Kamis, 19 Maret 2009

Kasih Orang Tua

Roma 5:1-11

Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. —Roma 5:8

Franklin Graham sungguh menyesal bahwa di masa mudanya ia begitu liar dan suka memberontak. Pernah suatu hari, dengan mengendarai motor Harley Davidson-nya kencang-kencang, ia pergi ke rumah ayahnya untuk meminta sejumlah uang. Dengan berpakaian kulit, tubuh kotor dan berewokan, ia menerobos masuk ke ruang tamu ayahnya. Ternyata di sana sedang berlangsung rapat pengurus yang dipimpin oleh Billy.

Tanpa ragu, Billy Graham mengenali putranya itu. Lalu, ia dengan bangga memperkenalkannya pada setiap anggota pengurus. Billy tidak meminta maaf atas kelakuan anaknya atau menunjukkan rasa malu atau bersalah. Di kemudian hari Franklin menulis di buku otobiografinya, Rebel with A Cause, bahwa kasih dan penghormatan yang ditunjukkan ayahnya pada hari itu tidak pernah dilupakannya, bahkan di masa-masa pemberontakannya saat itu.

Anak-anak kita tidak harus berusaha untuk mendapatkan kasih kita. Menahan kasih demi tujuan kita yang egois berarti mengikuti musuh, bukan Allah. Kita tidak berhak menerima kasih Allah. Kita tidak melakukan apa pun untuk memperoleh kasih-Nya itu; tidak ada hal baik dalam diri kita yang melayakkan kita untuk menerimanya. "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Rm. 5:8). Dalam segala hubungan kita, terutama dengan anak-anak kita, kita harus dengan tulus menunjukkan kasih yang sama.
Kita dipanggil untuk memperlakukan anak-anak kita, dan semua orang, dengan penuh kasih dan rasa hormat. Alangkah baiknya untuk mengingat siapakah kita dahulu ketika Kristus mati bagi kita.

Tolong diriku, Tuhan, 'tuk menunjukkan hormat dan kasih kepada
sesama, selalu sadar bahwa setiap dari kami diciptakan serupa
dengan gambar-Mu. Kiranya kasih-Mu memancar melalui hidupku
dan membawa pujian dan kemuliaan bagi-Mu. Amin.

Kasih Allah mengubah anak yang memberontak menjadi orang saleh yang berharga.

Tidak ada komentar: