Minggu, 21 September 2008

Untuk Apa Manusia Diberi Umur Panjang?

Pada hari yang pertama Tuhan menciptakan sapi. Tuhan berkata, "Kamu harus menemani petani. Kamu harus bekerja di ladang di bawah terik matahari, membajak dan menghasilkan susu untuk mendukung petani itu. Aku akan memberimu umur enam puluh tahun."

Sapi berkata, "Hidup yang susah ini enam puluh tahun harus kujalani? Lebih baik aku ambil dua puluh tahun saja dan kukembalikan lagi empat puluh tahun padaMu."

Tuhan setuju.

Hari kedua, Tuhan menciptakan anjing. Tuhan berkata pada anjing, "Duduklah dan berjagalah di depan rumah. Menggonggonglah pada setiap orang yang mau masuk dan yang lewat. Aku akan memberimu umur dua puluh tahun."

Anjing itu berkata, "Terlalu lama kalau dua puluh tahun harus menggonggong. Gini saja, sepuluh tahun saja Tuhan. Dan sepuluh tahun lagi usiaku kukembalikan padaMu."

Tuhan setuju (whew).

Hari ketiga, Tuhan menciptakan monyet. "Hiburlah manusia, lakukan lawakan-lawakan dan buat mereka tertawa. Aku akan memberimu umur dua puluh tahun."

Monyet berkata, "Terlalu lama aku harus menghibur manusia. Sepuluh tahun saja, dan sepuluh tahun sisanya kukembalikan padaMu."

Dan Tuhan menyetujuinya lagi.

Pada hari keempat Tuhan menciptakan manusia. KataNya, "Makan, tidur dan bersenang-senanglah. Bersantai-santailah dan nikmatilah kehidupanmu. Aku akan memberimu umur dua puluh tahun."

Manusia berkata, "Koq cuma dua puluh tahun?!? Gini saja, aku akan mengambil umur empat puluh tahun yang dikembalikan sapi tadi, sepuluh tahun yang dikembalikan anjing tadi dan sepuluh tahun dari monyet tadi. Jadi total umur saya delapan puluh tahun. Bagaimana, Tuhan?"

Tuhan sekali lagi menyetujuinya.

Oleh karena itu, manusia makan, tidur, bersenang-senang, bersantai-santai selama awal dua puluh tahun hidupnya;

empat puluh tahun berikutnya manusia bekerja keras membanting tulang di bawah terik matahari hanya untuk menghidupi keluarganya;

sepuluh tahun berikutnya untuk melucu dan melawak seperti monyet untuk cucu-cucunya;

dan sepuluh tahun terakhir duduk di depan rumah, dan meng"gonggong"-i siapapun yang mendekat.

2 komentar:

Riri mengatakan...

hi.hi. lucu..tapi menyindir kita..kena banget...

Anonim mengatakan...

he..he..
terima kasih telah menuliskannya.
lucu, tapi juga memicu sebagai bahan renungan.

salam.