Kamis, 04 Desember 2008

Menilai Penampilan

Seorang wanita paro baya yang berpakaian tidak begitu rapi turun dari kereta api di Boston bersama dengan suaminya. Mereka berjalan malu-malu di depan kantor rektor. Sekertaris rektor itu memberitahu kalau mereka tidak layak untuk bertemu dengan rektor Universitas Harvard, bahkan ia juga meledek mereka dengan berkata mereka bahkan tak layak untuk di Cambridge.

"Kami mau bertemu dengan rektor," kata pria paro baya itu.

"Beliau sibuk," jawab si sekertaris ketus tanpa melihat kepada pasangan suami-istri tersebut.

"Kami akan tunggu," jawab wanita itu.

Selama berjam-jam, sekertaris itu mengacuhkan mereka, berharap mereka akan bosan dan pulang. Tapi mereka tetap di sana. Sekertaris itu menjadi agak jengkel dan akhirnya memutuskan untuk memanggil rektor (meskipun dia ragu-ragu). "Mungkin setelah bertemu pak rektor mereka akan pulang," dia memberitahu pak rektor. Dan rektor itu pun setuju. Ia kemudian berjalan keluar ruangannya dan dengan raut wajah yang tegas (baca: tidak ramah) ia mendatangi pasangan suami istri yang memakai pakaian kusut dan setelan rumahan yang tak rapi.

Sang istri memberitahu rektor, "Kami mempunyai seorang anak laki-laki yang pernah kuliah di sini. Ia sangat mencintai Harvard. Ia bahagia di sini. Tapi setahun lalu ia meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sekarang saya dan suami saya meminta dengan hormat, dapatkah Anda membuatkan sebuah memorial atau tugu sederhana untuk anakku?"

"Bu," jawab rektor dengan ketus, "Kita tidak bisa begitu saja membangun sebuah tugu untuk orang-orang yang pernah masuk Harvard dan kemudian meninggal. Tempat ini akan kelihatan seperti pemakaman!"

"Oh bukan, Anda salah paham!" jawab sang istri cepat, "Kita bukan mau sebuah tugu. Kita mau sebuah gedung di universitas kami dinamai nama anak kami. Kita yang akan memberi Harvard sebuah gedung baru, maksud kami, membangunkan."

Rektor itu mengamati wanita itu dari atas ke bawah dan ke atas lagi. Seorang wanita dengan baju lusuh dan setelan rumah. Kemudian jawabnya, "Sebuah gedung? Pernahkah Anda berpikir berapa uang yang akan dihabiskan untuk membangun sebuah gedung? Untuk membangun sebuah Harvard yang mewah seperti ini kita menghabiskan tujuh setengah juta dolar!!!" ujarnya sambil mengejek.

Untuk beberapa saat, wanita dan suaminya itu terdiam. Rektor itu merasa senang karena akhirnya menemukan cara untuk mengusir mereka.

Sang istri berpaling kepada suaminya, "Cuma segitukah untuk membangun sebuah universitas? Mengapa tak terpikir dari dulu saja kita membangun satu?" Rektor itu bingung dan tidak mengerti.

Dan begitulah Tuan dan Nyonya Leland Standford pergi ke Palo Alto, California dan mereka membangun sebuah universitas dengan nama anak mereka. Sebuah memorial yang tidak dianggap oleh Harvard.

Moral dari kisah ini yaitu jangan menilai seseorang dari penampi....? .. Lan!! Seratus, anak-anak!

Tidak ada komentar: