Jumat, 23 Januari 2009

Kepiting

Suatu hari ketika saya dan teman-teman pergi ke tambak dan berburu kepiting, kami mendapatkan satu pelajaran yang sangat bagus.

Kami mendapatkan banyak sekali kepiting. Kepiting-kepiting yang sudah kami dapatkan kami masukkan ke dalam sebuah ember. Mulanya satu per satu kami masukkan. Tapi setelah ember itu mulai penuh, kami mulai kuatir kalau-kalau kepiting buruan kami "melarikan diri". Jadi, kami membagi tugas untuk memantau dan menjagai ember itu sementara lainnya melanjutkan perburuan. Dan kebetulan sayalah yang ditugaskan memantau ember tersebut.

Mulanya kuperhatikan saja kepiting-kepiting itu. Takut juga sih kalau dijepit. Begitu kulihat seekor kepiting sudah mendekati bibir ember langsung kuusir masuk lagi dengan tongkat. Kepiting yang lain mau keluar, kupaksa masuk lagi dengan tongkat. Begitu seterusnya sampai seorang tertawa di belakangku.

"Hahaha... buat apa seperti itu, dik?"

Saya menoleh. Ternyata bapak yang jaga tambak.

"Iya biar kepitingnya ga lari." jawabku.

"Ngga usah kamu dorong-dorong udah ngga bisa keluar koq. Coba lihat." ujar bapak itu sambil menunjuk kepada ember itu.

Mulanya saya tak mengerti maksud bapak itu. Saya terus melihat ember itu. Tapi lama kelamaan saya sadar akan sesuatu yang janggal di situ. Benar juga, sekian lama dan tanpa saya dorong-dorong pakai tongkat, tidak ada kepiting yang keluar!! Koq bisa?!?

Saya terus mengamati kepiting-kepiting itu. Dan saya lalu menyadari satu hal mengapa kepiting itu tidak bisa keluar. Itu karena setiap ada kepiting yang sudah memanjat ke bibir ember selalu ditarik ke dalam lagi oleh kepiting lainnya. Sehingga kepiting itu masuk lagi.

Berulang-ulang sehingga tidak ada kepiting yang keluar.

"Ini adalah hukum alam. Nah nak, jangan jadi seperti kepiting ya. Itu karena kepiting adalah makhluk pendengki. Mereka tidak suka akan kesuksesan temannya. Bila mereka melihat seekor di antara mereka lebih sukses, mereka akan segera menarik mereka turun kembali."

Dari kata-kata bapak itu, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran.

Betapa banyak kehidupan yang keras di dunia ini. Seringkali kita seperti kepiting itu, tidak sadar telah menarik orang kembali ke posisinya. Atau bahkan kita seringkali tidak bisa mengalami promosi karena ada rekan-rekan kita yang menarik kita kembali ke posisi kita.

Ketika saya mendapatkan pelajaran dari bapak ini, saya merenung. Saya merasa pernah seperti kepiting ini, menjelek-jelekkan seorang atasan saya dan berusaha "menarik" dia kembali. Juga saya pernah difitnah oleh seseorang yang iri ketika saya sudah berada di ambang kelulusan waktu kuliah.

Alkitab mengajarkan agak kita tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular. Bukan licik seperti ular. So, perhatikan hidupmu baik-baik. Jangan sampai hidup kita tidak berkenan padaNya gara-gara kita seperti kepiting-kepiting itu.

Tidak ada komentar: