Rabu, 02 Juli 2008

Perkara kecil-besar

Sepuluh tahun yang lalu Ibu Kus adalah seorang penjaja kue keliling. Sehari-harinya ia menjajakan kue basah dari rumah ke rumah. Sempat juga kami sekeluarga menjadi langganan lempernya yang terkenal enak. Setiap pagi selalu terdengar, "Kueeee... Kuee...". Dan kami yang pelanggan tetap selalu didatangi setiap pagi.

Tak lama kemudian kami pindah ke rumah baru ke kawasan yang baru. Otomotis kami tidak lagi berlangganan lemper pada Ibu Kus. Kadang-kadang kami kangen juga rasanya lemper Bu Kus. Tapi kami lebih kangen lagi dengan Bu Kus sendiri.

Sosok seorang ibu yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Mempunyai tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Suaminya hanya berprofesi sebagai seorang buruh di pabrik bangunan. Kalau pagi-pagi ia menjajakan kuenya, banyak tetangga yang membeli karena alasan kuenya enak (memang kuenya enak). Ada juga yang membeli alasannya mau membantu Bu Kus.

Suatu pagi, kami dikejutkan oleh kiriman sekeranjang penuh berisi kue-kue basah dari seseorang. Ada lemper, risoles, kroket, lumpia basah dan macam-macam. Penasaran, kami menanyakan pada kurir, siapa yang telah mengirim semua ini. Ternyata Ibu Kus! Dan kurir yang dimaksud adalah supirnya! (Supirnya? Ga salah!?)

Singkat cerita, setiap minggunya kamu selalu dikirimkan sekeranjang kue basah. Kuenya enak! Merasa penasaran, saya dan ibuku pun berkunjung ke rumah Bu Kus.

Betapa terkejutnya kami pada pandangan pertama. Rumah Bu Kus bukan seperti dulu lagi; kumuh dan reyot. Sekarang rumahnya besar dan tampak bonafit! Bu Kus berdiri di depan pintu menyambut kami. Bu Kus sendiri tampak sangat.... "bersih" dibandingkan dengan Bu Kus yang dulu. Wajahnya begitu terawat, tidak kelihatan tua sedikitpun. Bajunya pun cukup bagus meskipun sederhana.


Bu Kus mempersilahkan kami masuk. Dan mulailah perbincangan kami dengan penuh rasa penasaran. Apakah ini semua berasal dari warisan, atau menang undian atau... apa?

"Semua ini karena Tuhan.." itulah kata-kata pertama yang meluncur dari mulut Bu Kus.

"Selama ini semua orang hanya melihat saya dari sisi keberhasilan saya tanpa melihat betapa pahitnya harga yang harus kubayar. Ada orang yang cuma bisa iri kepada saya dan mengolok-olok saya. Kebanyakan orang hanya menilai, 'Bu Kus sukses!' tapi mereka tidak memperhitungkan betapa sulitnya proses yang saya jalani untuk mencapai kesuksesan.

"Sejak kalian pindah, saya mencoba untuk menjual jajanan saya di pasar. Di sana, saya harus bersaing dengan pedagang lain untuk mendapatkan tempat. Sempat juga saya berputus asa untuk memasukkan anakku ke SD favorit hanya kendala dana. Setiap malam saya menangis kepada Tuhan, minta Tuhan membuat hidupku lebih baik.

"Suatu hari saya bertemu dengan seseorang. Ia memberi saya semangat yang bagus dan membeli kue saya setiap mau berangkat kerja. Lambat laun (puji Tuhan) semakin banyak teman-teman yang dibawanya untuk membeli kue saya. Usaha saya semakin hari semakin ramai.

"Namun, pencobaan tidak sampai di situ. Suatu hari tepatnya delapan tahun lalu pasar itu terbakar. Tempat saya juga terbakar. Untunglah di sana tidak begitu banyak material yang hilang. Sempat juga saya kehilangan semangat.

"Untungnya Tuhan selalu membuka jalan. Sejak saat itu saya berjualan kue dengan mengerjakan pesanan untuk kantor, acara-acara dan arisan. Makin hari makin ramai, bahkan usaha saya semakin hari semakin berkembang.

"Berkat uang itu saya bisa menyekolahkan anak saya. Suami saya pun sudah tidak jadi buruh lagi. Kini ia bekerja di sebuah perusahaan asing di Jakarta, sebagai seorang supervisor. Dari uang yang kita kumpulkan berdua, akhirnya kita bisa membeli rumah sendiri dan berkecukupan hingga hari ini."

Lukas 16:10
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar..."

Kesetiaan Bu Kus, semangat yang tak pantang menyerah membuat Bu Kus bisa menjadi seorang yang sukses. Bu Kus belajar untuk memulai segala sesuatu dari hal-hal yang kecil dulu. Meskipun kecil penghasilannya, namun ia bertekun dan pada akhirnya, ia bisa menjadi seorang yang berperkara besar dalam hidupnya.

Blogger yang terkasih, bermimpi untuk menjadi orang besar hampir dilakukan setiap manusia. Tetapi berapa dari mereka yang benar-benar mencapai mimpi mereka? Tidak banyak! Hal itu disebabkan orang-orang seperti itu hanya bisa melihat orang lain dan memandang kagum orang lain. Mereka hanya bisa bermimpi! Mereka tidak berusaha untuk maju.

Mungkin golongan orang-orang tersebut juga sering berpikir, "Untung besar baru kerja. Untung sedikit? Bah..." Tahukah, blogger yang terkasih, pola pikir semacam itulah yang sering membuat manusia jatuh. Pola pikir semacam itu yang membuat kita malas untuk berusaha dan melakukan hal-hal yang kita anggap sederhana dan kecil.

Sebuah pohon besar, gagah dan menjulang tinggi pada mulanya juga berawal dari tunas yang kecil.

So, blogger terkasih, jangan pernah untuk meremehkan hal-hal kecil yang Tuhan percayakan kepadamu. Setialah, taatlah, maka kesuksesan ada di depan mata.

Tidak ada komentar: