(Thanks to Patsy. Your story really inspires! Cepet balek Indo ya....)
7 pm. Interview kerja hari itu berjalan lancar. Aku lega. Ternyata ketakutanku selama ini, bahwa si calon Boss itu akan galak, tidak terjadi. Ini membuktikan (sekali lagi) bahwa ketakutan kita bukan berarti kenyataan :)
Matahari masih ada - dan sangat terik - padahal ini sudah waktunya makan malam. Aku belum begitu lapar dan berjalan santai di sepanjang West Terrace menuju rumah dan menikmati apapun yang bisa disajikan alam pada waktu itu. Panas. Cahaya. Udara segar.
Lalu tiba-tiba...
Seorang pria paruh baya dari arah berlawanan berjalan menghampiriku.
Aku langsung teringat peristiwa pemerkosaan di Sydney yang dilakukan orang Australia terhadap international students dari China. Gadis itu diperkosa, jatuh dari balkon apartemennya dalam keadaan telanjang, dan mati. Berita ini menggemparkan semua orang termasuk aku dan beberapa anak Indonesia di sini yang mulai bertukar ilmu tentang teknik melindungi diri yang jitu. Kita berdiskusi tentang efektifitas gas air mata, alat yang bisa nyetrum (aku lupa namanya. Ada yang bisa bantu?), dan kalau semua tidak mempan, kita bisa menggunakan tendangan 'maut' tepat 'sasaran' yang diajarkan di sinetron-sinetron Indonesia.
"Sorry,"
Ups. Orang itu ternyata sudah didepanku! Jantungku berdebar kencang. Aku menatapnya curiga. Dia memakai kaos putih tipis dan celana pendek biru untuk lari. Juga sepatu olahraga. Badannya lumayan kurus. Tangan kanannya memegang kertas putih sementara tangan satunya memegang sebuah benda hitam....
Apa itu pistol?
Agh... ternyata kamera :) Dia hanya turis! Kenapa aku harus takut?
Aku menjawabnya,
"Yes... Is there anything I can help you with?"
"Do you know where is the Bus Stop for J1 ?"
Ok... biarkan aku berpikir sebentar. J1. Aku tahu J1. Dulu aku tinggal di Lockleys dan selalu naik bus itu. Tapi, Bus Stop-nya di mana ya? Kepalaku celingak-celinguk muka belakang mencari petunjuk... tapi tetap saja blank.
"Can I borrow your map?"
Dia meminjamkan kertas putih lusuh yang dipegangnya. Aku menelusuri nama jalan-jalan yang tertulis di sana dan akhirnya ingatanku berfungsi kembali. Hmmm... membuktikan juga bahwa perempuan itu BISA membaca map.
"Do you know where it is?" Dia bertanya kembali. Kasihan, kelihatannya dia tersesat dan sama sekali tidak tahu jalan pulang.
"Yes... I know where it is. You can go straight ahead there and turn right at the first corner."
"And then?"
"Oh... you can just walk along the street and find the bus stop."
"Thank you." Jawabnya sekalipun masih kelihatan bingung. Hmm... apa penjelasanku kurang jelas ya? Akh, sudah ah, bukan urusanku. Tinggalkan saja dia.
"Walk two miles..."
Heh? Tiba-tiba Suara itu berbicara di hatiku. Aku diam. Jangan-jangan aku salah dengar. Tapi kemudian kalimat yang sama muncul lagi dengan lembut,
"Walk two miles..."
Mendengarnya, aku memutuskan untuk membantu pak turis menemukan bus stop yang dia cari. Dia sebenarnya sudah berjalan pergi melewatiku sambil kebingungan mencari first corner yang kubilang tadi. Aku segera berbalik arah dan berusaha mengejarnya,
"Uhm... I can walk with you until you find the bus stop."
Dia menoleh lalu terperangah.
"Oh really...??" Ada yang berubah di raut wajahnya, dari yang khawatir seakan tiba-tiba melihat sebuah pengharapan baru.
"Thank you... thank you... thank you..."
Aku nyengir aja liat dia terlalu berterima kasih karena bantuanku. Hihi... emang kebanyakan turis tersesat kayak gitu.
"Well, I knew how it feels. I've lost too many times when I first came here."
"Uhm... where do you from?" tanyanya.
"Indonesia." Jawabku bangga :)
3 menit kemudian...
Kita terus berbincang sampai akhirnya tiba di bus stop yang dia cari. Orang Perancis itu masih dan terus berterima kasih karena aku sudah mau repot-repot mengantarkannya. I just wished him for a good holiday in Adelaide lalu berjalan pergi. Kembali ke arah West Terrace menuju rumah.
Matahari masih bersinar terik. Mobil-mobil sepanjang West Terrace tetap melaju kencang seperti biasanya. Langkahku pelan tapi santai. Aku tahu, aku baru saja berjalan dua mil untuk orang itu. Sebenarnya tugasku hanya sebatas memberi petunjuk arah saja, tapi aku memilih untuk menawarkan bantuan lebih dan membantu dia sampai di tujuannya. Sebuah tawaran yang sebenarnya tidak wajib untuk dilakukan tapi tetap kulakukan untuknya. Dan itu sungguh, percaya padaku, membawa sukacita tersendiri!
Setelah kejadian itu, entah apa hubungannya, tiba-tiba saja aku bisa lebih menikmati hal-hal kecil yang Tuhan sudah berikan. Bersyukur ada pohon di pinggir jalan. Masih ada udara untuk dihirup. Bunga berwarna-warni yang kelihatan dari etalase florist yang aku lewati. Dan langit biru yang terbentang luas untuk mengingatkanku betapa besar Tuhanku.
Aku akhirnya sadar. Tuhan selalu berjalan 2 mil bersama kita. Dia selalu memberi lebih. Dia sebenarnya bisa saja hanya menciptakan bumi ini sebagai tempat seadanya untuk ditinggali manusia. Tapi, kenapa Tuhan tetap menciptakan langit biru dengan awan putih? Kenapa Dia ciptakan pohon dengan bentuk unik seperti itu? Kenapa daunnya harus hijau dan batangnya harus cokelat? Kenapa matahari terlihat berubah warna kalau sudah mau terbenam? Kenapa ada pelangi? Kenapa di dalam laut harus ada terumbu karang yang indah? Kenapa Tuhan harus ciptakan bunga? Kenapa bentuk binatang berbeda-beda dan lucu-lucu? Kenapa harus ada gunung dan pantai? 'Kan sebenarnya manusia juga gak begitu perlu semua keindahan itu selama dia bisa tetap hidup di bumi.
But He is great! He adds beauty in everything He has given us. Sebuah keindahan yang sangat detil. Dia memberi lebih - jauh lebih banyak - dari apa yang sebenarnya sudah cukup untuk kita terima. Iya, Dia selalu berjalan dua mil untuk kita dan bersama kita.
Sebenarnya, berjalan dua mil itu bisa dimulai dengan hal-hal yang praktis dan sederhana. Kita bisa menelepon teman yang curhat lewat sms (padahal kita bisa respon sama dia lewat sms juga), bantu nenek-nenek nyeberang jalan sambil bawain tasnya yang berat (jadi ingat mata pelajaran PPKN jaman dulu :p), menyapa orang duluan dan memberkati mereka dengan senyum kita (asal jangan senyum melulu nanti dia lari ketakutan), membantu merapikan kursi selesai makan di restoran, membuang bekas kantong makanan fast food tanpa membiarkan pelayan yang membersihkannya, uhmm apalagi ya? Pasti banyak! Hanya saja, sayang sekali, terlalu sering kita masih egois untuk melakukannya. Apalagi melakukannya bagi orang lain dan mereka yang tidak kita kenal.
Jadi, bagaimana denganmu? Apakah kamu pernah 'berjalan dua mil' untuk orang lain? Kalau pernah, ayo share di sini ;) Kalau belum, let's walk our own 'two miles' together :)
Jesus loves you!
Minggu, 15 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Thank you buat Patsy ya... ini sungguhan satu blog entry favoritku. Keep on writing sis!! JBU
Thanks for sharing this, James :)
I'm blessed with your life as well :)
Posting Komentar