Seorang anak baru saja mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi) pertamanya. Dia meminta ayahnya yang sangat kaya untuk membelikannya sebuah mobil baru. Ayahnya menjawab, “Begini saja. Dapat dulu nilai yang bagus, pelajari Alkitab dan potong rambutmu, maka kita baru bicarakan masalah ini lagi.”
Sebulan kemudian, anak itu kembali pada ayahnya dan meminta dibelikan mobil baru. Ayahnya berkata, “Anakku, aku sangat bangga padamu. Nilai-nilaimu bagus, kamu juga mempelajari Alkitab, tapi kamu tidak memotong pendek rambut gondrongmu itu!”
Anak itu terdiam sebentar lalu menjawab, “Tapi yah, Samson punya rambut yang panjang, Musa juga punya rambut panjang dan Nuh juga berambut panjang. Bahkan Yesus pun rambutnya panjang!”
Sambil mengambil napas dalam-dalam ayahnya menjawab, “Memang betul, Nak. Tapi mereka ke mana-mana dengan berjalan kaki!”
Manusia, seringkali kita juga bertingkah seperti anak tersebut, Kita terlalu mengidolakan seseorang, bahkan sampai meniru segala sesuatu yang ada pada diri orang tersebut. Mungkin kita mengidolakan seorang artis, penyanyi atau bintang film. Seringkali kita meniru tokoh idola kita, mulai dari cara berjalan, cara berbicara bahkan tindak tanduknya sengaja dimirip-miripkan.
Apakah semua itu dosa? Tidak! Alkitab tidak mengatakan kalau kita meniru seseorang (selama itu dari sisi yang positif) itu dosa. Tetapi orang yang meniru tanpa melihat sedang di mana dan situasi apa adalah orang bodoh. Lebih bodoh lagi bila kita bertindak tidak pada tempatnya.
Pada dasarnya semua manusia itu diciptakan unik dan menarik oleh Tuhan. Seorang idola pada awalnya juga merupakan seorang manusia biasa yang berusaha keras untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidupnya. Perkembangan berikutnya, orang tersebut menjadi seorang idola karena bisa dijadikan panutan oleh orang-orang sekelilingnya.
Setiap orang pasti mempunyai seorang role model dalam hidupnya, entah orang tuanya, sahabatnya, artis atau tokoh-tokoh sukses lainnya. Pertanyaannya, apakah kita hanya bisa mengagumi orang tersebut tanpa belajar mengapa kita sampai bisa mengidolakan orang tersebut? Apakah kita akan meniru tokoh idola kita habis-habisan sampai seolah-olah kita kehilangan jati diri kita? Apakah kita hanya akan menuruti kata orang dan menjadi apa yang orang lain minta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar