Selasa, 31 Maret 2009

April Mop

april mopSemua orang di dunia sudah mengenal adanya hari lelucon pada setiap 1 April. Namun tidak banyak dari mereka yang mengetahui darimana sejarah April Mop ini berasal.

April Mop dikenal di dunia dengan nama April Fool. Padahal peristiwa ini pertama kali dikenal dengan nama All Fool's Day di Eropa pada abad pertengahan. Namun menurut mitologi Romawi, cerita April Fool dikenal dari mitos Dewi Kemakmuran Ceres dan anak perempuannya Proserpina.

Kala itu, Dewa Kematian Romawi Pluto berhasil menculik Proserpina dan membawanya hidup bersama di dasar bumi. Syahdan, Proserpina terus menerus memanggil nama ibunya tapi sayang walaupun sang ibu mendengar jeritan anaknya itu namun ia tidak mampu menemukan fisik Proserpina. Akibatnya pencarian Ceres pun hanya sia-sia.

Inilah kemudian yang disebut sebagai harapan yang tak kunjung nyata. Masyarakat Eropa kemudian menyebutnya sebagai All Fool (membodohi semua orang).

Lalu mengapa harus bulan April? teori ini didapat dari legenda pertentangan penggunaan sistem penanggalan. Pada abad ke-16 sistem penanggalan di dunia berganti dari sistem kalender Julian ke kalender Gregorian (hingga saat ini kita pun masih menggunakan penanggalan ala Gregorian).

Menurut sistem kalender Julian, tahun baru harus dirayakan setiap hari mulai tanggal 25 Maret hingga 1 April. Namun karena sistem tersebut diganti mengikuti sistem Gregorian, akhirnya hari pergantian tahun juga berganti menjadi 1 Januari. Bagi mereka yang tidak mengikuti perubahan ketentuan ini dianggap orang bodoh dan menjadi bahan lelucon.

Di Perancis, masyarakat menyebutnya dengan April Fish karena setiap orang yang tidak mengikuti perubahan sistem kalender Gregorian akan dijadikan bahan ejekan dengan menjadikan mereka target pelemparan ikan. Sedangkan di Skotlandia, April Fool lebih dikenal dengan April Gowks (semacam nama burung Tekukur). Dalam tradisi Skotlandia, April Gowks dirayakan dengan menendang bokong setiap orang yang ditemui. Dari sini pula ide mempermalukan orang dengan menyematkan tulisan 'kick me' di punggung menjadi terkenal.

April Fool kemudian menjadi semakin luas. Bahkan di internet sekalipun. Pada 1 April tahun lalu Google membuat lelucon layanan Gmail paper dimana pengguna Google diiming-imingi layanan free email yang dapat tercetak dalam sebuah kertas secara otomatis dan gratis. Dan Google menawarkan dokumentasi dan inventarisasi secara gratis.

Tahun ini Google juga membuat lelucon dengan mengundang para pengunjungnya untuk mendaftar mengikuti proyek eksplorasi ke planet Mars.

(sumber: di sini)

Senin, 30 Maret 2009

Kasih Allah Tidak Bersyarat

Suatu hari aku melihat Bapa sedang melamun di takhta-Nya. Aku menghampiri-Nya dan pelan-pelan aku bertanya kepada-Nya, "Bapa, apa yang sedang Kau pikirkan ?"

Bapa menoleh ke arahku, dan Ia tersenyum, lalu Ia berkata dengan lembut, "Tidak ada, Nak. Aku hanya sedang memikirkan manusia."

"Manusia ? Ada apa dengan mereka ?" tanyaku

"Tahukah kau bahwa Aku sangat mengasihi manusia ?" ujar-Nya,

"Iya, aku tahu itu. Apa hubungannya Tuhan ?"

"Aku mengasihi manusia sedemikian, sehingga Aku merelakan Anak-Ku terkasih, Yesus Kristus untuk turun ke bumi, menderita, dihina, dan akhirnya mati bagi mereka."

"Iya, itu adalah karya penebusan yang sangat indah."

"Tapi...."

Ups..., ada nada sedih di suara-Nya.

"Tapi, mengapa manusia masih juga meragukan kasih-Ku ?"

Aku terdiam, aku tidak dapat menjawab pertanyaan-Nya, karena aku pun tidak tahu...

"Hari ini, ada satu anak-Ku, dia menangisi dosanya, dia memohon pengampunanKu, Aku mengampuninya, Aku mengatakan bahwa Aku sudah tidak mengingat-ngingat lagi dosa yang ia buat, tapi...."

"Tapi kenapa Tuhan ?"

"Saat Aku berkata demikian, ia menggelengkan kepalanya, ia berkata, tidak akan ada pengampunan lagi atas dosa yang ia perbuat, ia sudah terlalu sering jatuh bangun dalam dosa, ia mengatakan bahwa ia membenci dirinya..."

Aku diam, menantikan Tuhan.

"Kenapa ia memandang hina dirinya ? Padahal dia adalah biji mata-Ku, kekasih hati-Ku. Darah Yesus sudah tercurah untuknya, Aku sudah mengampuninya, tapi ia tidak Percaya. Aku berkata Aku sudah melupakan semua dosanya, tapi ia berkata tidak mungkin. Mengapa ia memandang rendah pengorbanan Yesus di kayu salib ?"

"Apa ? Memandang rendah pengorbanan Yesus di kayu salib ?" Aku terkejut, adakah orang yang seperti itu ? "Bagaimana mungkin ia memandang rendah pengorbanan Yesus ?"

"Darah Yesus tercurah di Kalvari untuk menebus dosa manusia, hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada manusia sudah diambil alih oleh-Nya, sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan di dalam Dia, tapi manusia merasa tidak yakin bahwa apa yang telah Dia lakukan sanggup menebus mereka dari maut, mereka tidak yakin dengan karya penebusan yang telah dilakukan oleh Yesus."

Tanpa sadar, aku menangis, aku membayangkan, seandainya aku sudah memberikan hadiah yang terbaik yang bisa aku lakukan untuk orang yang aku kasihi, tapi ternyata hadiah itu dianggap rendah, diacuhkan dan dibuang begitu saja. Kira-kira, apakah masih tersisa kasih dalam hatiku untuk mengasihi orang itu ? Kalau itu aku, mungkin aku tidak akan mengasihi orang itu lagi.

"Lalu Tuhan, apakah sekarang Engkau masih mengasihi manusia ?"

"Ya, Aku sangat mengasihi manusia !"

Aku terkejut ! Sedemikian dalamkah kasih Allah untuk manusia ?

"Walaupun mereka seperti itu ?" tanyaku

"Ya, Aku rindu suatu hari mereka akan datang kepada-Ku dan mengatakan bahwa mereka mengasihi-Ku."

Aku masih terheran-heran. Siapakah manusia sehingga Allah, Sang Pencipta langit dan bumi begitu mengasihinya ? Bukankah mereka hanyalah debu dan abu ? Bukankah jika Tuhan mau, Tuhan bisa dengan mudah menghancurkan manusia dan membuat yang lebih baik ? Aku rasa hal itu tidak sulit untuk Tuhan, bukankah Ia menciptakan langit dan bumi hanya dengan perkataan saja ? Hal seperti ini sangat sulit untuk diterima, mengapa Tuhan sampai sedemikian dalam mengasihi manusia ?

Aku memberanikan diriku, aku bertanya lagi kepada Tuhan, "Tuhan, sungguhkan Engkau mengasihi manusia ?"

Tuhan tersenyum, dan Ia berkata, "Sangat, Aku sangat mengasihi manusia. Jika tidak, Aku tidak akan mengutus Anak-Ku Yesus untuk mati bagi mereka. Sekalipun mereka sekarang jauh dari-Ku, Aku sangat rindu mereka kembali kepada-Ku. Karena mereka adalah anak-anak-Ku terkasih."

Mendengar jawaban Tuhan aku tersenyum. Aku mengerti kenapa Tuhan tetap mengasihi manusia...., Tuhan memiliki kasih yang tidak bersyarat !

Tiba-tiba terdengar suara dari bumi. Suara yang perlahan dan terdengar sedih, tapi suara itu tetap menarik perhatian Allah.

"Tuhan, aku tahu aku seringkali melukai hatiMu. Aku sering jatuh bangun dalam dosa. Aku kadang merasa benci dan jijik terhadap diriku sendiri, karena dosa-dosa yang aku perbuat. Tapi aku percaya, darah Yesus menebus aku seluruhnya dan sepenuhnya. Aku tahu aku adalah ciptaan baru sekarang. Aku percaya Tuhan mengasihi aku sebagaimana adanya aku. Ampuni aku Tuhan, aku benci dosa-dosaku. Aku ingin hidupku menyenangkanMu, aku mengasihiMu Tuhan."

Saat doa itu diucapkan, aku melihat senyum di wajah Tuhan berubah menjadi tawa sukacita, Ia sangat bahagia, karena saat itu, ada satu anakNya yang terhilang kembali kepadaNya, dan ia berkata kepada para malaikat,

"Bersukacita dan bergembiralah, karena anak-Ku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapati kembali."

Aku tidak tahu, dosa apa yang kamu perbuat, aku tidak tahu berapa lama kamu tinggal dalam dosa. Tapi aku tahu satu hal, Bapa di Surga mengasihimu, dan tangan-Nya terbuka menunggumu pulang. Kembalilah, jangan biarkan Ia menunggu terlalu lama. Yesus mengasihimu !

Minggu, 29 Maret 2009

Beban Berat

"Mengapa bebanku berat sekali?" aku berpikir sambil membanting pintu kamarku dan bersender. "Tidak adakah istirahat dari ini?" Aku menghempaskan badanku ke ranjang, menutupi telingaku dengan bantal.
"Ya Tuhan," aku menangis, "biarkan aku tidur. Biarkan aku tidur dan tidak pernah bangun kembali!"

Dengan tersedu-sedu, aku mencoba untuk meyakinkan diriku untuk melupakan, tiba-tiba gelap mulai menguasai pandanganku. Lalu, suatu cahaya yang sangat bersinar mengelilingiku ketika aku mulai sadar. Aku memusatkan perhatianku pada sumber cahaya itu. Sesosok pria berdiri di depan salib.

"Anakku," orang itu bertanya, "mengapa engkau datang kepadaKu sebelum Aku siap memanggilmu?"

"Tuhan, aku mohon ampun. Ini karena... aku tidak bisa melanjutkannya. Kau lihat betapa berat hidupku. Lihat beban berat di punggungku. Aku bahkan tidak bisa mengangkatnya lagi."

"Tetapi, bukankah Aku pernah bersabda kepadamu untuk datang kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

"Aku tahu Engkau pasti akan mengatakan hal itu. Tetapi kenapa bebanku begitu berat?"

"AnakKu, setiap orang di dunia memiliki beban. Mungkin kau ingin mencoba salib yang lain?"

"Aku bisa melakukan hal itu?"

Ia menunjuk beberapa salib yang berada di depan kakiNya. "Kau bisa mencoba semua ini."

Semua salib itu berukuran sama. Tetapi setiap salib tertera nama orang yang memikulnya.

"Itu punya Joan," kataku. Joan menikah dengan seorang kaya raya. Ia tinggal di lingkungan yang nyaman dan memiliki 3 anak perempuan yang cantik dengan pakaian yang bagus-bagus. Kadang kala ia menyetir sendiri ke gereja dengan mobil Cadillac suaminya kalau mobilnya rusak.
"Umm, aku coba punya Joan." Sepertinya hidupnya tenang-tenang saja. Seberat apa beban yang Joan panggul? pikirku.

Tuhan melepaskan bebanku dan meletakkan beban Joan di pundakku. Aku langsung terjatuh seketika.
"Lepaskan beban ini!" teriakku. "Apa yang menyebabkan beban ini sangat berat?"

"Lihat ke dalamnya."

Aku membuka ikatan beban itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat gambaran ibu mertua Joan, dan ketika aku mengangkatnya, ibu mertua Joan mulai berbicara, "Joan, kau tidak pantas untuk anakku, tidak akan pernah pantas. Ia tidak seharusnya menikah denganmu. Kau adalah wanita yang terburuk untuk cucu-cucuku..."

Aku segera meletakkan gambaran itu dan mengangkat gambaran yang lain. Itu adalah Donna, adik terkecil Joan. Kepala Donna dibalut sejak operasi epilepsi yang gagal itu.
Gambaran yang ketiga adalah adik laki-laki Joan. Ia kecanduan narkoba, telah dijatuhi hukuman karena membunuh seorang perwira polisi.

"Aku tahu sekarang mengapa bebannya sangat berat, Tuhan. Tetapi ia selalu tersenyum dan suka menolong orang lain. Aku tidak menyadarinya..."

"Apakah kau ingin mencoba yang lain?" tanya Tuhan dengan pelan.

Aku mencoba beberapa. Beban Paula terasa sangat berat juga : Ia memelihara 4 orang anak laki-laki tanpa suami. Debra punya juga demikian : masa kecilnya yang dinodai olah penganiayaan seksual dan menikah karena paksaan. Ketika aku melihat beban Ruth, aku tidak ingin mencobanya. Aku tahu di dalamnya ada penyakit Arthritis, usia lanjut, dan tuntutan bekerja penuh sementara suami tercintanya berada di Panti Jompo.

"Beban mereka semua sangat berat, Tuhan" kataku. "Kembalikan bebanku"

Ketika aku mulai memasang bebanku kembali, aku merasa bebanku lebih ringan dibandingkan yang lain.
"Mari kita lihat ke dalamnya," Tuhan berkata.

Aku menolak, menggenggam bebanku erat-erat. "Itu bukan ide yang baik," jawabku,

"Mengapa?"

"Karena banyak sampah di dalamnya."

"Biar Aku lihat"

Suara Tuhan yang lemah lembut membuatku luluh. Aku membuka bebanku.

Ia mengambil satu buah batu bata dari dalam bebanku. "Katakan kepadaKu mengenai hal ini."

"Tuhan, Engkau tahu itu. Itu adalah uang. Aku tahu kalau kami tidak semenderita seperti orang lain di beberapa negara atau seperti tuna wisma di sini. Tetapi kami tidak memiliki asuransi, dan

ketika anak-anak sakit, kami tidak selalu bisa membawa mereka ke dokter. Mereka bahkan belum pernah pergi ke dokter gigi. Dan aku sedih untuk memberikan mereka pakaian bekas."

"AnakKu, Aku selalu memberikan kebutuhanmu.... dan semua anak-anakmu. Aku selalu memberikan mereka badan yang sehat. Aku mengajari mereka bahwa pakaian mewah tidak membuat seorang berharga di mataKu."

Kemudian ia mengambil sebuah gambaran seorang anak laki-laki. "Dan yang ini?" tanya Tuhan.

"Andrew..." aku menundukkan kepala, merasa malu untuk menyebut anakku sebagai sebuah beban.

"Tetapi, Tuhan, ia sangat hiperaktif. Ia tidak bisa diam seperti yang lain, ia bahkan membuatku sangat kelelahan. Ia selalu terluka, dan orang lain yang membalutnya berpikir akulah yang menganiayanya. Aku berteriak kepadanya selalu. Mungkin suatu saat aku benar-benar menyakitinya..."

"AnakKu," Tuhan berkata. "jika kau percayakan kepadaKu, aku akan memperbaharui kekuatanmu, dan jika engkau mengijinkan Aku untuk mengisimu dengan Roh Kudus, aku akan memberikan engkau kesabaran."

Kemudian Ia mengambil beberapa kerikil dari bebanku.

"Ya, Tuhan.." aku berkata sambil menarik nafas panjang.

"Kerikil-kerikil itu memang kecil. Tetapi semua itu adalah penting. Aku membenci rambutku. Rambutku tipis, dan aku tidak bis membuatnya kelihatan bagus. Aku tidak mampu untuk pergi ke salon. Aku kegemukan dan tidak bisa menjalankan diet. Aku benci semua pakaianku. Aku benci penampilanku!"

"AnakKu, orang memang melihat engkau dari penampilan luar, tetapi Aku melihat jauh sampai ke dalamnya hatimu. Dengan Roh Kudus, kau akan memperoleh pengendalian diri untuk menurunkan berat badanmu. Tetapi keindahanmu tidak harus datang dari luar. Bahkan, seharusnya berasal dari dalam hatimu, kecantikan diri yang tidak akan pernah hilang dimakan waktu.

Itulah yang berharga di mataKu."

Bebanku sekarang tampaknya lebih ringan dari sebelumnya. "Aku pikir aku bisa menghadapinya sekarang," kataku,

"Yang terakhir, berikan kepadaKu batu bata yang terakhir." kata Tuhan.

"Oh, Engkau tidak perlu mengambilnya. Aku bisa mengatasinya."

"AnakKu, berikan kepadaKu." Kembali suaraNya membuatku luluh. Ia mengulurkan tangaNya, dan untuk pertama kalinya Aku melihat lukaNya.

"Tetapi Tuhan, bebanku ini kotor dan mengerikan, jadi Tuhan....Bagaimana dengan tanganMu? TanganMu penuh dengan luka!!"

Aku tidak lagi memperhatikan bebanku, aku melihat wajahNya untuk pertama kalinya. Dan pada dahiNya, kulihat luka yang sangat dalam... tampaknya seseorang telah menekan mahkota duri terlalu dalam ke dagingNya.

"Tuhan," aku berbisik. "Apa yang terjadi dengan Engkau?"

MataNya yang penuh kasih menyentuh kalbuku.

"AnakKu, kau tahu itu. Berikan kepadaku bebanmu. Itu adalah milikKu. Aku telah membelinya."

"Bagaimana?"

"Dengan darahKu"

"Tetapi kenapa Tuhan?"

"Karena aku telah mencintaimu dengan cinta abadi, yang tak akan punah dengan waktu. Berikan kepadaKu."

Aku memberikan bebanku yang kotor dan mengerikan itu ke tanganNya yang terluka. Beban itu penuh dengan kotoran dan iblis dalam kehidupanku : kesombongan, egois, depresi yang terus-menerus menyiksaku. Kemudian Ia mengambil salibku kemudian menghempaskan salib itu ke kolam yang berisi dengan darahNya yang kudus. Percikan yang ditimbulkan oleh salib itu luar biasa besarnya.

"Sekarang anakKu, kau harus kembali. Aku akan bersamamu selalu. Ketika kau berada dalam masalah, panggillah Aku dan Aku akan membantumu dan menunjukkan hal-hal yang tidak bisa kau bayangkan sekarang."

"Ya, Tuhan, aku akan memanggilMu."

Aku mengambil kembali bebanku.

"Kau boleh meninggalkannya di sini jika engkau mau. Kau lihat beban-beban itu? Mereka adalah kepunyaan orang-orang yang telah meninggalkannya di kakiKu, yaitu Joan, Paula, Debra, Ruth... Ketika kau meninggalkan bebanMu di sini, aku akan menggendongnya bersamamu. Ingat, kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Seketika aku meletakkan bebanku, cahaya itu mulai menghilang. Namun, masih kudengar suaraNya berbisik, "Aku tidak akan meninggalkanmu, atau melepaskanmu."

Saat itu, aku merasakan damai sekali di hatiku.

Jumat, 27 Maret 2009

I found that....

Matius 18:21-22
"...Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk mengampuni orang lain tujuh puluh kali tujuh kali. Artinya kita harus senantiasa mengampuni orang lain karena Bapa sendiri juga mengampuni kita bolak-balik.

Tapi... Sometimes I found that Jesus' word is too hard to do.

Tidak mudah mengampuni orang lain itu. Apalagi bila orang itu sudah menyakiti kita sampai ke tahap kepahitan tanpa suatu penyelesaian. Sakit hati itu sudah meradang dan menjadi makin parah. Kita sepertinya mustahil mengampuni orang itu. Bahkan orang itu seolah ingin berbaikan dengan kita, tetapi kita sudah terlanjur sakit. Susah mengampuninya.

Amsal 18:19
"Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri."

Ketika saya membaca ayat ini di kitab Amsal, sungguh ayat ini gue banget! Betul! Beberapa waktu lalu saya ditinggalkan oleh sahabat yang kuanggap seperti saudaraku. Tanpa alasan yang jelas, ia seolah menjadi orang lain. Ia tidak menyapaku, mengajakku bicara, menolak ajakanku, memalingkan muka dariku, bahkan mungkin menjelek-jelekkanku di belakangku. Dan semuanya ini sungguh ia lakukan tanpa suatu kejelasan!!

Parahnya lagi ketika ditanyai orang lain, ia selalu senyam-senyum sambil menjawab kalau ia tidak ada masalah denganku. Bahkan ia menganggapku seperti anak kecil karena tidak mengajaknya bicara (padahal dia sendiri yang seperti anak kecil... huh).

Perlakuan tidak-menganggap-keberadaanku sudah dilakukannya selama hampir setahun. Parahnya lagi, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus bertemu dengannya setiap hari (jadi tidak bisa menghindar. Kebayang betapa menyebalkan semua ini?) Dan setiap bertemu denganku, entah kenapa dia selalu nampak sok sibuk, dan (tentu saja) tidak menganggap keberadaanku (emangnya aku hantu?)

Mungkin sobat JINS saat ini bertanya-tanya apakah saya berusaha mencari perdamaian dengannya? Jawabnya, tentu saja iya!!

Pernah sekali saya menawarkan diri untuk membantunya dalam suatu pekerjaan. Eh, dia malah menolak dan kemudian meminta orang lain untuk membantunya. Berkali-kali kuajak bicara, ia selalu mengacuhkan. Kuajak untuk keluar makan, ia jawabnya selalu alasan sibuk ini itu. Lama kelamaan malas juga berdamai dengannya.

(Sekali lagi kutegaskan, dulu ia adalah seorang sahabatku yang kuanggap seperti saudara tapi kini tanpa alasan yang jelas ia berlaku demikian padaku.)

Oke, ia sudah tidak menganggapku lagi. So, buat apa saya berusaha mati-matian mendapatkan kembali sahabatku yang sudah mati? Dan saat itu saya juga berusaha melupakannya dan bertindak sama seperti ia: tidak menghiraukan keberadaannya.

Dan kemarin malam, ada satu kejadian yang mengejutkan. Orang itu (saya sebut "orang itu" karena memang dia bukan teman saya lagi) tiba-tiba menawarkan diri untuk membantuku pada saat saya sedang tidak perlu bantuan! Dan kelihatan jelas sekali kalau ia sedang mencari perdamaian denganku.

Tapi maaf, hatiku sudah terlanjur disakiti hingga meradang. Saya tidak bisa mengampuninya begitu saja. Itu tidak cukup. Dan secara spontan, kedua ayat ini langsung keluar di kepalaku, kedua ayat yang sangat berlawanan ini.

Sahabat yang dikhianati lebih sulit ditembus daripada benteng yang kokoh.

Ampuni sahabatmu sekali lagi. Beri ia kesempatan sekali lagi.

Dan sekali lagi saya menemukan bahwa kadang-kadang ajaran Yesus sangat sulit untuk diterapkan...

Truk Sampah

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan mulai berteriak ke arah kami. Supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang orang tersebut. Saya benar-benar heran dengan sikapnya yang bersahabat. Maka saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!" Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".

Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, & seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan. Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati.

Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka:
Kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.
Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu menghadapinya.
Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.

***********

Selamat menikmati hidup yang diberkati & bebas dari "sampah"

Rabu, 25 Maret 2009

God of the Journey

Ayat bacaan: Keluaran 33 : 1 - 17

Pernahkah Anda merencanakan untuk berpergian jauh? Entah untuk urusan bisnis, urusan keluarga atau pun hanya berwisata. Apakah Anda mempertimbangkan masak-masak mengenai perjalanan Anda?

Saya punya satu cerita menarik. Tiga bulan lalu saya memutuskan untuk melihat-lihat peluang usaha di kota Makassar. Saya mempunyai modal dan saya bingung memutuskan untuk menanamnya di kota mana. Lalu salah seorang teman saya mengusulkan untuk melihat-lihat di kota Makassar.

Kemudian, saya pun bergumul. Saya meminta penyertaan Tuhan apakah Tuhan mau menyertaiku dalam perjalanan ke Makassar. Saya berdoa, meminta agar Tuhan memberikanku sebuah jalan supaya perjalanan saya ke Makassar tidak sia-sia.

Dan suatu malam ketika saya bertanya padaNya apakah saya boleh pergi Makassar, Tuhan menjawabku dengan ayat ini: Keluaran 33 : 1 - 17.

Dalam perikop itu dikatakan bangsa Israel meminta penyertaan Tuhan dalam perjalanan. Tapi Tuhan menjawab tidak mau karena bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Tegar tengkuk di sini artinya mengandalkan kekuatan sendiri, sombong, terlalu percaya diri. Tuhan tidak suka. Ia lebih suka kepada orang yang berserah dan berharap padaNya.

Tapi kemudian setelah dibujuk-bujuk Musa, akhirnya Tuhan menyetujuinya dengan syarat agar bangsa Israel melepaskan semua perhiasannya dan tidak memakainya. Perhiasan di sini berarti segala kemewahan, kesombongan dan beban berat yang dibawa.

Dengan kata lain, apabila saya ingin mendapatkan penyertaanNya, saya tidak boleh tegar tengkuk, mengandalkan diri sendiri dan berserah kepadaNya. Dan saya juga harus melepaskan semua beban, kesombongan dan keangkuhan.

Selama 3 bulan, saya berjuang habis-habisan untuk mengorbankan semua karakter negatifku hanya demi penyertaanNya. Semua kebiasaan buruk kuhilangkan sama sekali (kebayang susahnya menghilangkan kebiasaan buruk). Mengorbankan berbagai acara yang tidak penting hanya untuk mempersiapkan diri untuk perjalanan jauh itu.

Akhirnya...

Saat saya pergi ke sana, entah kenapa sepertinya kota itu begitu welcome dengan saya. Seolah setiap pintu peluang usaha di sana terbuka lebar. Setiap peluang yang saya lirik bisa saya dapatkan dengan mudah. Inspirasi mengalir deras dan yang paling penting, perjalanan saya ke sana tidak sia-sia.

Bagi orang lain, mungkin itu hanya suatu kebetulan. Tapi bagiku, itu adalah penyertaan Tuhan.

Dalam segala hal, andalkan Tuhan. Bukan hanya perjalanan dari satu kota ke kota lain. Perjalanan hidup juga perlu disertai oleh Tuhan. Kita akan kuliah di mana, masuk kerja di perusahaan apa, pasangan hidup dengan siapa, semuanya perlu kita gumulkan dengan Tuhan.

Dapatkan penyertaanNya dan segala sesuatu akan terbuka bagimu. GBU.

Kamis, 19 Maret 2009

Pelajaran: Pertapa dan Penebang Kayu

Pada suatu hari, ada seorang pertapa yang ingin membuat sebuah rumah. Selama hdupnya, dia hidup di dalam sebuah gua yang kecil. Yang pertama dia lakukan adalah turun gunung untuk membeli alat pemotong kayu di took peralatan di kota terdekat.

“saya ingin pindah dari gua saya dan bermaksud membuat rumah sendiri dari batang kayu”, begitu kata pertapa ini dengan bangga kepada pelayan toko. Lalu dia melanjutkan penjelasannya, “ Saya perlu alat pemotong kayu yang paling baik, tidak masalah berapapun harganya.

Pelayan toko yang masih muda tersebut segera menuju gudang tempat penyimpanan alat-alat yang dijualnya. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa sebuah alat pemotong kayu yang tampak bagus dan mengkilap. “Ini alat pemotong yang terbaik yang ada di pasaran.”, kata pelayan itu dengan mantap. “Dengan alat pemotong ini anda bisa menebang kayu bagai pisau memotong mentega. Saya jamin dengan alat pemotong kayu ini, pekerjaan memotong dan menebang kayu yang memakan waktu sebulan, bisa diselesaikan dalam waktu satu hari saja. Jika tidak terbukti, saya berani mengembalikan uang anda dari kantong pribadi saya.”

Karena si pertapa ini sangat tertarik dengan penjelasan pelayan toko tadi, maka dia membeli alat tersebut. Lalau ia kembali kegunung tempat dia bertapa.

Sebulan setelah itu, ketika si pelayan toko sedang sibuk membereskan barang dagangannya, ia mendengar suara teriak si pertapa., “Hei anak muda!!!! Saya datang untuk mengembalikan alat pemotong kayuini. Tolong kembalikan kembalikan uang saya seperti janji anda dulu.”

Si pelayan toko memndang wajah tua si pertapa itu. Ia tertegun melihat penampilan yang sudah tidak karuan. Si pertapa tampak seperti tidak tidur selama berminggu-minggu. Pada pakaiannya tampak bercak darah dan keringan. Kelihatannya isa telah bekerja setengah mati.

“A…a…a..apa yang terjadi dengan bapak??? WAjah anda begitu memprihatinkan!!” Tanya pelayan toko tergagap-gagap.

DEngan sisa-sisa kekuatan yang ada padanya, si pertapa tua mengangkat alat pemotong kayu ke meja penjualan. Sambil bersungut-sungut, ia berkata, “Alat pemotong kayu macam apa yang anda jual pada saya??? Katanya, alat pemotong kayu ini mampu menebang pohon dalam sehari saja. Saya sudah menggunakan alat pemotong ini selama 30 hari, tapi pekerjaan saya belum selesai juga. Seperti yang anda janjikan, tolong kembalikan uang saya.”

Si pelayan toko yang merasa keheranan lalu minta maaf dan berkata, “Tentu!!! Janji memang harus ditepati. Tetapi, tolong coba saya periksa dulu alat penebang kayu ini. Siapa tahuada yang tidak beres.”

Lalu si pelayan toko segera menarik tali yang ada pada alat penebang itu. Kontan saja alat itu berbunyi, “B-R-R-R-R-R-R-R-R-R!!!!”

Saking terkejutnya, si pertapa langsung terhempas ke belakang meja penjualan. Ia merasa seakan mendengar bunyi peluru yang ditembakkan dari alat pemotong itu. Lalu ia berteriak kepada pelayan toko, “BUNYI APAKAH ITU???”

Apa yang bisa kita pelajari dari cerita diatas???

“Seringkali kegagalan bukan disebabkan karena minimnya kemampuan atau usaha kita untuk mengerjakan sesuatu. Seringkali kegagalan disebabkan karena miskinnya pengetahuan yang kita miliki. Kita telah menjadi orang yang sangat tidak mau belajar sesuatu.”

Kasih Orang Tua

Roma 5:1-11

Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. —Roma 5:8

Franklin Graham sungguh menyesal bahwa di masa mudanya ia begitu liar dan suka memberontak. Pernah suatu hari, dengan mengendarai motor Harley Davidson-nya kencang-kencang, ia pergi ke rumah ayahnya untuk meminta sejumlah uang. Dengan berpakaian kulit, tubuh kotor dan berewokan, ia menerobos masuk ke ruang tamu ayahnya. Ternyata di sana sedang berlangsung rapat pengurus yang dipimpin oleh Billy.

Tanpa ragu, Billy Graham mengenali putranya itu. Lalu, ia dengan bangga memperkenalkannya pada setiap anggota pengurus. Billy tidak meminta maaf atas kelakuan anaknya atau menunjukkan rasa malu atau bersalah. Di kemudian hari Franklin menulis di buku otobiografinya, Rebel with A Cause, bahwa kasih dan penghormatan yang ditunjukkan ayahnya pada hari itu tidak pernah dilupakannya, bahkan di masa-masa pemberontakannya saat itu.

Anak-anak kita tidak harus berusaha untuk mendapatkan kasih kita. Menahan kasih demi tujuan kita yang egois berarti mengikuti musuh, bukan Allah. Kita tidak berhak menerima kasih Allah. Kita tidak melakukan apa pun untuk memperoleh kasih-Nya itu; tidak ada hal baik dalam diri kita yang melayakkan kita untuk menerimanya. "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Rm. 5:8). Dalam segala hubungan kita, terutama dengan anak-anak kita, kita harus dengan tulus menunjukkan kasih yang sama.
Kita dipanggil untuk memperlakukan anak-anak kita, dan semua orang, dengan penuh kasih dan rasa hormat. Alangkah baiknya untuk mengingat siapakah kita dahulu ketika Kristus mati bagi kita.

Tolong diriku, Tuhan, 'tuk menunjukkan hormat dan kasih kepada
sesama, selalu sadar bahwa setiap dari kami diciptakan serupa
dengan gambar-Mu. Kiranya kasih-Mu memancar melalui hidupku
dan membawa pujian dan kemuliaan bagi-Mu. Amin.

Kasih Allah mengubah anak yang memberontak menjadi orang saleh yang berharga.

Selasa, 17 Maret 2009

Nice Story: Kepahitan

Bagi yg sudah pernah baca, luangkan waktu untuk baca sekali lagi. Ini adalah cerita sebenarnya (diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh Lian Shu Xiang).

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat.

Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini.
Setelah 2
tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama. Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah. Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata: "Mari,kita jemput nenek di kampung".

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira." Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: "Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga." Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang samb
il membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa. Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras.

Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong. Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik. Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual katanya. Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur. Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil memba
nting pintu dan menangis. Suamiku jadi serba salah. Malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku menjadi kecewa dan marah. ”Apa salahku?” Dia melotot sambil berkata, ”Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?”

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja.

Saat tidur, suami berkata:”Lu di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?” sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku. Dan dia akhirnya berkata:”Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi.”Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.


Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat su
amiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!

Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar rumah. Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:”Lu Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter.”

Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu? Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin memberitahunya bah
wa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi….. mimpiku tidak menjadi kenyataan.

Didalam taksi air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan sedihnya.
Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya. Aku menatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya. Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung.

”Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam hati:”Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?”


Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku,jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian. Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika saja...

Di matanya, akulah penyebab kematian nenek.Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku.

Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah. Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi.

Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian. Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.


Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi...

Semua berlalu begitu saja.Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.“

Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga sudah tahu surat apa itu. 2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:”"Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya”. Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.


"Lu Di, kamu hamil?”

Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab:"Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi".

Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukkan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku. Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.“Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:”Maafkan aku, maafkan aku”.

Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.

Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya.
Sejak menandatangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas.Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa... , itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.


Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai.

Aku berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk.

Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara. Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami.

"Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.

"Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku.

"Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya".

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".

Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum.. anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata..

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini : "Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup."

Cerita ini sangat menyentuh. Dan yang terpikir pertama kali ketika aku membaca cerita ini adalah seorang sahabat yang kini menganggapku seperti seorang asing. God Bless You Bro. Hope you read this story.

Senin, 16 Maret 2009

Kasih adalah ...

Kasih adalah ...
Bergembira pada saat orang lain berbahagia. Bersedih untuk mereka yang bersedih. Selalu bersama saat baik maupun saat susah. Kasih adalah sumber kekuatan.

Kasih adalah ...
Jujur karena dirimu setiap waktu menceritakan, mendengarkan kebenaran dan tidak berpura-pura. Kasih adalah sumber kejujuran.

Kasih adalah ...
Suatu pengertian sepenuhnya mengenai apa yang kau rasakan, bahwa kau merupakan bagian dari orang lain. Menerima orang lain sebagaimana adanya mereka. Dan tidak mencoba untuk mengubah mereka menjadi sesuatu yang lain. Kasih adalah sumber persatuan.

Kasih adalah ...
Kebebasan untuk mencapai keingananmu saat berbagi pengalaman dengan orang lain. Pertumbuhan suatu individu di sisimu dan pertumbuhan bersama dengan individu lain. Kasih adalah sumber kesuksesan.

Kasih adalah ...
Kedahsyatan dari angin topan, ketenangan dalam pelangi. Kasih adalah sumber dari adanya keinginan besar.

Kasih adalah ...
Memberi dan menerima dalam situasi sehari-hari. Bersabar dengan setiap kebutuhan dan keinginan. Kasih adalah sumber kebersamaan.

Kasih adalah ...
Mengetahui bahwa orang lain akan selalu bersamamu, tanpa memandang apa yang terjadi. Kehilangan orang lain pada saat mereka jauh, tetapi tetap dekat di hati tiap waktu. Kasih adalah sumber hidup!

1 Korintus 13 : 4-7
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong."

Minggu, 15 Maret 2009

Salib

Seseorang berdoa dan mengeluh pada Tuhan, "Tuhan, Tuhan, mengapa masalahku begitu berat? Mengapa salib yang kupikul begitu berat?" Ia terus mengeluh dan mengeluh. Sampai suatu hari Tuhan capek mendengarkan dia dan mengutus seorang malaikat untuk menjawab doanya.

"Katakanlah pada orang itu dan kabulkanlah apa keinginannya," kata Tuhan.

Malaikat itu kemudian mendatangi orang itu dan menanyakan keinginannya. Orang itu menjawab, "Salib yang kupikul saat ini terlalu berat. Masalah datang bertubi-tubi seolah tidak ada jalan keluar," kata orang itu.

"Baiklah akan kukabulkan permintaanmu," kemudian malaikat itu membawa orang itu ke sebuah gudang yang sangat besar. Ia menaruh manusia itu di sana.

"Kamu cari sendiri salib yang kamu mau pikul dan kasih tau saya di akhir pencarianmu," kata malaikat itu sambil menunjuk ke gudang itu.

Manusia itu kemudian masuk ke gudang itu. Gudang itu sangat besar sekali. Ada banyak sekali salib di sana dengan berbagai ukuran. Ada yang sangat besar sampai mencapai langit-langit, ada yang sebesar mobil, ada yang berukuran sebesar seekor kuda dan bermacam-macam.

Manusia itu masuk dan mencari-cari kalau ada salib yang lebih kecil. Ia terus mencari dan mencari hampir seharian ternyata tidak ada salib kecil. Yang paling kecil adalah seukuran sebesar laptop 14". Detik-detik terakhir saat-saat manusia itu mencari, ketika ia sudah hampir menyerah dan memutuskan untuk mengambil salib itu, tiba-tiba ia melihat sebuah salib kecil terselip di pojok ruangan.

Salib itu hanya sebesar sebuah gantungan kunci. Cepat-cepat ia mengambil salib itu dan berlari keluar. "Saya ambil ini saja," katanya.

Malaikat itu tersenyum. "Ini salib yang kamu pikul sekarang," kata malaikat itu sambil menunjuk salib yang dibawa manusia itu.

Sobat JINS, kadang kita tak bisa membandingkan masalah yang kita alami dengan apa yang dialami orang lain. Rumput tetangga selalu lebih hijau. Masalah orang lain selalu terlihat lebih ringan. Ketika kita melihat seseorang, kita mengira orang itu seolah tidak punya masalah padahal...

Jangan pernah merasa hidup kita lebih menderita dibanding orang lain. Jangan pernah mengasihani diri sendiri. Hiduplah penuh dengan semangat! Ubahlah apa yang bisa diubah. Nikmati apa yang tidak bisa diubah. Kebahagiaan bukan berasal dari orang lain, melainkan kalau kita memutuskan untuk bahagia, maka kita akan bahagia.

History Maker

Pernahkah terpikir di benak sobat JINS akan mengukir sejarah dan menjadi seorang history maker? Berikut adalah anak-anak muda luar biasa yang mengukir sejarah di bumi ini, menjadi kaya raya dan excellent dengan kreativitas dan inspirasinya.

Menemukan Google pada tahun 1998 ketika mereka baru berusia 24 tahun. Mulai di dalam garasi yang menjadi “kantor” pertama mereka, dua orang ini mengilhami ribuan anak muda untuk mencari uang online. Larry dan Sergey kemudian menciptakan perusahaan senilai satu multi milyar dollar yang mengguncangkan Internet.





Mark Zuckerberg, mahasiswa universitas Harvard yang menemukan Facebook sebagai satu platform jaringan sosial bagi remaja di perguruan tinggi ketika dia baru berusia 19 tahun. Facebook kini merupakan situs web jaringan sosial terbesar kedua setelah MySpace. Facebook terus tumbuh hari demi hari, dengan jutaan pengguna baru yang terus mendaftar setiap bulan!







Para pencipta dari situs web “berbagi video online”, YouTube. Mereka mendirikan YouTube pada 2005 ketika Chad berusia 28 tahun dan Steve 27 tahun. YouTube kemudian diakuisisi oleh Google dengan nilai $1.65 milyar.





Di tahun 1995 kedua orang ini menemukan Yahoo!, mesin pencari yang merupakan saingan terdekat Google. Jerry berusia 26 tahun dan David Filo 28 tahun ketika mereka menciptakan Yahoo! Kedua orang ini sekarang mungkin lagi hangat-hangatnya dibicarakan orang-orang, setelah Microsoft meluncurkan tawaran senilai US$44.6 milyar untuk mengambil alih Yahoo!




Matt Mullenweg baru berusia 19 tahun ketika ia menciptakan platform blogging yang kini dipakai dimana-mana. Ia mendirikan platform blogging WordPress pada tahun 2005, dan sejak itu blogosphere pun mulai berevolusi. Orang-orang mulai berpindah dari MovableType dan platform lainnya ke WordPress, karena platform baru ini memang mudah dipakai dan selalu diperbaharui dan terus meningkat.




Menciptakan jaringan sosial #1 di dunia dengan lebih dari 100 juta pengguna, Tom Anderson mendirikan MySpace di tahun 2004 ketika ia baru berusia 23 tahun. Dia mungkin tidak sekaya Mark Zuckerberg, tapi ia tercatat sebagai pendiri dari jaringan sosial yang dipakai paling luas di Internet.




Pada tahun 2003, Blake Ross mendirikan Mozilla ketika dia baru berusia 19 tahun. Sejak itu, Mozilla tumbuh sangat pesat, menggoda pengguna Internet untuk memakai penjelajah Firefox Mozilla mereka sendiri, yang terbukti memang lebih mudah dioperasikan dibandingkan kebanyakan aplikasi penjelajah web lainnya.



Pada tahun 1995 ketika ia baru berusia 28 tahun, Pierre Omidyar mendirikan eBay, lelangan online sedunia. Sejak itu, banyak orang-orang menghargai penemuannya, sehingga mendorong eBay menjadi platform dunia






Siapa yang akan menyusul berikutnya? Menjadi seorang pencetak sejarah di dunia ini, excellent di bidangnya, diberkati luar biasa dan memberkati dengan kepenuhan? Tuhan rindu memakai setiap dari kita untuk seperti orang-orang di atas. Hanya, siapa yang siap untuk memenuhi panggilannya?

Kamis, 12 Maret 2009

Power of Cross

Tahun 1967 ketika saya masuk ke Universitas Cincinnati, saya mengenal seorang pemuda yang bernama Charles Murray. Dia adalah salah seorang mahasiswa dan juga atlet yang sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade 1968 sebagai atlet loncat indah. Charles sangat sabar orangnya dan membuat saya betah menceritakan kebaikan-kebaikan Yesus dan caranya menebus dosaku sampai berjam-jam lamanya. Charles tidak dibesarkan di keluarga Kristen, jadi dia sangat terpukau dengan cerita-ceritaku. Kami terus bertanya jawab tentang Yesus dan sampai akhirnya saya bertanya kepadanya, "Maukah kamu menerima Yesus sebagai Juruselamatmu?"

Dia berpikir sejenak. Gelisah. Dan akhirnya menjawab, "Tidak" dengan tegas. Dan di hari-hari selanjutnya, saya merasa dia menghindariku dan tidak mau bertemu denganku. Sampai suatu hari dia mengajakku bertemu dan meminta beberapa referensi ayat dari Perjanjian Baru. Saya memberikannya beberapa ayat dan (lagi-lagi) lama ia menghindariku.

Sebagai seorang mahasiswa atlet, Chris mendapatkan hak khusus untuk menggunakan kolam renang di luar jam kuliah. Suatu malam kira-kira pukul 10 malam, ketika semua lampu kolam sudah dimatikan (kecuali satu lampu sorot kecil di atas yang menyinari tangga panel loncat indah), Chris ingin berlatih lagi. Malam itu malam yang cerah. Sinar bulan menyinari masuk lewat atap-atap kaca.

Di ketinggian (panel loncat indah paling tinggi), Charles berdiri. Dia mengambil napas dalam-dalam dan bersiap-siap untuk lompat. Pada saat itulah, tiba-tiba ia merasakan satu keajaiban. Ayat-ayat yang pernah dibacanya keluar begitu saja. Dia merentangkan tangannya dan melihat pantulan bayangannya di dinding membentuk sebuah salib! Tiba-tiba semua tentang Kristus membanjiri pikirannya. Pada saat yang bersamaan, Roh Kudus bekerja. Roh Kudus membuat Charles sadar akan dosa-dosanya dan dia langsung terduduk menangis. Dia segera meminta maaf kepada Yesus dan menerima Yesus menjadi Juruselamat saat itu juga.

Tak lama kemudian, penjaga malam di universitas itu masuk ke area kolam dan menyalakan semua lampu. Charles menyeka air matanya dan melihat ke bawah. Apa yang ia lihat sungguh mengejutkan. Kolam itu kosong! Tidak ada airnya! Dan sejak saat itu Charles bersungguh-sungguh dalam Kristus di setiap aspek hidupnya karena ia diselamatkan.

Galatia 6:14

Shut Up and Drive!!!

Setiap sore saya selalu menjalankan aktivitas olahraga di sebuah pusat kebugaran di Yogyakarta. Saya mempunyai impian dari kecil untuk memiliki bentuk tubuh yang ramping dan seksi seperti tokoh-tokoh Baywatch (sebuah film yang saya tonton waktu kecil). Dulu berat badan saya di atas rata-rata (69 kg). Setelah berlatih selama 6 bulan lebih, saat ini saya tinggi 165cm dan berat badan 45kg. Dan saya sudah mencapai hasil yang ideal, dan menarik.

Herannya, akhir-akhir ini di gym sering terdengar berita kurang sedap. Setiap kali saya mau mengikuti kelas aerobik, selalu saja ada perlakuan kurang terpuji dari sesama member. Mereka seolah menjauhi aku, berbisik-bisik di belakangku dan memandangku sinis. Iya, itu, kumpulan
ibu-ibu itu. Bahkan mereka tidak mengajakku berbicara, seolah saya adalah seorang dari planet lain.

Mulanya saya sih cuek saja. Tapi beberapa hari kemudian, ada seorang member yang berkata kepada member lain (dan saya dengar dari member lain itu) kalau saya semakin gendut dan berat badan saya naik. (
What?!?) Iri sampai segitunya kah sampai harus menjelek-jelekkan orang lain?

Lebih parah lagi beberapa hari kemudian saya mendengar kabar kalau saya dituduh operasi
liposuction (alias sedot lemak) di Amerika, sehingga baru badan saya bisa selangsing ini. What the...!?!? Tuduhan macam apa itu!? Benar-benar sangat sangat tidak sopan!!

Orang-orang itu iri denganku. Mereka tidak tahu betapa besarnya pengorbanan yang sudah kulalui sebelumnya. Dari berat badan 69 kg menjadi 45 kg bukan perjuangan biasa! Betapa banyak hal pahit yang kualami. Saya harus diet mati-matian, menahan napsu liar makan saya, berolahraga dengan keras, bangun pagi hanya demi latihan kardio dan sebagainya. Ini hasilnya! Tubuh yang ideal!

Sedangkan kumpulan ibu-ibu itu, mereka tidak pernah berlatih dengan keras, tidak pernah diet. Mereka start bersama dengan saya, tapi bila mereka tidak mendapatkan hasilnya. Itu wajar, karena mereka TIDAK PERNAH MAU MEMBAYAR HARGA! Dan sekarang mereka iri dengan meluncurkan fitnah-fitnah yang tidak benar. Sungguh mengesalkan!

(disadur dari cerita nyata. Nama dan tokoh sudah disesuaikan dengan konsumsi blogger ya...)

Shut up and drive!!

Menurut JINS, dosa manusia terbesar (sifat dasar yang paling bandel) adalah
iri hati. Kita mungkin iri dengan kesuksesan orang lain. Kita pada dasarnya adalah makhluk egois yang selalu ingin menang sendiri. Dan sangat sakit bila melihat orang lain yang start bersama kita memperoleh kesuksesan lebih dulu.

Hey man! Shut up and drive! Berhentilah menyebarkan gosip dan fitnah untuk menjatuhkan orang lain! Berhentilah iri! Fokuskan saja pada jalanan di depanmu. Setirlah hidupmu ke jalan yang lebih baik! Buat apa memusingkan orang lain! Fokus dan fokus saja. Toh kalau orang lain itu jatuh, hidupmu juga tidak lebih baik. So, baby, just shut up and drive!!!

Rabu, 11 Maret 2009

Semangkuk Nasi Putih

Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu ada seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi. Dengan sifat yang segan dan
malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut.

"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih." Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.

Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan, "Dapatkah Ibu menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya?"

Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum, "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!"

Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir: "Kuah sayur gratis." Lalu ia memesan semangkuk lagi nasi putih. "Semangkuk tidak cukup anak muda? Kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya." Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.

"Bukan, saya akan membawanya pulang. Besok saya akan membawa nasi itu ke kampus sebagai makan siang saya!"

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin di luar kota. Demi menuntut ilmu ia datang ke kota dan mencari uang sendiri untuk kuliah. Kesulitan dalam keuangan, itu sudah pasti ia alami.

Berpikir sampai di situ pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan di bawah nasi. Kemudian ia membungkus nasi tersebut, sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja, dan memberikannya kepada pemuda ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini. Hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi? Suaminya kemudian berbisik kepadanya, "Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di nasinya dia tentu akan
merasa bahwa kita bersedekah kepadanya. Harga dirinya pasti akan tersinggung. Lain kali dia tidak akan datang lagi. Jika dia makan ke tempat lain dan hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah?"

"Engkau sungguh baik hati. Sudah menolong orang, masih juga engkau menjaga harga dirinya."
"Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku?"

Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.
"Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikkan badan, melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

"Besok singgah lagi ya! Engkau harus tetap bersemangat! " kata sang suami sambil melambaikan tangan. Dengan perkataannya itu ia bermaksud mengundang pemuda ini agar jangan segan-segan datang lagi besok.

Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu. Mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah ke rumah makan mereka. Sama seperti biasa setiap hari ia hanya memesan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.

Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari sampai pemuda ini tamat kuliah. Selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.

Pada suatu hari, ketika suami isteri ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah pengumuman bahwa rumah makan mereka harus digusur. Tiba-tiba mereka akan kehilangan mata pencaharian. Dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar
negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.

Pada saat ini masuklah seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek, kelihatannya seperti seorang Direktur dari kantor bonafide.

"Apa kabar? Saya adalah Wakil Direktur dari sebuah perusahaan. Saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami. Perusahaan kami telah menyediakan semuanya. Kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian ke sana. Keuntungannya akan dibagi dua dengan perusahaan."

"Siapakah direktur di perusahaan kamu? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!" sepasang suami istri ini berkata dengan terheran-heran.

"Kalian adalah penolong dan kawan baik Direktur kami. Direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian. Hanya itu yang saya tahu, yang lain dapat kalian ketahui setelah kalian bertemu dengannya."

Akhirnya, pemuda yang biasa memakan semangkuk nasi putih ini muncul. Setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang Presiden Direktur yang sukses. Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini. Jika mereka tidak membantunya, dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi Direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam ia berkata kepada mereka, "Bersemangat ya! Di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian. Sampai bertemu besok!"

Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan. Terharu? Ayo, jangan sungkan untuk berbuat baik hari ini... You never know what will happen tommorow.

"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang." (Galatia 6:10)

Selasa, 10 Maret 2009

7%

Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu".

Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya.

Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan. Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.

Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil. Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu. Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA" Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama.

Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut. Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?" Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik" "Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-
orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri"Dan hanya 7% orang yang memikirkan diri orang lain.