Alkisah hiduplah seorang penebang pohon yang sangat kuat. Ia melamar pekerjaan pada seorang juragan kayu dan ia mendapatkannya. Bayarannya lumayan dan juga situasi pekerjaannya mendukung. Untuk alasan itulah penebang kayu itu ingin bekerja sebaik-baiknya.
Bosnya kemudian memberinya sebuah kapak dan menunjukkan tempat ia bekerja.
Hari pertama, penebang kayu itu menebang 18 pohon.
“Luar biasa!” puji si bos. “Teruskan seperti itu ya!”
Penebang kayu itu makin termotivasi dengan pujian si bos. Keesokan harinya, penebang kayu itu bekerja makin keras. Tapi di sore harinya ia hanya menebang 15 pohon. Hari ketiga, ia bekerja lebih keras lagi, tapi di sore harinya cuman mendapatkan 10 pohon. Hari demi hari pohon yang ditebang makin sedikit.
“Saya pasti bertambah lemah,” pikir penebang kayu itu. Ia pergi ke bosnya dan meminta maaf sambil mengatakan kalau ia tak habis pikir juga, mengapa sampai begitu.
“Kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu?” tanya si bos.
“Mengasah? Saya tidak ada waktu untuk mengasah kapak. Saya terlalu sibuk untuk menebangi pohon-pohon…”
Sibuk bukan alasan untuk tidak mengembangkan diri
Blogger yang terkasih, berapa banyak dari kita yang menggunakan kata "sibuk", "sibuk" dan "sibuk" sebagai alasan untuk tidak mengembangkan diri? Seringkali kita tidak merasa telah menggunakan kata "sibuk" untuk menghalangi diri kita berkembang.
Ada seorang teman yang kalau bekerja sering lembur sampai larut malam. Kalau sudah begitu, sehabis pulang sudah langsung tidur. Tidak sempat mempunyai saat teduh dengan Tuhan, tidak sempat pelayanan di gereja, tidak mempunyai waktu untuk teman-temannya yang lain.
Tetapi dampak yang paling berbahaya adalah pada diri kita sendiri. Kita jadi ogah-ogahan untuk melakukan kegiatan yang lain yang membangun kepribadian kita sendiri.Kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita sehingga mungkin kita tidak sempat untuk instropeksi. Kita tidak sadar dengan apa yang sudah kita lakukan kepada orang lain. Kita mungkin telah menyia-nyiakan kesempatan-kesempatan langka yang ditawarkan pada kita untuk menjadi seorang manusia yang lebih lagi. Kita mungkin karena kesibukan kita telah meninggalkan Tuhan. Padahal Tuhan adalah batu pengasah yang paling bagus.
Blogger yang terkasih, kalau kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita, kita akan selalu punya alasan untuk menolak kesempatan-kesempatan yang ditawarkan kepada kita. Kita juga menolak Tuhan yang mau mengasah kita lebih tajam lagi.
Saat ini, berhentilah beberapa menit dari kesibukan Anda. Pejamkan mata Anda dan coba lihat kembali ke dalam diri Anda. Pikirkanlah, apakah yang selama ini yang Anda lakukan benar? Dengan segala usaha dan kesibukan Anda, apa yang Anda peroleh? Pribadi yang lebih baik? Ataukah sebaliknya, pribadi yang mengecewakan Tuhan dan sesama kita?
Tuhan memberkati!!
Rabu, 09 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar