koko saya mulai diubahkan Tuhan dan menjadi sangat radikal dalam Tuhan.

Tetapi yang paling menyedihkan adalah ketika papa angkat koko saya bercerita segala sesuatu yang berhubungan denganku.

Setiap malam koko saya ingin meminta maaf kepada saya, ia selalu takut. Ia tidak berani dan berpura-pura tidur memunggungi saya.

Setiap kali saya menawarkan kepada koko hal-hal yang kecil, bagi dia itu adalah sesuatu yang luar biasa yang menyentuh hatinya (contohnya saya menawari dia menggoreng kentang goreng).

Dan ia juga sangat ingin berdamai denganku, melihatku sampai lulus kuliah dan bekerja, lalu menikah dan punya anak dst dst....

My God!!!! Mendengar cerita itu seolah membuat saya semakin sedih lagi. Mengapa waktu itu saya tidak memeluknya dan mengampuninya? Mengapa semuanya sudah begitu terlambat? Kepergiannya, pertobatannya, pelayanannya... semua begitu singkat!!

Sungguh ini adalah sebuah penyesalan pribadi saya yang sangat mendalam. Tapi semuanya itu sudah terjadi. Dan belajar saya dari kehidupanku dulu, saya berjanji pada diri saya untuk jangan lagi terlambat dalam memberikan pengampunan. Tidak ada kata terlambat lagi untuk mengatakan, aku mengasihimu. Saya tidak tahu kapan orang itu akan pergi atau saya sendiri yang akan pergi, tetapi sebelum semuanya terlambat, saya sudah harus melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik akan apa yang kupunya.

Jumat, 15 Mei 2009

Mujizat Nyanyian Seorang Kakak

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee , USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik.

Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu. Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
Mami, ... aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.
Mami, ... aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
Mami, ... aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta
Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil.
Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya
masih hidup! Ia d ice gat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster.... suster tak mau tahu; ini peraturan!
Anak kecil dilarang dibawa masuk! Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi!
Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.
Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul
maut. Michael menatap lekat adiknya ... lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring
"... You are my sunshine, my only sunshine,
you make me happy when skies are grey ..." Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya
dengan tajam dan terus, ... terus Michael! teruskan sayang! ... bisik ibunya ... The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands
... dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur ... I'll always love you and make you happy, if you will
only stay the same ... Sang adik kelihatan begitu tenang ... sangat tenang.
Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan ... adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai ... lalu tertidur
lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja
ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu
ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh
amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut
kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you".
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil
bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.
Note:
Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain ...
Datang dari seseorang yang kita anggap lemah ...
Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan ...
Peace & Love
_,_.___
Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, tetapi perintah-perintah-Mu menjadi kesukaanku. (Mazmur 119:143)

Selasa, 28 April 2009

Daud & Batsyeba

Bacaan 2 Samuel 12 : 15-23

Cerita tentang Daud yang satu ini sangat menarik untuk disimak.

Seperti yang kita ketahui, Daud berselingkuh dengan istri Uria (yakni Batsyeba) dan "membunuh" Uria secara tidak langsung. Sudah jelas Tuhan tidak akan berkenan dengan hubungan Daud yang ini. Akibatnya, anak hasil hubungan Daud dan Batsyeba ditulahi dan menderita sakit.

Daud yang sangat menyayangi anaknya. Ia pun kemudian menyesali semua perbuatannya di hadapan Tuhan dan mengurung diri. Selama berhari-hari ia mengurung diri di dalam ruang doa. Ia tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mandi. Hanya berdoaaaaaaa saja. Daud berdoa minta belas kasihan dari Tuhan agar anaknya bisa sembuh.

Ketika para tua-tua datang menjenguknya dan mengajaknya makan, mereka melihat Daud hanya berbaring di tanah dan berdoa. Tidak mau ngapa-ngapain. Berdoa dan berdoa minta agar anaknya disembuhkan.

Ketika anak hubungan Daud-Batsyeba ini mati pada hari ketujuh, ketika Daud mendengar kalau anaknya sudah mati, ia lalu keluar. Ia kemudian mandi, berpakaian rapi dan kembali mau makan. Ia tidak lagi mengurung diri. Mungkin ia bersedih (pasti bersedih) tapi ia tidak berlarut-larut di dalamnya.

Para tua-tua yang melihat kejadian ini merasa heran. Mereka bertanya pada Daud, "Mengapa waktu anakmu sakit kamu mengurung diri dan tidak mau makan? Tapi begitu anak ini mati mengapa kamu langsung mau mandi dan makan?"

Dan beginilah jawaban Daud, sangat menarik (2 Samuel 12: 22-23). "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."

Maksudnya mungkin kira-kira bisa diartikan sebagai berikut:
Selama masih ada harapan dan belum terjadi, berdoalah dan teruslah menaruh pengharapan. Seperti Daud, ia tidak menyerah karena anaknya masih
sakit dan belum mati. Ia terus berdoa dan berpuasa minta belas kasihan Tuhan. Ia berharap dan terus berharap agar Tuhan bisa mencabut tulahnya kembali.

Tapi begitu anak itu mati, ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Life must go on! Sudah mati, pengharapan itu sudah tidak ada. Cukup. Jangan menyesali, jangan tangisi. Kehidupan harus dilanjutkan. Rasa sedih itu ada. Rasa sakit itu ada. Tapi buat apa berlarut-larut di dalamnya sedangkan di luar sana masih ada banyak hal yang harus dikerjakan.

Sobat JINS, gambaran seperti Daud inilah yang ingin JINS ajarkan hari ini. Selama sesuatu belum terjadi, jadikanlah itu sebagai pokok doamu. Teruslah berharap dan berharap. Punyai mental yang tidak mudah menyerah dan terus menaruh pengharapan. Antarkan doa dan pengharapanmu pada Tuhan. Yakinlah Tuhan telah mendengar.

Apabila sesuatu yang tidak menyenangkan telah terjadi, janganlah berlarut-larut dalam menangis dan menyesalinya. Kalau perlu, lepaskan pengampunan pada dirimu sendiri. Bangkit dan tinggalkanlah sesalmu di belakang. Life must go on!

Apabila sesuatu sudah seperti nasi menjadi bubur, tidak mengapa. Kita masih bisa menjadikannya bubur spesial kan?

Minggu, 01 Februari 2009

Rendah vs Kaya

Kegemaranku adalah fitness. Sejak dua tahun lalu aku selalu berambisi untuk memenangkan salah satu dari sekian banyak body contest atau model search yang diadakan. Banyak sudah usaha yang kulakukan. Mulai dari diet rendah kalori, latihan keras, suplemen yang super mahal, hingga berganti-ganti pelatih. Dan selama ini hasilnya nihil! Aku terlalu sibuk diet, berlatih, tidur hingga aku melupakan satu hal yang sangat penting.

Baru-baru ini aku berganti pelatih lagi. Biasanya pelatih yang lalu-lalu hanya mengajarkan latihan dan teori diet. Namun pelatihku kali ini beda. Ia seorang Kristen dan ia mengajarkan aku satu rahasia lagi untuk menjadi seorang juara.

Seperti pelajaran di taman kanak-kanak dulu, pelatihku itu mengatakan kepadaku kalau ada "4 sehat 5 sempurna" yang berpengaruh besar dalam jadi atau tidaknya sebuah bentuk tubuh yang ideal. 4 sehat itu adalah makanan, latihan, istirahat dan suplemen; sedangkan yang kelima dan yang terpenting untuk menjadi sempurna adalah ibadah.

Suatu malam, pelatihku memberiku satu perikop di Yakobus 1:9-11. Aku mulai membacanya. Mulanya aku tidak mengerti maksudnya apa miskin dan kaya itu. Aku bertanya pada pelatihku kemudian ia menjelaskan.

(Sobat JINS baca ayatnya dulu ya.. biar ngerti lanjutannya).


Di ayat itu tidak pernah tertulis kata "miskin". Di situ hanya ditulis "orang yang rendah". Jadi bukan miskin vs kaya, melainkan rendah vs kaya. Maksudnya orang kaya di situ bukan berarti orang yang kaya secara materi (punya rumah besar, mobil mewah). Atau kalau dalam konteks bodybuilding, kaya bukan berarti punya badan yang memang sudah kekar dan berotot dari awalnya.

Maksud orang kaya di sini adalah orang yang selalu mengandalkan kekuatan sendiri. Orang kaya cenderung merasa dirinya memiliki segala sesuatu, kuat dan semuanya bisa dikerjakan olehnya. Orang kaya di sini terlalu sok. Dan Allah sangat membenci orang kaya macam ini.
Sebaliknya, orang berkedudukan rendah menunjukkan ciri-ciri orang yang selalu berharap padaNya. Orang yang tidak bisa bekerja sendiri dan bukan dengan usahanya sendiri. Orang rendah ini cenderung menyerahkan semuanya pada Bapa, mengandalkan kekuatanNya. Orang inilah yang dikasihi oleh Bapa di Surga.

Di ayat 11 juga dikatakan, "Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap." Artinya semua usaha orang yang tidak mengandalkan Tuhan itu akan sia-sia! Pelatihku selalu menekankan kepadaku untuk memenangkan sebuah kontes harus mengandalkan "4 sehat 5 sempurna"-nya Tuhan. Jangan seperti orang kaya yang mengandalkan diri sendiri. Di sini berbicara bukan hanya konteks bodybuilding saja. Apapun yang menjadi impian dan cita-citamu, apakah itu bisnismu, rumah tanggamu, pendidikanmu, apabila tidak mengandalkan Tuhan akan seperti rumput di bawah terik matahari yang akan segera lenyap.

Kaya secara materi, tapi rendah di hadapan Tuhan; itulah kehendakku, Bapa.

Jumat, 12 Desember 2008

Sesuatu Tidak Kelihatan

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement.

Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yg lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak. Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itulenyap. Ketika malaikat yg lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yg lebih tua menjawab,"Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang miskin tetapi sangat ramah.Setelah membagi sedikit makanan yang ia punyai,petani itu mempersilahkan keduamalaikat untuk tidur di atas tempat tidurnya.

Ketika matahari terbit keesokan harinya, malaikat menemukan bahwa petani itu dan istrinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.Malaikat yg lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yg lebih tua, "Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yg pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yg retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati ?"Malaikat yg lebih tua menjawab, "Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya."

"Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding ituagar ia tidak menemukan emas itu.""Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa istrinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil istrinya."

"Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagai mana adanya."Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidakseharusnya terjadi.Jika kita punya iman, kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yangterjadi adalah demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba...

Minggu, 09 November 2008

Forgiveness

Berta, seorang gadis berusia empat belas tahun sedang menangis ketika mendatangi seorang sahabatnya. Ia menangis tersedu-sedu. Ditanyain apapun oleh sahabatnya, ia tetap tidak mau menjawab. Sudah dua hari Berta seperti itu dan sahabatnya dibuat kebingungan olehnya.

Akhirnya hari ketiga, Berta sudah tidak tahan lagi. Ia langsung menceritakan semuanya kepada sahabatnya. "Aku hamil."

Bagaikan tersambar geledek, sahabatnya langsung menanyakan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Dan lagi-lagi Berta diam sambil menangis.

"Kamu harus memberitahu orang tuamu. Ayahmu atau ibumu. Mereka harus tau," ujar sahabatnya.

"Tidak. Aku tak bisa!!" Berta kemudian menangis lagi.

"Berta," ujar sahabatnya mulai tenang, "Kamu ini hamil. Dan tidak mungkin menyembunyikan kehamilanmu. Perutmu akan makin lama makin besar. Kamu harus memberitahu kedua orang tuamu."

"Tapi itu tidak mungkin!!" seru Berta, "Karena yang memperkosaku itu ayahku sendiri!!"

Tak lama kemudian, dengan bantuan sahabatnya, Berta akhirnya menceritakan kebenarannya pada ibunya. Bukannya menolong, ibu Berta malah marah dan menjadi setengah gila. Ia kemudian memaksa Berta menggugurkan kandungannya dan memasungnya dalam sebuah bekas kandang kuda. Di sana, ia hanya diberi makan dan minum secukupnya.

Selama empat belas tahun Berta menyimpan satu kepahitan dalam dirinya terhadap kedua orang tuanya. Ia terus berdoa, "Tuhan, kalau memang Engkau ada, tunjukkanlah diriMu padaku." Tak lama kemudian, ibunya meninggal dan ayahnya menderita stroke. Ia sendiri tidak gila tapi stress berat (sehingga mirip orang gila).

Tak lama kemudian, suatu malam, Yesus menampakkan diri kepada Berta. Berta menangis sejadi-jadinya dan hatinya menjadi sangat damai. Yesus tidak berkata apa-apa, hanya memeluknya.

Keesokan harinya, Berta berjalan ke rumah ayahnya. Ia kemudian menghampiri ayahnya yang sedang terbaring. Karena stroke, ayahnya tidak bisa berbicara, tetapi bisa mendengar. Dan Berta dengan lembut membisikkan di telinga ayahnya, "Selama empat belas tahun ini berlangsung dan Berta mengampuni papa. Semoga papa juga mengampuni Berta."

Ayahnya yang mendengar, tetapi tidak bisa berbicara menitikkan air mata. Dan keluarga itu dipulihkan dalam semalam. Seorang sahabat Berta yang mendengar kisah itu menuliskan sebuah lagu yang berjudul "Sentuh Hatiku".

Mendengar cerita ini, membuatku menangis. Seorang Berta yang dikhianati oleh ayahnya selama empat belas tahun saja bisa mengampuni. Masakan aku yang disakiti cuma sebentar langsung memendam dendam sebegitu lamanya? Mulailah dengan mencabut akar kepahitan dan mengampuni setiap orang yang sudah berbuat salah kepada kita. Bila tidak sanggup, minta kekuatan Tuhan untuk memampukan kita mengampuni.

Karena pengampunan itu adalah pelumas untuk mengurangi kerasnya gesekan-gesekan ketika kita hidup bersama dengan orang lain. Tuhan saja mengampuni kesalahan-kesalahan kita, masakan kita tidak mengampuni orang lain?

Rabu, 10 September 2008

Doa dan Iman

Saat makan siang dengan beberapa teman, salah seorang dokter bedah bertanya kepada saya," dokter, operasi terhebat apakah yang pernah Anda lakukan?"

Saya bingung harus menjawab operasi yg mana. Saya sudah banyak melakukan operasi Dan semuanya menuntut keahlian, kesabaran, ketelitian yg tinggi. Kemudian saya teringat pada operasi yg dijalani oleh gadis kecil yg hanya mempunyai harapan 10% saja untuk hidup.

Malam itu para perawat membawa seorang gadis kecil yg berwajah pucat masuk ke-ruang operasi. Waktu itu pikiran saya sedang dipenuhi berbagai macam persoalan yang berat. Ketika para perawat sedang mempersiapkan pembiusan, gadis kecil ini bertanya kepada saya ....

"Dokter bolehkah saya menanyakan sesuatu ?"

"Ya sayang, apa yg ingin kamu tanyakan?"....

"Setiap malam sebelum tidur saya selalu berdoa, sekarang sebelum operasi dimulai, bolehkah saya berdoa?"......

"Baiklah anak manis, engkau memang harus berdoa, jangan lupa berdoa juga untuk saya.".........

Kemudian gadis kecil itu melipat kedua tangannya Dan berdoa......"Yesus, engkau gembala yang baik, berkatilah domba kecilMu malam ini, dalam kegelapan, kiranya Engkau dekat denganku,lindungi aku sampai datangnya sinar mentari esok pagi" Dan berkati pula dokter yg akan mengoperasiku."

Setelah menutup doanya gadis kecil itu berkata "sekarang saya sudah siap Dokter".

Mata saya berkaca2, melihat betapa besar iman yang dimiliki gadis kecil tersebut. Malam itu sebelum saya mulai operasi, saya berdoa......

"Tuhan yg baik, engkau boleh tidak membantuku dalam operasi yang lain, tapi kali ini bantulah aku untuk menyelamatkan gadis kecil ini,"

kemudian saya mulai mengoperasi gadis kecil itu Dan keajaiban terjadi, dia disembuhkan.

Saat berpisah Dan melepas gadis kecil itu untuk kembali ke rumah, maka saya sadar sesungguhnya sayalah " pasien" yg menjalani operasi iman. Gaya hidup gadis kecil itu mengajarkan bahwa jika Kita menyerahkan seluruh masalah & beban hidup Kita ke dalam tangan Tuhan, maka Dia akan memulihkan & menolong Kita.

Doa & Iman !......
Membuat Kita yakin bahwa Tuhan mampu memelihara & menjaga harapan yang Kita gantungkan kepadaNya. Doa menjadikan iman sebuah kenyataan. Doa yg dinaikkan dengan iman akan menghapuskan kekuatiran di dalam hati Kita, sehingga DOA itu akan mendatangkan mujizat. Tidak Ada yg mustahil bagi orang yang percaya kepadaNya, karena itu tetaplah berdoa dengan penuh kenyakinan & pengharapan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Yohanes 16 : 24
"Sudahkah kamu berdoa dengan iman ? Mintalah maka kamu akan menerima dengan penuh sukacita.........."

Rabu, 06 Agustus 2008

Aku (Berusaha) Sembuh!

Kisah ini diceritakan oleh C.S, yang kudapatkan dari sebuah website pemulihan untuk orang-orang yang mengalami kelainan orientasi seks dan masalah-masalah dalam kehidupan. Semoga bisa menjadi kekuatan... Tuhan memberkati.

Bola Sepak, Bola Basket dan Bola Bekel

Ada tiga jenis permainan yang menggunakan bola yang sering dimainkan saat saya kecil, yaitu bola sepak, bola basket dan bola bekel. Lain dari anak-anak laki-laki pada umumnya, saya benar-benar membenci dua permainan yang pertama. Tiap kali saya menendang atau melempar bola, hanya cemoohan yang saya dengar. “Ha ha ha… lihat dia, menendang bola seperti banci!”, atau “Kamu laki-laki atau perempuan sih? Mana ada anak laki-laki melempar bola seperti itu?”. Sebaliknya, saat saya bermain bola bekel dengan anak-anak perempuan, saya menerima banyak pujian. Sejak itu saya memutuskan untuk lebih banyak bermain dengan anak-anak perempuan. Di samping itu saya juga lebih tertarik dengan hal-hal artistik seperti menggambar dan menyanyi. Mungkin Anda bertanya-tanya apakah yang selanjutnya terjadi pada saya. Namun sebelum saya lanjutkan, ada baiknya kalau saya ceritakan dulu asal mulanya:

Sejak kecil saya selalu merasa jauh dari ayah saya. Bagi saya, ayah saya adalah tipe ayah-ayah Asia pada umumnya. Sepulangnya dari kantor dia akan bersembunyi di belakang koran sambil mengisap rokok Ardath kesukaannya. Jarang sekali saya berbicara pada ayah. Lain halnya dengan ibu saya. Dia memang sangat protektif terhadap saya, tapi saya sungguh bisa merasakan bahwa ibu saya benar-benar sayang terhadap saya. Selain dengan ibu, saya juga sangat dekat dengan dua kakak perempuan saya, walaupun usia kami sebetulnya terpaut cukup jauh.

Saat saya berusia delapan tahun, ibu saya meninggal dunia. Kejadian ini terjadi secara tiba-tiba dan ini sangat memukul saya. Figur terdekat yang selama ini terbukti sungguh-sungguh menyayangi saya tiba-tiba hilang. Lenyap. Dan dia tidak akan pernah kembali. Itu saja yang bisa saya mengerti saat itu. Sejak itu kakak perempuan saya memutuskan untuk mengambil alih dalam mengasuh saya. Kami bertiga tinggal di rumah baru sementara ayah saya tetap menetap di rumah kami yang lama. Tentunya tanpa sepengetahuan saya, saya malah semakin jauh dari ayah saya dan semakin dekat dengan kedua kakak perempuan saya. Kembali ke apa yang saya ceritakan di atas, sejak itu saya mulai membenci hal-hal yang dilakukan laki-laki, termasuk permainan mereka di sekolah yang selalu berkisar antara sepak bola atau bola basket, dan saya lebih dekat dengan figur perempuan.

Hal ini terus berlanjut sampai suatu saat tiba-tiba saya menyadari bahwa saya tertarik terhadap sesama laki-laki. Betapa terkejutnya saya. Berbagai pemikiran pun timbul. Saya pasti nggaksih yang mengalami hal seperti ini? Saya simpan “rahasia” ini selama bertahun-tahun. Saya masih ingat setiap kali saya merasa tertarik kepada laki-laki lain, baik itu hanya di film, di TV ataupun di lingkungan sebenarnya, saya merasa sangat malu dan kotor. Tidak jarang pula saya mengutuk diri sendiri. Walaupun saat itu saya belum mengenal Tuhan yang sesungguhnya, saya sering memohon agar saya bisa “sembuh dari kelainan yang saya derita” itu. Namun tidak pernah ada jawaban.

Duniaku Yang “Sesungguhnya”

Setamat SMA, saya melanjutkan pendidikan saya ke salah satu kota di Australia. Kakak perempuan saya memang benar-benar sayang terhadap saya dan dia memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar di luar negeri. Saya mulai rajin ke gereja dan mengikuti kelas pemahaman Alkitab, walaupun di tengah-tengah semua ini saya tetap simpan semua kebingungan saya sendiri.

Suatu saat, ketika saya sedang menghabiskan liburan studi di Jakarta, saya bertemu dengan seorang teman laki-laki lama. Setelah hidup di Australia selama sekitar 2 tahun pikiran saya menjadi lebih liberal. Singkat kata, kami mulai merasa tertarik satu sama lain dan kami pun mulai menjalin hubungan. Dia memperkenalkan saya pada teman-temannya, dan untuk pertama kalinya saya mulai merasa saya bisa bebas untuk mengekspresikan diri saya yang “sesungguhnya”. Hubungan ini sungguh terasa indah pada mulanya, dan terus berlanjut sebagai hubungan jarak jauh saat saya harus kembali ke Australia. Bahkan dia mengunjungi saya dan kami sempat berlibur bersama tahun berikutnya. Di tengah-tengah semua ini, saya tetap aktif mengikuti berbagai kegiatan di gereja. Menyimpan rahasia adalah salah satu keahlian saya saat itu.

Saat saya kembali lagi ke Jakarta untuk berlibur pada kesempatan selanjutnya, hubungan kami mulai terguncang. Hal-hal yang kami lakukan bersama tiba-tiba tidak lagi terasa indah. Rasa iri, ketidak-percayaan, kemarahan dan hawa nafsu, itulah yang sering mengisi hubungan kami. Saya merasa tidak puas dengan apa yang terjadi dan mulai bertanya-tanya, “Apakah yang terjadi? Mengapa semuanya berubah begitu cepat? Bukankah hubungan kami baru berumur kurang dari 2 tahun?” Sempat saya mencoba memutuskan hubungan ini, tapi pasangan saya menolak dan bahkan mengancam untuk bunuh diri kalau sampai saya berani untuk melakukan hal tersebut. Bahkan di tengah-tengah kekacauan ini, sempat ada pihak ketiga yang turut “meramaikan” masalah. Itupun salah saya, yang tidak lagi kuat menahan napsu. Nampaknya saya sudah mulai lepas kendali. Namun kami tetap melanjutkan hubungan ini karena saya harus kembali ke Australia dan tidak ada waktu untuk membicarakannya lebih lanjut.

Sekembalinya saya ke Australia, saya mulai sungguh-sungguh bertanya-tanya pada Tuhan, adakah jalan keluar bagi saya. Saya sadar bahwa saya sudah mulai lepas kendali dan saya tidak mau jatuh lebih dalam lagi. Saat itu untuk pertama kalinya saya mendengar jawaban dari Tuhan setelah sekian lama saya berteriak meminta jawaban mengenal masalah ini. Saya merasa Dia meminta saya untuk memilih, apakah saya mau mengikut Dia atau pasangan saya. Hanya satu yang boleh saya pilih. Pilihan yang sulit. Meskipun hubungan saya dengan pasangan saya sudah tidak lagi seindah dulu, tapi ini adalah satu hal yang benar-benar familiar bagi saya. Setelah bergumul, akhirnya saya putuskan untuk memutuskan hubungan tersebut. Anehnya, kali ini pasangan saya menerima keputusan saya. Tidak ada paksaan, tidak ada ancaman bunuh diri.

Jawaban Itu Akhirnya Datang

Selepas saya dari hubungan ini, kembali saya berseru pada Tuhan, “Saya sudah mengikuti kehendakMu, sekarang apa yang harus saya lakukan?”. Tak lama sesudah itu, saya menemukan sebuah buku karya Mario Bergner berjudul Setting Love in Order. Mario adalah seorang eks-homoseksual dan dia menceritakan pengalamannya keluar dari belenggu homoseksualitas dalam buku tersebut. Yang lebih menyentuh saya sebetulnya adalah halaman terakhir dari buku itu. Di sana terdapat daftar empat organisasi yang melayani masalah homoseksualitas secara spesifik. Buku ini diterbitkan di Inggris, jadi tidak aneh kalau tiga dari empat organisasi yang tertulis di situ berada di Inggris sendiri. Namun anehnya, organisasi terakhir yang tertulis di situ adalah organisasi yang berada di kota tempat saya berada saat itu (di Australia). Dari begitu banyak organisasi yang tersebar di seluruh dunia dan hanya organisasi di kota itu saja yang tertulis, saya tahu ini adalah jawaban dari Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa mengatur semuanya ini seperti Dia.

Setelah menghubungi organisasi tersebut, saya mulai mengikuti program konseling secara pribadi dan grup. Di sinilah untuk pertama kalinya saya benar-benar menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat saya secara pribadi dan Dia mulai membukakan hal-hal mengenai masalah saya. Bahwa saya tidak pernah dilahirkan sebagai seorang homoseksual, tapi hal ini terjadi karena beberapa hal yang saya alami dan yang tidak saya dapatkan semasa saya bertumbuh sebagai anak laki-laki. Homoseksualitas itu semacam pertumbuhan identitas seks kita (sebagai pria ataupun wanita) yang terhambat. Setiap anak mempunyai kebutuhan emosional yang harus terpenuhi semasa mereka bertumbuh. Kebutuhan ini antara lain kebutuhan untuk merasa dicintai, diterima dan diberi dorongan positif (affirmation) dari sesama jenis, supaya mereka bisa bertumbuh secara percaya diri sesuai identitas seks mereka, baik sebagai pria maupun wanita. Ini tidak terjadi pada saya. Jadi kebutuhan saya untuk merasa dicintai dan diterima oleh sesama jenis ini terus ada pada diri saya dan tidak terpenuhi. Walaupun hal ini tidak membuat saya menjadi seorang homoseksual, tapi ini membuat saya menjadi tidak percaya diri akan identitas saya sebagai seorang anak laki-laki. Saat pubertas datang, saya mulai merasakan keinginan-keinginan yang berbau seksual. Dan saat itu dalam pikiran saya terjadi semacam seksualisasi antara keinginan seks dan kebutuhan emosional saya yang belum juga terpenuhi. Inilah yang membuat saya tertarik pada sesama laki-laki.

Homoseksualitas adalah masalah yang kompleks. Ada dua hal lain yang turut ambil bagian dalam ketertarikan saya terhadap sesama jenis. Semasa saya kecil juga tidak sedikit orang/anak-anak lain yang memanggil saya dengan sebutan banci, gay dsb. Saat Anda berumur 6-7 tahun, tentunya Anda tidak kenal siapakah diri Anda. Anda hanya akan tahu siapa diri Anda melalui apa yang orang lain katakan mengenai Anda. Kalau banyak orang menyebut Anda ganteng, tentunya Anda akan percaya bahwa Anda memang ganteng. Sebaliknya, kalau banyak orang menyebut Anda sebagai banci, gay, dsb, Anda juga mungkin akan percaya seperti yang mereka katakan.

Selain itu, dengan terlalu dekatnya hubungan saya dengan kedua kakak perempuan saya, saya jadi mengidentifikasikan diri saya seperti mereka. Merekalah figur panutan saya, tanpa saya sadar. Hal-hal inilah yang membuat saya mulai merasa tertarik terhadap sesama jenis secara seksual.

Jadi saat saya memulai proses pemulihan, Tuhan mulai membuka masalah-masalah di balik rasa ketertarikan saya terhadap sesama jenis tersebut. Saya mulai mengerti bahwa arti proses pemulihan yang paling utama adalah bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional saya secara sehat. Homoseksualitas hanyalah hal yang menonjol keluar. Namun di balik homoseksualitas itu ada banyak kebutuhan, terutama kebutuhan emosional, yang belum terpenuhi.

Seperti memotong bawang, lapis demi lapis, saya harus mulai mengenal dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi sebelumnya. Rasa kurang percaya diri sebagai laki-laki, rasa rendah diri, penolakan diri, rasa iri terhadap apa yang laki-laki lain miliki, keinginan mati-matian untuk dipuji oleh orang lain, kepahitan terhadap ayah dan figur laki-laki yang saya kenal, dsb. Inilah sebenarnya hal-hal yang harus dibereskan.

Proses ini tidaklah mudah dan bahkan masih terus berlanjut sampai sekarang. Di awal proses pemulihan, saya pernah sempat berpikir, asalkan saya sungguh-sungguh mengikut Tuhan dan tidak kembali ke jalan saya yang lama, pastilah saya bisa bebas dari semua masalah. Pemikiran yang bodoh. Bukankah Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa di dunia ini kita akan mengalami kesulitan dan penganiayaan? Yesus tidak pernah menjanjikan kita tidak akan mengalami masalah, tapi yang Dia janjikan adalah Dia akan selalu bersama-sama kita, melewati gunung dan lembah kehidupan, bahkan di saat kita tidak bisa merasakan lagi kehadiranNya.

Sekarang saya juga sudah mulai mengerti arti laki-laki yang sesungguhnya. Arti laki-laki secara sesungguhnya bukanlah dihitung dari kekuatan fisik atau kesukaan laki-laki pada umumnya. Saya masih tidak tertarik pada sepak bola atau bola basket dan saya masih menyukai hal-hal yang berbau artistik. Bahkan profesi saya saat ini adalah seorang desainer grafis. Tapi sekarang saya sadar bahwa ini tidaklah mengurangi kelaki-lakian saya. Banyak hal lain yang lebih penting dalam “mengasah” sifat kelaki-lakian saya, misalnya mengambil keputusan, siap bertanggung jawab kalau sampai saya salah mengambil keputusan, dsb. Inilah arti laki-laki yang sesungguhnya.

Langkah Selanjutnya…

Saya sering mengibaratkan proses pemulihan ini sebagai lari jarak jauh. Saat kita berlari jarak jauh dan di suatu point kita terjatuh, kita tidak akan kembali lagi ke garis start, tapi kita akan bangun lagi dan terus berlari sampai akhirnya tiba di garis finish. Saya tidak pernah menyesali keputusan saya untuk meninggalkan jalan hidup saya yang lama. Di tengah kesulitan saya, Tuhan Yesus selalu membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang setia dan tidak pernah meninggalkan saya. Dan sekarang saya bisa merasakan kedamaian dalam hati saya di tengah setiap pergumulan selama saya bersedia untuk mengikut Dia.

Saya yakin ini bukanlah akhir dari kesaksian saya. Suatu hari saya berharap kesaksian ini masih akan berlanjut karena saya sadar saya masih berada dalam proses pemulihan dan masih banyak hal yang Tuhan akan kerjakan dalam hidup saya. Semoga apa yang Anda baca ini bisa menguatkan Anda, baik Anda yang sedang bergumul dengan masalah seksual ataupun masalah lain. Tuhan Yesus mendengar isi hati Anda. Kalau Dia bisa membuka jalan bagi saya, Dia juga pasti akan membuka jalan bagi Anda.

By CS