Pernahkah Anda merasa bahwa Anda telah melakukan suatu kebiasaan yang sangat kecil namun berdampak besar pada kehidupan sosial Anda?
Well, saya pernah. Dan kebiasaan yang sangat tak termaafkan ini kulakukan berulang-ulang kali. Lagi dan lagi.
Saya adalah seorang gadis berusia dua puluh tahunan dan bekerja sebagai seorang aktivis di gereja. Setiap hari saya bekerja sebagai seorang penanggung jawab di bagian sound pada saat kebaktian sedang berlangsung. Hampir setiap minggu saya bertugas pada setiap kebaktian dan mendengarkan setiap dari pembagian firman Tuhan.
Namun saya mempunyai satu kebiasaan buruk. Kebiasaan ini sangat menggangguku dan (tentu saja) sangat mengganggu orang lain. Kebiasaanku ini seringkali menjauhkan saya dari Tuhan. Kebiasaan itu bernama "suka mengkritik".
Kebiasaan itu membuat saya tak pernah puas dengan seseorang. Dan yang sering menjadi korbannya adalah keluarga saya dan sahabat saya. Setiap kali ada sesuatu yang tidak kusukai dari mereka, saya langsung menghujani mereka dengan kritikan-kritikan pedas atau sindiran-sindiran. Meskipun saya menahannya, tapi selalu ada satu godaan untuk memulai suatu "kritik" bagi mereka. Mulanya keluarga dan sahabat saya menganggap itu sesuatu hal yang pantas dijadikan masukan. Tapi lama kelamaan saya mulai merasakan efek "annoyance" dari sikapku ini.
Saya mulai dijauhi oleh saudara-saudara dan sahabat-sahabat saya. Mereka tampak "terganggu" setiap kali saya mulai berbicara. Mereka tidak senang setiap kali saya menumpahkan unek-unek saya (ya iyalah, siapa yang suka dikritik setiap hari?). Mungkin di dalam pikiran mereka saya dianggap sok pintar, terlalu menggurui atau bahkan terlalu sombong.
Lambat laun, satu per satu sahabat saya meninggalkan saya. Mereka mulai jemu. Mereka mulai malas berkawan denganku. Menurut mereka saya hanyalah seorang perusak suasana. Mereka merasa saya hanya seorang yang hanya menuntut dan menuntut mereka untuk menjadi lebih baik.
Blogger terkasih, apa yang bisa didapatkan dari kesaksian singkat di atas? Suatu kesalahan kecil yang tak termaafkan bahkan saking kecilnya kita tidak menyadari kita telah menumpuk satu kepahitan dalam diri keluarga dan teman-teman kita. Kebiasaan itu bernama "suka menuntut". Yup, sering tidak kita sadari kita sendiri suka menuntut orang lain untuk berubah sesuai standar kita sedangkan kita sendiri tidak mengubah diri kita.
Memang kebiasaan itu sangat kecil sekali. Tapi ingatlah satu paku kecil saja bisa bikin sakit kalau terinjak. Kebiasaan itu bila dilakukan berulang kali akan membuat orang lain malas berkawan dengan kita.
Padahal kalau kita tilik lagi kisah di atas, tokoh "saya" adalah seseorang yang sering mendengarkan firman Tuhan, rajin pelayanan dan di mana seharusnya ia menjadi contoh bagi orang lain. Kenyataannya, apakah ia orang yang disukai?
Blogger terkasih, hilangkan kebiasaan buruk Anda yang satu ini yang bisa menjadi akar kepahitan dalam diri orang lain. Berhentilah menuntut dari orang lain. Ubah diri Anda terlebih dahulu. Daripada melempar kritik, lebih baik memberikan pujian kepada orang lain. Kritik memang kecil, tapi bila dilakukan terus menerus akan menyakiti hati orang lain.
Seorang manajer perusahaan bisa dilengserkan dari jabatannya hanya karena ia terlalu sering menuntut anak buahnya untuk memberikan yang terbaik. Hampir ia tak pernah memuji. Setiap ada hal baik yang dilakukan bawahannya, ia selalu menanggapinya dengan sinis. Dan itulah yang menjadikannya cepat turun pangkat. Para karyawan di bawahnya tidak suka dengan kinerjanya.
So, blogger terkasih, lontarkan pujian kepada seseorang dengan tulus bila ia menyelesaikan sesuatu dengan baik. Kalau pun ternyata masih ada yang kurang, berikan pujian yang tulus dan masukan-masukan yang membangun. Bukan dengan kritikan dan kata-kata pedas.
Tuhan memberkati...
Senin, 25 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar