Ada seorang ayah yang mempunyai seorang anak. Ia sangat menyayangi anaknya. Suatu hari ketika si anak diajaknya keluar naik mobil, mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seatbeltnya karena merasa sangat gerah. Ayahnya meminta anaknya untuk memakainya kembali tapi si anak menolak.
Dan benarlah ketika sampai di sebuah tikungan, tiba-tiba muncul sebuah sepeda motor yang menyebabkan mobil mereka harus mengerem dengan sangat mendadak. Ayahnya selamat, sedangkan anaknya terlempar keluar melalui kaca depan dengan kepala duluan dan membentur aspal.
Langsung saja dilarikan ke rumah sakit. Si anak menderita gegar otak yang cukup parah dan akhirnya harus buta, bisu dan tuli. Si ayah hanya bisa memeluk sambil menangis. Karena anaknya tidak akan bisa mendengar, tidak bisa melihat dan tidak bisa berbicara lagi.
Begitulah kehidupan ayah-anak itu. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu ketika anaknya minta es, ayahnya tidak memberikannya karena ayahnya tahu ia sedang panas dalam dan es akan memperparah penyakitnya.
Di suatu musim dingin, anaknya ingin berjalan ke tempat yang hangat tetapi langsung dicegahnya karena ternyata "tempat hangat" itu adalah sebuah gubuk yang sedang terbakar.
Di kesempatan lain, ayahnya membuang liontin kesukaan anak itu. Akibatnya si anak ngambek satu minggu. Ayahnya sedih sekali karena ia ingin memberitahu anaknya kalau liontin itu sudah berkarat dan bisa melukai dirinya. Tapi keterbatasan komunikasi membuat si anak menyalahkan ayahnya.
Apa daya yang bisa dilakukan sang ayah? Anaknya tidak bisa melihat, mendengar maupun berbicara. Ia sangat ridnu sekali untuk bersama-sama dengan anaknya dan bermain-main seperti ayah-anak pada umumnya.
Sobat JINS, apakah saat ini hubungan kita dengan Bapa seperti ayah dan anak itu?
Ketika Tuhan mengingatkan kita untuk memakai seatbelt itu, kita melepasnya karena dirasa terlalu ketat dan memaksa. Ketika Tuhan meminta kita untuk taat, kita malah melanggarnya. Akibatnya, kita semakin jauh dari Tuhan, jatuh ke dalam dosa, sehingga beberapa dari berkat kita harus diambil.
Sudah begitu, kita semakin sulit berkomunikasi dengan Bapa. Kita selalu mengeluh, mengapa begini, mengapa begitu. Seolah-olah yang kita inginkan selalu saja dicegah oleh Bapa. Padahal, tahukah kita kalau Bapa sedang menjauhkan kita dari sesuatu yang berbahaya? Seandainya kita selalu berkomunikasi denganNya lewat doa-doa kita setiap hari, kita akan bisa tahu alasan mengapa Bapa seperti ini kepada kita.
Jangan pernah mencoba melepas seat belt rohani itu ketika kamu masih dalam sebuah mobil kehidupan yang melaju kencang di jalan raya.
Jangan pernah menyalahkan Tuhan. Ia tidak sejahat itu. Semua rancanganNya adalah indah pada waktuNya.
Komunikasi selalu dengan Tuhan setiap hari. Ambil saat teduh untuk bercakap-cakap dengan Tuhan dan jadilah anakNya yang taat.
Tuhan memberkati.
Jumat, 16 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar