Senin, 05 Oktober 2009

Tiga Boneka


Alkisah di suatu kerajaan suatu hari seorang bijak dari kerajaan itu menghadiahkan kepada pangeran kerajaan yang sedang berulang tahun dengan tiga boneka. Pangeran itu bingung dan sama sekali tidak terkesan, pikirnya, "Emangnya saya perempuan koq kamu menghadiahkan boneka kepaaku?"

Orang bijak itu kemudian berkata, "Tidak salah, Yang Mulia, ini adalah hadiah untuk raja di masa mendatang," dan orang bijak itu menyerahkan kepada pangeran seutas benang panjang.

"Perhatikan di setiap telinga boneka-boneka itu ada lubangnya. Sekarang coba Yang Mulia masukkan benang ini ke boneka-boneka itu," kata orang bijak itu.

Pangeran itu mengambil boneka pertama dan memasukkan benang itu ke dalam telinga boneka pertama. Benang itu kemudian keluar dari telinga yang lain.

Pangeran itu kemudian mengambil boneka kedua dan memasukkan benang itu ke dalam telinganya. Dari boneka itu benang tersebut keluar dari mulutnya.

Dan untuk boneka ketiga pangeran itu mengulangi proses yang sama. Tapi kali ini benangnya tidak keluar dari manapun.

"Yang Mulia tahu artinya? Di dunia ini ada tiga jenis manusia. Tipe manusia pertama adalah ia sering 'masuk kanan keluar kiri' atau ia tidak pernah mendengarkan apapun nasihatmu. Tipe manusia kedua adalah manusia yang selalu mengatakan pada orang lain apa yang didengarnya. Orang seperti ini cenderung tukang gosip. Dan tipe orang yang ketiga selalu menyimpan setiap perkataan orang di dalam hatinya.

"Menurut Yang Mulia, manakah di antara ketiga tipe manusia ini yang terbaik?" tanya orang bijak itu.

"Yang ketiga?" jawab pangeran ragu-ragu.

Orang bijak itu hanya menggeleng dan memberikan pangeran itu boneka keempat. "Sekarang ulangi proses itu sebanyak tiga kali," katanya.

Pangeran itu kemudian memasukkan benang itu lagi lewat telinga boneka keempat. Pada usaha pertama, benang itu keluar dari telinga satunya. Pada usaha kedua, benang itu keluar dari mulutnya dan pada usaha ketiga benang itu tidak keluar dari manapun.

"Itulah tipe manusia yang paling baik. Seorang raja harus tahu kapan untuk tidak mendengarkan cemoohan dan kata-kata yang tidak membangun. Ia juga harus tahu kata-kata apa yang harus diucapkan dari apa yang didengar dan memilih setiap kata-katanya dengan hati-hati. Di lain kesempatan, ada kalanya kita cukup menyimpan dalam hati rahasia yang orang lain percayakan kepada kita."

Sobat JINS, menjadi orang yang dapat dipercaya itu susah. Di luar sana kita melihat berapa banyak perusahaan yang jatuh hanya gara-gara krisis kepercayaan. Bos A mengkhianati bos B, bos C melarikan uang perusahaan, karyawan tidak percaya atasan, direktur dipecat hanya gara-gara gosip. Manusia itu berbahaya seandainya tidak mengekang apa yang ia dengar dan apa yang ia ucapkan.

Dalam suratnya, rasul Yakobus mengingatkan kepada kita untuk mengekang lidah kita karena lidah kita ini lebih liar daripada binatang yang paling ganas sekalipun. Kendalikan apa yang kamu dengar, kendalikan apa yang akan kamu katakan. Hati nurani adalah filter dari kesemuanya itu. Oleh sebab itu perolehlah hikmat untuk mengekang lidahmu, mengekang telingamu dan jauhi sikap yang menjatuhkan.

Tidak ada komentar: