Adi, seorang pemuda desa yang nakal. Di masa SMA, ia sering membuat keonaran di sekolah. Ia jago olahraga dan lemah di pelajaran. Sempat juga diangkat menjadi seorang ketua OSIS. Semasa SMA, hidupnya sering diwarnai oleh putaw dan sabu-sabu. Namun ia sendiri tidak memakai, hanya sering membantu teman-temannya untuk menglinting dan mengkonsumsi. Tak luput juga kehidupannya dari yang namanya seks bebas. Hampir berkali-kali ia terjerumus ke dalamnya.
Lulus dari SMA, Adi merantau ke kota. Di sana ia bekerja sebagai seorang sales. Terbayang-bayang dari kehidupan masa lalunya, ia seringkali mendapat cemoohan dari teman-temannya. "Mana bisa kamu jadi bos? Orang kamu hanya lulusan SMA dan ngga punya modal apa-apa.." ejek teman-temannya. Adi hanya menanggapinya dengan tiga kata, "Lihat saja nanti..."
Mulanya kehidupan Adi di kota sangat sulit. Maklumlah, ia harus mengalami masa transisi dari pemuda desa menjadi seorang pekerja di kota. Kadang-kadang ia terpaksa harus bangun pagi untuk menjual barang-barangnya, pergi keluar kota sendirian hanya untuk membagikan brosur dan proposal, dimarahi bos, dikomplain customer. Tapi yang paling berat menurutnya adalah cemoohan dari orang-orang di sekitarnya yang selalu mengatakan kalau ia hanya seorang pemuda desa lulusan SMA yang tidak mungkin menjadi seorang yang sukses.
Tiga tahun pertama di kota sungguh perjuangan yang sangat berat untuk bertahan hidup. Berkali-kali ia hampir jatuh di dosanya yang lama (obat dan seks bebas). Berkali-kali juga ia hampir mati karena resiko pekerjaannya. Tapi Adi seorang pemuda yang cerdas. Ia mempunyai jiwa bisnis yang digabungkan dengan sifat uletnya. Dengan modal itulah ia juga bertekad untuk berhenti merokok dan meninggalkan masa lalunya yang kelam untuk melangkah maju. Sementara itu teman-temannya masih terus mengejeknya dan selalu menatapnya dengan pandangan merendahkan.
Tahun 2007 kemaren, Adi membuka satu usaha kecil-kecilan. Hal itu membuat setiap teman-temannya kaget bukan kepalang! Pikir mereka, darimana Adi mendapat modal untuk membuka sebuah usaha? Bukankah Adi hanya seorang pemuda desa yang hidupnya rusak dan lulusan SMA yang tidak punya apa-apa?
Sejak saat itu pandangan teman-teman terhadap Adi pun mulai berubah. Adi bisa membuktikan dirinya bukan seorang pecundang. Adi bisa membuktikan kata-katanya. Ia menjadi seorang yang sukses di usianya yang muda. Ia bisa melakukan sesuatu yang dianggap mustahil oleh teman-temannya. Ia bisa "membalas dendam" kepada teman-temannya.
The greatest revenge is to accomplish what others say you cannot do.
Yap, pembalasan dendam terbesar adalah menyelesaikan sesuatu apa yang orang lain bilang kamu tidak bisa lakukan. Adi melakukannya. Ia dicemooh lingkungannya yang mengatakan ia tak mungkin sukses. Tapi ia menunjukkan kepada semuanya. Ia hanya berkata, "Lihat saja nanti." dan ia benar-benar melakukannya!
Tiga hal yang dipunyai Adi yang membuatnya menjadi seorang yang sukses:
1. Semangat dan keuletan.
Dengan semangat, semuanya jadi mungkin. Meskipun ia secara keuangan tidak mempunyai modal, tapi dengan semangat ia berusaha keras dan gigih untuk mengejar kesuksesan. Adi mengorbankan masa mudanya untuk bekerja. Hasilnya? Ia seorang businessman muda!
2. Telinga yang "tuli".
Artinya, Adi tidak menghiraukan ejekan dan cemoohan orang-orang di sekelilingnya. Sebaliknya semuanya itu dijadikan sebagai cambuk untuk terus maju.
3. Pertobatan di usia muda.
Adi sempat berkata kalau faktor ketiga inilah yang paling menentukan. Ia sangat bersyukur bertobat di usia muda. Dengan bertobat, ia mengubah semua cara pandangnya terhadap hidup. Mulai dari seorang yang suka hura-hura, hingga menjadi seorang yang matang dalam pola pikir dan berbisnis.
Blogger terkasih, Adi adalah contoh nyata. Sosok Adi benar-benar ada. Ia seorang pemuda desa yang sekarang menjadi seorang enterpreneur di usianya yang sangat muda (24 tahun). Dilihat dari latar belakangnya sungguh mustahil bagi Adi untuk sukses. Tapi sekali lagi Adi membuktikannya. Dan ia benar-benar menunjukkan kepada orang lain yang mencemoohnya.
Blogger terkasih, sudahkah Anda "membalas dendam" kepada orang-orang yang telah mencemooh Anda? Bukan dengan menyakiti mereka, tetapi lebih dengan menunjukkan kepada mereka atas apa yang mereka katakan terhadap Anda. Tuhan memberkati!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar