Selasa, 28 April 2009

Daud & Batsyeba

Bacaan 2 Samuel 12 : 15-23

Cerita tentang Daud yang satu ini sangat menarik untuk disimak.

Seperti yang kita ketahui, Daud berselingkuh dengan istri Uria (yakni Batsyeba) dan "membunuh" Uria secara tidak langsung. Sudah jelas Tuhan tidak akan berkenan dengan hubungan Daud yang ini. Akibatnya, anak hasil hubungan Daud dan Batsyeba ditulahi dan menderita sakit.

Daud yang sangat menyayangi anaknya. Ia pun kemudian menyesali semua perbuatannya di hadapan Tuhan dan mengurung diri. Selama berhari-hari ia mengurung diri di dalam ruang doa. Ia tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mandi. Hanya berdoaaaaaaa saja. Daud berdoa minta belas kasihan dari Tuhan agar anaknya bisa sembuh.

Ketika para tua-tua datang menjenguknya dan mengajaknya makan, mereka melihat Daud hanya berbaring di tanah dan berdoa. Tidak mau ngapa-ngapain. Berdoa dan berdoa minta agar anaknya disembuhkan.

Ketika anak hubungan Daud-Batsyeba ini mati pada hari ketujuh, ketika Daud mendengar kalau anaknya sudah mati, ia lalu keluar. Ia kemudian mandi, berpakaian rapi dan kembali mau makan. Ia tidak lagi mengurung diri. Mungkin ia bersedih (pasti bersedih) tapi ia tidak berlarut-larut di dalamnya.

Para tua-tua yang melihat kejadian ini merasa heran. Mereka bertanya pada Daud, "Mengapa waktu anakmu sakit kamu mengurung diri dan tidak mau makan? Tapi begitu anak ini mati mengapa kamu langsung mau mandi dan makan?"

Dan beginilah jawaban Daud, sangat menarik (2 Samuel 12: 22-23). "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."

Maksudnya mungkin kira-kira bisa diartikan sebagai berikut:
Selama masih ada harapan dan belum terjadi, berdoalah dan teruslah menaruh pengharapan. Seperti Daud, ia tidak menyerah karena anaknya masih
sakit dan belum mati. Ia terus berdoa dan berpuasa minta belas kasihan Tuhan. Ia berharap dan terus berharap agar Tuhan bisa mencabut tulahnya kembali.

Tapi begitu anak itu mati, ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Life must go on! Sudah mati, pengharapan itu sudah tidak ada. Cukup. Jangan menyesali, jangan tangisi. Kehidupan harus dilanjutkan. Rasa sedih itu ada. Rasa sakit itu ada. Tapi buat apa berlarut-larut di dalamnya sedangkan di luar sana masih ada banyak hal yang harus dikerjakan.

Sobat JINS, gambaran seperti Daud inilah yang ingin JINS ajarkan hari ini. Selama sesuatu belum terjadi, jadikanlah itu sebagai pokok doamu. Teruslah berharap dan berharap. Punyai mental yang tidak mudah menyerah dan terus menaruh pengharapan. Antarkan doa dan pengharapanmu pada Tuhan. Yakinlah Tuhan telah mendengar.

Apabila sesuatu yang tidak menyenangkan telah terjadi, janganlah berlarut-larut dalam menangis dan menyesalinya. Kalau perlu, lepaskan pengampunan pada dirimu sendiri. Bangkit dan tinggalkanlah sesalmu di belakang. Life must go on!

Apabila sesuatu sudah seperti nasi menjadi bubur, tidak mengapa. Kita masih bisa menjadikannya bubur spesial kan?

Tidak ada komentar: