Selasa, 02 Juni 2009

Malaikat di Perempatan Patung Kuda

Kemarin sore ketika saya pulang dari kantor, ada satu pengalaman menarik.

Sehari-harinya saya naik sepeda motor pulang-pergi kantor-rumah. Soalnya rumah saya jauh dan dengan alasan lebih irit dan praktis saya memakai sepeda motor. Dan sepeda motor yang saya naiki bukan sepeda motor baru. Banyak sudah kekurangan di sana sini. Salah satu contohnya mungkin jarum penunjuk jumlah bahan bakar di dashboard sudah tidak lagi berfungsi. Dan gara-gara itu, saya semakin malas untuk mengecek isi bahan bakar sepeda motor saya.

Kemarin sore, seperti biasa saya pulang kantor. Dan di tengah-tengah jalan saya merasakan kalau gas saya jadi terasa berat. Perasaanku sudah tidak enak. Mudah ditebak, pasti bensinnya habis. Dan benar-benar, sepeda motor saya berhenti dan saya langsung menepi.

Wuih, pikir saya, pom bensin masih sekitar 2 kilometer lagi. Dan saya harus berjalan sebegitu jauhnya. Mana tekstur jalan tidak rata. Naik turun. Benar-benar akan sangat melelahkan. Tapi apa boleh buat tidak ada penjual bensin eceran di pinggir jalan. Mau tak mau saya harus menuntun sepeda motor saya.

Tak berapa lama berjalan, keringat udah bercucuran. Maklum, Surabaya banyak debu dan panas. Sore-sore pun panas. Ketika saya sedang berjalan tiba-tiba, "Mas, kenapa motornya?". Seseorang memanggilku dari arah belakang. Seorang bapak-bapak, naik sepeda motor menepi. Wajahnya agak gemuk namun kelihatannya baik.

"Kehabisan bensin, pak" ujarku sambil terus menuntun jalan motorku.

"Sini saya bantu," ujarnya.

What...?!? Wow.. bapak itu langsung memintaku naik ke motorku sendiri dan ia langsung mendorong motorku dari belakang. Wohooooooo.... motorku pun meluncur kembali. Tapi kali ini dengan dorongan motor lain, bukan dengan bensin sendiri.

Sesampainya di pom bensin, ia melambai padaku, aku mengucapkan terima kasih dan itulah pertemuan singkatku dengan bapak itu.

Bagiku, bapak itu seorang malaikat yang dikirimkan padaku. Ia yang membantuku untuk keluar dari kesulitan itu. Dan sepanjang perjalanan pulang, aku mengucap syukur, sambil memberiku cukup waktu untuk merenung.

Alangkah indahnya dunia ini bila semua orang seperti bapak itu. Saling membantu satu sama lain tanpa mengharapkan pamrih apa-apa. Baik kepada orang yang dikenal maupun yang tak dikenal.

Seorang bapak yang tidak dikenal saja bisa membantuku tanpa diminta. Padahal di kantorku, ada seorang rekan kerja saya yang kalau dimintai tolong selalu mengelak, "Itu bukan urusan saya."

Jadilah malaikat bagi orang lain.

Tidak ada komentar: