Menjadi laki-laki adalah masalah kelahiran, tetapi menjadi pria sejati adalah masalah pilihan.
Sobat J-Ins, apa sih yang ada di benak Anda ketika membaca quotation di atas? Tentu Anda bertanya-tanya apakah Anda sudah menjadi seorang pria atau masih seorang cowok? Setiap orang punya pandangan yang berbeda-beda tentang kesejatian seorang pria. Ada yang mengatakan seorang pria dapat disebut sejati apabila ia dapat menaklukkan hati setiap wanita. Ada yang mengatakan kalau mempunyai tubuh berotot dan perut sixpack baru disebut pria. Ada pula yang mengatakan seorang pria itu sejati kalau ia suka bermain bola, merokok, minum dan sebagainya dan sebagainya dan sebagainya.
Lalu, sebenarnya apakah yang menjadi tolak ukur dari kesejatian seorang pria?
Menurut saya, seorang pria sejati tidak diukur dari seberapa jantan ia di tempat tidur, seberapa macho ia dalam berkelahi, seberapa hebat ia dalam menaklukkan wanita. Kesejatian seorang pria juga sebenarnya tidak diukur dari kekuatan fisik ataupun kemahirannya dalam bermain bola atau gulat. Kalau seorang pintar bermain bola dan yang lain tidak, maka yang pintar itu disebut pria dan yang tidak pintar bukan pria? Sama sekali tidak!!
Masih banyak hal yang menunjukkan kesejatian seorang pria. Di antaranya:
1. Pengambilan keputusan (Kejadian 1 : 26)
Seorang pria adalah kepala dan pemimpin. Bisa pemimpin dalam gereja, dalam keluarga, dalam pekerjaan. Salah satu hal terberat dari seorang pemimpin ialah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil bisa berujung hasil yang baik apabila pola pikirnya benar, dan bisa juga berujung kehancuran apabila dilakukan dengan sembrono.
Seorang pria sejati tahu keputusan yang akan dia ambil, keputusan terbaik yang bukan untuk kepentingannya sendiri melainkan untuk orang lain. Seorang pria tahu cara menjadi pemimpin yang baik yang bisa mengarahkan 'tim' yang dipimpinnya untuk mencapai hasil akhir yang terbaik, bahkan terkadang ia sendiri harus menanggung rugi untuk keberhasilan 'tim'nya.
Sedangkan seorang cowok hanya mengambil keputusan menurut keinginannya sendiri tanpa mempertimbangkan masak-masak arah ke depannya. Biasanya keputusan yang diambil hanya untuk mengenyangkan perut sendiri dan memuaskan egonya tanpa mempertimbangkan orang lain.
2. Penyelesaian masalah
Seorang cowok selalu merasa kalau apa-apa bisa diselesaikan dengan otot. Disindir sedikit urat syaraf menegang, ingin meninju dan suka ribut. Sedikit-sedikit main pukul... Pokoknya emosi dan kekuatan otot yang dipamerkan dulu.
Sedangkan Pria sejati jarang mau berdebat dan berselisih paham. Seorang pria sejati selalu mengambil waktu tenang sejenak sebelum bertindak. Ia selalu berpikir, baru bertindak. Pria sejati tahu cara menggunakan otaknya untuk menyelesaikan masalah, ditambah otot kalau perlu.
3. Tanggung jawab
Tidak selamanya manusia itu sempurna. Ada kalanya ia jatuh juga. Ada kalanya ia salah mengambil keputusan. Bedanya cowok dengan pria, kalau cowok lebih cenderung mengganggap seolah tidak terjadi apa-apa atau bahkan (lebih parah lagi) melarikan diri. Tanggung jawab? No way!! Sedangkan kalau pria selalu menghadapi setiap konsekuensi dari setiap perbuatan yang ia lakukan. Ia rela menanggung setiap kesalahan yang ia perbuat berikut semua konsekuensinya. Setelah menyelesaikan semuanya, ia akan meminta maaf dengan jantan dan berharap akan kesempatan kedua untuk melakukan yang lebih baik. Pria sejati juga tahu cara memulihkan kepercayaan orang lain kembali.
And now, how man are you?
Sedari kecil saya tidak suka bermain bola. Menontonnya pun malas. Hingga sekarang saya juga tetap tidak suka. Saya masih tetap menyukai hal-hal berbau seni dan artistik. Lalu apakah itu mengurangi kelaki-lakian saya? Tidak! Saya memang bukanlah pria sejati saat ini (setidaknya, belum). Saat ini saya adalah seorang cowok yang sedang belajar menjadi seorang pria sejati. Saya sadar masih banyak hal-hal penting lainnya yang vital dalam "kelaki-lakian" saya seperti pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan tanggung jawab. Inilah arti pria sejati sesungguhnya.
Banyak-banyaklah belajar dari figur pria sejati di sekeliling Anda. Bisa teman Anda, atasan Anda, saudara, pemimpin, atau siapapun. Saya sendiri mempunyai banyak figur-figur pria sejati di sekitar saya: sahabat saya, atasan saya, ayah saya... Tetapi figur pria yang paling sejati bagi saya tentu saja Papa JC yang menurut saya sangat luar biasa: mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kita semua dari maut.
So, are you man enough?
Rabu, 20 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar