Berta, seorang gadis berusia empat belas tahun sedang menangis ketika mendatangi seorang sahabatnya. Ia menangis tersedu-sedu. Ditanyain apapun oleh sahabatnya, ia tetap tidak mau menjawab. Sudah dua hari Berta seperti itu dan sahabatnya dibuat kebingungan olehnya.
Akhirnya hari ketiga, Berta sudah tidak tahan lagi. Ia langsung menceritakan semuanya kepada sahabatnya. "Aku hamil."
Bagaikan tersambar geledek, sahabatnya langsung menanyakan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Dan lagi-lagi Berta diam sambil menangis.
"Kamu harus memberitahu orang tuamu. Ayahmu atau ibumu. Mereka harus tau," ujar sahabatnya.
"Tidak. Aku tak bisa!!" Berta kemudian menangis lagi.
"Berta," ujar sahabatnya mulai tenang, "Kamu ini hamil. Dan tidak mungkin menyembunyikan kehamilanmu. Perutmu akan makin lama makin besar. Kamu harus memberitahu kedua orang tuamu."
"Tapi itu tidak mungkin!!" seru Berta, "Karena yang memperkosaku itu ayahku sendiri!!"
Tak lama kemudian, dengan bantuan sahabatnya, Berta akhirnya menceritakan kebenarannya pada ibunya. Bukannya menolong, ibu Berta malah marah dan menjadi setengah gila. Ia kemudian memaksa Berta menggugurkan kandungannya dan memasungnya dalam sebuah bekas kandang kuda. Di sana, ia hanya diberi makan dan minum secukupnya.
Selama empat belas tahun Berta menyimpan satu kepahitan dalam dirinya terhadap kedua orang tuanya. Ia terus berdoa, "Tuhan, kalau memang Engkau ada, tunjukkanlah diriMu padaku." Tak lama kemudian, ibunya meninggal dan ayahnya menderita stroke. Ia sendiri tidak gila tapi stress berat (sehingga mirip orang gila).
Tak lama kemudian, suatu malam, Yesus menampakkan diri kepada Berta. Berta menangis sejadi-jadinya dan hatinya menjadi sangat damai. Yesus tidak berkata apa-apa, hanya memeluknya.
Keesokan harinya, Berta berjalan ke rumah ayahnya. Ia kemudian menghampiri ayahnya yang sedang terbaring. Karena stroke, ayahnya tidak bisa berbicara, tetapi bisa mendengar. Dan Berta dengan lembut membisikkan di telinga ayahnya, "Selama empat belas tahun ini berlangsung dan Berta mengampuni papa. Semoga papa juga mengampuni Berta."
Ayahnya yang mendengar, tetapi tidak bisa berbicara menitikkan air mata. Dan keluarga itu dipulihkan dalam semalam. Seorang sahabat Berta yang mendengar kisah itu menuliskan sebuah lagu yang berjudul "Sentuh Hatiku".
Mendengar cerita ini, membuatku menangis. Seorang Berta yang dikhianati oleh ayahnya selama empat belas tahun saja bisa mengampuni. Masakan aku yang disakiti cuma sebentar langsung memendam dendam sebegitu lamanya? Mulailah dengan mencabut akar kepahitan dan mengampuni setiap orang yang sudah berbuat salah kepada kita. Bila tidak sanggup, minta kekuatan Tuhan untuk memampukan kita mengampuni.
Karena pengampunan itu adalah pelumas untuk mengurangi kerasnya gesekan-gesekan ketika kita hidup bersama dengan orang lain. Tuhan saja mengampuni kesalahan-kesalahan kita, masakan kita tidak mengampuni orang lain?
Minggu, 09 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar