Jumat, 31 Oktober 2008

Pelajaran Berharga: Kelinci & Kura-kura (Another Version)

Ini cerita dongeng yang dari kecil hingga dewasa ini sering JINS dengar. Tapi ternyata ada versi lain dari dongeng ini lohh...

1. Suatu hari kura-kura dan kelinci berargumentasi siapakah di antara mereka yang terhebat. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan lomba lari. Siapa yang paling cepat tiba dialah yang menang. Singkat cerita, kelinci yang terlalu percaya diri tertidur di tengah perlombaan dan akhirnya kura-kuralah yang menang.

Ini adalah versi yang mana kita mendengarnya sedari kecil. Moral dari cerita ini adalah: jangan terlalu percaya diri seperti seekor kelinci dan milikilah sifat pantang menyerah (perlahan tapi pasti) seperti kura-kura.

2. Tetapi kemudian, ada kelanjutan cerita dari kedua makhluk ini.
Kelinci menyadari dia terlalu percaya diri dan menyesal. Akhirnya ia menantang ulang kura-kura untuk mengadakan lomba lari lagi. Kura-kura setuju. Perlombaan ulang diadakan. Dan kelinci berlari (atau melompat yah?) terus tanpa berhenti sampai finish dan akhirnya kelinci memenangkan lomba itu.

Moral cerita ini? Cepat dan konsisten akan selalu mengalahkan perlahan tapi pasti. Bila ada dua orang dalam organisasimu, satunya lambat dan bisa diandalkan, dan satunya lagi bisa diandalkan juga namun cepat tanggap, yakinlah orang yang cepat tanggap itu lebih cepat memperoleh promosi dibandingkan yang perlahan.

Baik untuk lambat asal selamat, tetapi lebih baik lagi apabila kita cepat namun bisa diandalkan.

3. Ceritanya belum berakhir sampai di sini. Kali ini kura-kura mengambil waktu untuk berpikir sejenak. Ia menemukan bahwa kalau ia tak akan pernah mengalahkan kelinci apabila ia "berperang" di medan berbukit ini. Ia berpikir keras dan akhirnya menemukan sebuah ide. Ia kembali menantang ulang kelinci. Kali ini mereka sepakat untuk berlomba memakai jalur yang ditetapkan kura-kura. Seperti biasanya, kelinci memimpin. Tetapi akhirnya kelinci harus terhenti di tepi sebuah sungai lebar sedangkan garis finish ada beberapa kilometer jauhnya di seberang sungai itu. Kura-kura yang bisa berenang akhirnya menyeberang sungai itu dan memenangkan perlombaan itu.

Moral cerita ini? Pertama, carilah dulu kelebihan Anda, di medan mana Anda bisa lebih unggul dibandingkan yang lain, kemudian maksimalkan kelebihan Anda dan berperanglah di medan Anda untuk menjadi yang terbaik.

Misalnya Anda seorang pembicara yang baik dalam sebuah organisasi, selalu cari kesempatan untuk mempresentasikan visi misi Anda di depan senior untuk mendapatkan promosi.

Bila Anda seorang analis yang baik, buatlah sebuah penelitian dan kembangkan. Bekerja dengan kelebihan Anda bukan hanya membuat Anda dipromosikan, tetapi juga mengasah kelebihan Anda dan meningkatkannya.

Ceritanya sudah berakhir? Belum.

4. Seiring waktu, kelinci dan kura-kura mulai bersahabat baik dan mengambil waktu untuk berpikir BERSAMA. Keduanya menyadari kalau perlombaan terakhir bisa menjadi lebih baik. Akhirnya mereka mengadakan perlombaan lagi. Tapi kali ini mereka berlomba sebagai tim.

Awal perlombaan, kelinci menggendong kura-kura dan membawanya ke tepian sungai. Di tepi sungai itu, kelinci menaiki kura-kura dan kura-kura membawa kelinci menyeberang ke seberang sungai. Sesampainya di tepi, kelinci menggendong kura-kura lagi dan mereka masuk garis finish secara bersamaan dengan waktu yang sangat singkat bila dibandingkan dengan perlombaan mereka sebelumnya!

Moral cerita dari kisah ini: memang baik punya sebuah skill/kemampuan individual. Tetapi apabila Anda sulit bekerja sama dalam satu tim atau sering mengacaukan tim, performa Anda akan selalu di bawah karena ada saat di mana Anda bekerja dengan buruk sedangkan orang lain bisa menghasilkan secara maksimal. Dengan bekerja bersama, akan dapat mencapai hasil maksimal dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.

Teamwork (kerja sama) adalah membiarkan orang yang relevan dan kompeten dalam timnya untuk memimpin yang lain untuk mencapai tujuan maksimal.

Kamis, 30 Oktober 2008

Surat Tuhan untuk Para Wanita

Ketika Aku menciptakan dunia ini, Aku hanya berfirman. Tetapi ketika Aku menciptakan manusia laki-laki, Aku membentuknya sendiri dan menghembuskan napasKu di dalamnya. Dan ketika Aku membentukmu, seorang manusia perempuan, Aku menunggu sampai manusia laki-laki itu tidur dulu sehingga Aku bisa dengan sabar membentukmu.

Kutunggu manusia laki-laki itu sampai tidur dulu supaya ia tidak mengganggu kreativitasKu. Dari satu tulang Aku membentukmu. Aku memilih tulang yang melindungi hidup seorang pria; tulang rusuk yang melindungi jantung dan paru-paru seorang manusia laki-laki dan juga sekaligus tulang menopang tubunya, seperti tujuanKu yang semula dalam menciptakanmu. Tulang itu Kubentuk, Kuukir dengan sangat hati-hati dan penuh kasih.

Karaktermu seperti tulang rusuk itu: kuat namun rapuh. Engkau memiliki fungsi seperti tulang rusuk itu bagi seorang pria: melindungi bagian paling penting darinya, jantungnya, melindungi paru-paru yang menolah napas kehidupan seorang pria.

Tulang rusuk akan melindungi serangan dari luar sehingga akan hancur terlebih dulu sebelum serangan itu mengenai jantungnya. Menopang seorang pria seperti tulang rusuk menopang tubuh. Engkau tidak diciptakan dari tulang kakinya, untuk berada di bawahnya. Juga tidak diciptakan dari tulang kepalanya, untuk berada di atasnya. Engkau Kuciptakan dari tulang rusuk dari sisi tubuhnya, untuk berada di sisi seorang pria, dan selalu dekat dengan seorang pria.

Wanita, engkau adalah malaikatku yang cantik, sangat cantik. Di matamu Kuperlihatkan masa depan yang cerah dan luar biasa. Bibir dan mulutmu akan tampak sangat cantik ketika berdoa padaKu, hidungmu yang indah dan tangan yang lembut. Aku mendekatkan hatiKu padamu. Dari semua ciptaanKu, engkaulah yang memiliki kelembutan dan kasih sepertiKu.

Ketika Aku berjalan dengan Adam suatu hari, dia merasa kesepian. Dia tidak dapat melihatKu ataupun menyentuhKu. Dia hanya dapat merasakan kehadiranKu. Jadi, segala yang Adam rindukan Aku buat kesemuanya dalam satu pribadi: kesucianKu, kekuatanKu, kemurnianKu, kasihKu, perlindunganKu dan dukunganKu, dalam engkau, hai wanita.

Engkau spesial. Apabila seorang pria serupa dengan bentukKu, seorang wanita serupa dengan hatiKu. Keduanya apabila kalian bersatu, kalian akan tampak sempurna; serupa dengan pribadiKu secara utuh.

Jadi, para pria, perlakukan seorang wanita dengan sebaik-baiknya. Cintai dia, hormati dia, karena dia rapuh. Menyakitinya sama dengan menyakitiKu. Apa yang kamu lakukan padanya sama seperti kamu lakukan padaKu. Melukai hatinya sama saja dengan melukai dirimu sendiri, melukai hati Bapamu dan melukai hati Bapanya.

Dan, para wanita, beri dukungan untuk para pria. Dalam kesesakan, tunjukkan kekuatan dan emosi yang Kuberikan kepadamu. Dalam kesabaran, tunjukkan cinta dan senyummu. Dalam kasihmu, tunjukkan kalau kamu seperti tulang rusuk itu: melindungi bagian paling penting seorang pria.


dari Ayahmu,



Bapa

Rabu, 29 Oktober 2008

Be Afraid

Ada satu peribahasa Cina yang sangat kusuka:

"Be afraid not of going slowly; be afraid only of standing still."

Jangan takut untuk maju meskipun perlahan. Yang harus kita takutkan adalah kita takut untuk duduk dan diam di tempat tanpa berbuat apa-apa.

Maksudnya? Manusia punya kecenderungan untuk tinggal dan bersantai di satu "zona nyaman". Zona nyaman adalah satu keadaan di mana kita sudah merasa nyaman dengan apa yang kita miliki, yang kita lakukan dan yang kita dapatkan.

Kalau dalam dunia kerja, mungkin kita sudah merasa nyaman dengan pekerjaan kita sehingga kita tidak melihat adanya peluang lain di (mungkin) daerah lain atau lapangan pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Atau juga mungkin kita sudah terlalu nyaman ikut nebeng orang tua kita sehingga ingin selamanya seperti itu.

Dalam konteks kerohanian, zona nyaman dapat digambarkan sebagai keadaan yang stagnan, tidak berubah, tidak meningkat, bahkan cenderung penurunan. Kita mulai merasa aman dengan keadaan kita, tidak ada masalah dan tidak membutuhkan pertolonga Tuhan. Kita mulai merasa nyaman dengan berkat yang kita dapat, dengan harta yang kita miliki. Kita mulai malas untuk memberitakan Injil keselamatan, mulai kendor dalam hubungan pribadi dengan Tuhan dan mulai tidak bertanya padaNya mengenai masalah hidup kita.

Itulah yang kutakutkan.

Lebih baik berjalan meskipun pelan daripada duduk diam.
Lebih baik berjalan pelan dan menuju ke arah yang benar daripada berlari ke arah yang salah.

Ada kalanya kita harus memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Kita harus berani menantang dunia, melampaui batas dan mengejar target hidup kita yakni kekekalan. Jangan lemas, jangan santai. Semangat! Ingat, setiap langkah yang kita lakukan meskipun perlahan lebih berharga daripada menikmati apa yang sudah kita punya dan terlena di dalamnya.

Selasa, 28 Oktober 2008

Pensil

Seorang Pembuat Pensil mengambil sebatang pensil ciptaannya. Sebelum memasukkannya ke dalam kotak, Pembuat Pensil itu berkata kepada pensil itu. Ada 5 hal yang harus ia perhatikan ketika ia berada di dunia. Dengan mengingat kelima hal ini, ia akan menjadi pensil terbaik yang pernah dipakai manusia.

Satu: Kamu akan dipakai menjadi pensil terbaik, tetapi bila kamu mau dipegang oleh tangan yang terbaik pula.

Dua: Kamu akan mengalami kesakitan selama proses penajaman dari waktu ke waktu, tetapi kamu perlu ditajamkan untuk dapat dipakai dengan baik.

Tiga: Kamu bisa memperbaiki kesalahan yang kamu buat.

Empat: Yang paling penting dari sebuah pensil adalah merupakan isinya dari pensil itu sendiri.

Lima: Pada setiap permukaan yang kamu goreskan, kamu harus meninggalkan jejakmu di sana. Tidak peduli kondisi apapun, kamu harus tetap menulis.

Dan pensil itu mengerti dan menyimpan kata-kata Pembuat Pensil itu.

Coba refleksikan kelima poin yang dikatakan Pembuat Pensil itu dalam hidup kita.

Satu: Kita akan dipakai dengan luar biasa, diangkat tinggi dan dipromosikan apabila kita menyerahkan hidup kita kepada TUHAN, dan biarkan diri kita terbuka untuk orang lain yang melihat kelebihan dalam diri kita.

Dua: Kita akan mengalami kesakitan selama proses penajaman, tetapi dengan itulah kita baru bisa bertumbuh dewasa dan menjadi manusia yang lebih kuat.

Tiga: Kita bisa dan harus memperbaiki kesalahan yang kita perbuat dan belajar sesuatu darinya.

Empat: Bagian terpenting adalah apa yang terdapat dalam hati kita.

Lima: Pada setiap permukaan yang kita jalani, tinggalkanlah tanda. Tidak peduli pada kondisi apapun, selalu layanilah TUHAN dan sesama. Buat kesan baik yang akan terukir di hati setiap orang.

Dengan mengingat kelima pesan pensil yang sederhana ini, kita akan menjadi seorang yang excellent di manapun kita berada. TUHAN memberkati!

Kesombongan

Salah satu dari ketujuh dosa maut yang menjatuhkan kita ke dalam maut adalah kesombongan. Menurutku, ini adalah dosa yang paling mudah kita lakukan. Bahkan cenderung tidak sadar dengan apa yang kita lakukan adalah sebuah kesombongan di mata Tuhan.

Sombong adalah suatu sikap di mana kita merasa lebih daripada orang lain (lebih pintar, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, dsb) dan cenderung merendahkan orang lain.

Sedikit cerita, tahun lalu saya sangat diberkati oleh Tuhan. Pekerjaan saya berhasil, kuliah saya selalu mendapat nilai bagus, saya menjadi juara dalam sebuah kontes skala nasional yang cukup bergengsi, saya dibawa ke sebuah pekerjaan yang sudah lama kuidam-idamkan.

Dari sana, dosa kesombongan itu mulai berakar. Saya mulai merendahkan teman-teman saya yang lain. Meskipun saya tidak pernah menyombongkan diri kepada mereka, tetapi saya kerap mendengar ada omongan tentang saya yang semakin sombong. Mula-mula, kuacuhkan saja karena saya pikir itu hanya orang-orang sirik. Tetapi dunia saya mulai berubah. Teman-teman saya yang dulu (teman setia) mulai menjauh. Orang-orang rumah mulai merasakan perbedaan pada diriku. Teman-teman baru (dari dunia sekuler yang jauh dari Tuhan) mulai bertambah. Perubahan sikap pun terjadi.

Lambat laun tidak terasa, sikap sombong itu benar-benar saya tunjukkan lewat caraku berbicara dan bersikap. Semakin menghilang juga lah teman-temanku yang lama (berganti dengan "teman" baru). Dari dosa kesombongan itu, saya mulai jatuh dalam beberapa dosa maut lainnya.

Hampir setahun, setiap aspek dari hidupku diberkati (dan akar kesombongan saya sekarang sudah jadi pohon). Tiba waktunya "pengajaran" dari Tuhan.

Tahun 2008 ini merupakan titik jatuh bagi saya. Setiap hal yang kuperoleh di tahun lalu seolah diserap oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat. Sudah jarang ada job. Ketika saya mengikuti sebuah perlombaan, saya selalu pulang dengan tangan hampa. Saya menuai cercaan dari berbagai pihak. Harus rela berganti pekerjaan dan lain sebagainya.

Bulan Maret tahun 2008 ini merupakan titik jatuhku, sekaligus juga titik di mana saya mengubah hidupku secara drastis. Saya mulai berpikir dan merenungkan apa yang selama ini terjadi padaku.

Kesombongan merupakan awal dari segala macam dosa maut yang lain.

Hari ini saya menulis tentang kesombongan karena saya merasakan ada di antara pembaca JINS yang sedang diberkati Tuhan. Mulai dari promosi jabatan, pekerjaan yang diberkati, kuliah dan sebagainya. Hanya saja, tetaplah membumi. Karena hanya Tuhanlah saja yang boleh sombong. Kita manusia, tidak berdaya di hadapanNya.

Minggu, 26 Oktober 2008

Leaders vs. Followers


Ketika seorang leader melakukan kesalahan, ia berkata, "Itu salahku."
Ketika seorang follower melakukan kesalahan, ia berkata, "Bukan salahku."

Seorang leader bekerja lebih keras dan mempunyai lebih banyak waktu.
Seorang follower selalu merasa terlalu sibuk untuk melakukan sesuatu.

Seorang leader melalui sebuah masalah.
Seorang follower memutari masalah itu tetapi tidak pernah melewatinya.

Seorang leader membuat dan menepati komitmennya.
Seorang follower membuat dan melupakan janjinya.

Seorang leader berkata, "Saya baik, tetapi masih kurang maksimal."
Seorang follower berkata, "Saya tak seburuk orang-orang itu."

Seorang leader mendengarkan.
Seorang follower menunggu giliran mereka untuk bicara.

Seorang leader menghormati atasan mereka dan belajar sesuatu dari mereka.
Seorang follower tidak menyukai atasan mereka dan selalu mencari cacat dalam performa mereka.

Seorang leader bertanggung jawab atas pekerjaan mereka.
Seorang follower berkata, "Saya hanya akan bekerja di sini."

Seorang leader berkata, "Seharusnya ada jalan untuk membuatnya lebih baik."
Seorang follower berkata, "Memang sudah seperti ini dari dulu..."

Jumat, 24 Oktober 2008

Dua Laut

Ada dua laut di Palestina.

Yang satu terlihat begitu indah, airnya segar dan ada banyak ikan di dalamnya. Di sekelilingnya ada banyak pohon-pohon yang rimbun dan hijau, memanjangkan akar-akarnya hingga ke sungai yang bermuara di laut itu untuk minum. Tak jauh dari sana banyak anak-anak kecil bermain dan Ia duduk di sana sambil menikmati keceriaan anak-anak itu. Ia sangat menyukai daerah itu. Dan sambil mengajar, Ia memberi makan lima ribu orang di bukit tak jauh dari laut itu.

Sungai Yordan membuat laut ini menjadi semakin berkilau, seolah-olah tersenyum pada mentari. Di arah utara, laut ini tempat bermuara sungai Yordan. Orang-orang membuat rumah di sana untuk menikmati pemandangan yang begitu indah. Burung-burung membuat sarang-sarang di pohon di sana dan kehidupan di sana begitu hidup.

Ke arah selatan, sungai Yordan bermuara ke laut satunya. Laut satunya tidak mempunyai ikan, tidak ada suara dedaunan, tidak ada kicau burung, dan tidak ada rumah di sekitarnya. Bahkan hampir tidak ada orang yang mau lewat kecuali kalau sudah kepepet. Udara di sana terkesan berat dan tidak ada manusia ataupun hewan yang mau minum di sana.

Mengapa dua sungai ini begitu berbeda? Padahal sama-sama merupakan muara dari sungai Yordan, sama-sama mempunyai sumber yang sama. Bukan masalah airnya, bukan tanahnya dan juga bukan negara di mana kedua laut ini dekat.

Ini bedanya. Laut Galilea menerima air dari Yordan tetapi tidak menyimpannya sendiri. Untuk setiap tetes yang ia peroleh ia selalu mengalirkannya kembali. Ada keseimbangan antara memberi dan menerima.

Laut yang satunya lebih licik, ia menimbun semua air yang diterimanya sendiri. Laut itu juga bukan tipe dermawan. Setiap tetes yang ia dapatkan, ia simpan sendiri.

Laut Galilea memberi dan menjadi hidup. Laut satunya tidak pernah memberi, makanya diberi nama Laut Mati. Juga ada dua macam manusia di dunia ini, seperti ada dua laut di Palestina.

Ketika Iblis Mengadakan Obral ...

Suatu hari Iblis memutuskan untuk membuka toko obral. Di sana, ia memajang produk-produk andalannya. Di depan, ia memajang sebuah kapak yang dapat dengan mudah memotong batu-batu pijakan manusia dan menghancurkannya hingga berkeping-keping. Juga ada sebuah kaca pembesar. Kaca pembesar itu dapat memperbesar kepentingan diri sendiri. Selain itu, katanya, kaca pembesar itu juga bisa memperkecil orang lain, juga memperkecil kepercayaan diri.

Di tembok sebelah dalam, tergantung beberapa peralatan berkebun seperti pupuk untuk menumbuhkan pohon kesombongan dan akar kepahitan, cangkul bermerk "DustaSaja", sekop "Iri Hati" untuk menggali jebakan untuk menjatuhkan tetanggamu, pemotong rumput tipe Gossip yang bisa memotong hubungan baik, dan masih banyak lagi. Harga? Tentu saja mahal! Tetapi pembeli di situ jangan kuatir. Semua kartu kredit hidup diterima. Dan lagian, bagi yang tidak mempunyai kartu kredit bisa membeli dengan cicilan tiada batas tempo! "Bawa pulang dan pakai dulu!! Silakan! Silakan!!" seru Iblis menjajakan dagangannya.

Seorang pengunjung melihat ada dua macam peralatan tergantung di pojok tembok yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Bedanya, kedua peralatan itu sedikit tersembunyi. Penasaran, pengunjung itu menanyakan apa itu.

"Oh, kedua peralatan itu sudah sering kugunakan. Hanya kedua peralatan ini sudah pasti akan bekerja kalau semua barang-barang ini rusak. Kedua peralatan ini bisa digunakan untuk memperbaiki semua peralatan yang saya jual."

"Apakah itu?" tanya pengunjung itu.

"Namanya Keraguan dan Keputusasaan."

Kamis, 23 Oktober 2008

A Gental Thunder

Suatu ketika ada seorang manusia menantang Allah. Ia berkata, "Tuhan, kalau memang Engkau Maha Kuasa, tunjukkan kepadaku:
Kirimkan api untuk membakar semak ini seperti pada Musa maka aku akan mengikutiMu;
Runtuhkan tembok ini seperti cerita Yosua maka aku akan bertempur untukMu;
Tenangkan ombak di lautan ini seperti ceritaMu dalam Perjanjian Baru maka aku akan yakin kepadaMu."

Dan manusia itu duduk di dekat sebuah semak-semak, di samping sebuah tembok di tepi pantai yang berangin, menunggu jawaban Allah.

Allah mendengarnya, dan menjawabnya.
Allah mengirimkan api, bukan ke semak-semak, melainkan ke gerejaNya.
Allah meruntuhkan tembok, bukan tembok itu, melainkan tembok dosa.
Allah menenangkan lautan, bukan lautan air itu, melainkan lautan jiwa yang penuh gejolak.

Dan setelah itu Allah menunggu respon dari manusia itu.
dan Ia menunggu...
Terus menunggu...
dan menunggu...

Beberapa waktu berlalu dan karena manusia itu belum melihat semak yang terbakar, tembok yang runtuh dan ombak yang tenang, maka dia mengambil kesimpulan kalau Allah tidak bertindak apa-apa.
Akhirnya ia menengadahkan kepalanya dan bertanya, "Apakah Engkau kehabisan kuasaMu?"
Dan Allah melihat kepadanya dan balik bertanya, "Apakah kamu sudah mendengarkan?"

Selasa, 21 Oktober 2008

Batu Besar

Seorang guru SD ingin mengajari anak-anaknya sesuatu. Ia kemudian mengambil sebuah toples berukuran sedang. Kemudian ia mengisinya dengan beberapa batu besar sampai tidak ada batu besar lagi yang muat di dalamnya.

"Anak-anak, apakah toples ini penuh?" tanyanya.

"Penuh, Bu guru!" jawab murid-murid serempak.

Kemudian guru itu mengambil satu sekop kerikil dan memasukkannya. Kerikil itu mengisi celah-celah di antara batu-batu besar itu. Kerikil itu diisi sampai tidak ada kerikil lagi yang bisa masuk di toples itu.

"Anak-anak, apakah toples ini sudah penuh?" tanyanya lagi.

Kali ini anak-anak jawabannya mulai terdengar ragu-ragu. Ada yang menjawab iya dan ada yang menjawab belum.

Guru itu tersenyum. Ia kemudian mengambil lagi satu sekop pasir dan mengisikannya ke dalam toples itu. Sekali lagi pasir itu mengisi celah-celah batu besar dan batu kerikil itu sampai penuh.

"Anak-anak, apakah toples ini sudah penuh?"

Kali ini tidak ada jawaban. Semua anak memperhatikan dengan seksama pada toples itu.

Dan terakhir guru itu mengeluarkan botol minumnya. Ia kemudian menuangkan air itu ke dalam toples itu dan mengisinya sampai penuh. Air itu masuk ke celah-celah dan mengisi toples itu hingga penuh.

Kemudian guru itu bertanya, "Anak-anak, menurut kalian apa maksud dari ilustrasi ini?"

Seorang anak menjawab, "Maksudnya, seberapa padat jadwalmu, tentu ada saja waktu untuk jadwal yang lain."

"Bukan itu!" kata guru itu, "Maksud dari ilustrasi ini adalah: bila kamu tidak memasukkan batu besar terlebih dulu, kamu tidak akan bisa memenuhi toples ini."

"Batu Besar". Apakah batu besar dalam kehidupan Anda? Kesuksesan dalam berkarir? Keluarga? Keyakinan Anda? Pendidikan Anda? Keuangan Anda? Apapun batu besar dalam hidup Anda, ingatlah selalu tempatkan batu besar lebih dulu ketimbang yang lainnya. Kalau tidak, toples Anda tidak akan penuh!

Senin, 20 Oktober 2008

Kisah Bintang Laut

Ada seorang pemuda duduk di sebuah pantai yang sepi. Ia melihat beberapa bintang laut yang terdampar di pantai terbawa ombak. Sudah pasti bintang-bintang laut itu mati apabila ombak berikutnya datang terlalu lama. Pemuda itu kemudian melihat seorang anak laki-laki di situ. Anak tersebut berjalan menyusuri pantai, memunguti bintang laut yang ia temukan dan melemparkannya kembali ke laut supaya bintang laut itu tidak mati.

"Betapa sia-sianya!" pikir pemuda itu. "Bintang laut itu sudah pasti mati."

Pemuda itu kemudian mendatangi anak itu dan berkata padanya, "Nak, aku memperhatikanmu sedari tadi. Tidakkah kamu pikir kalau apa yang kamu lakukan adalah sia-sia? Aku tahu kamu punya hati yang baik, tapi lihatlah. Di seluruh dunia ini ada banyak sekali pantai dan ada berapa banyak bintang laut yang mati setiap harinya. Tentu dengan waktumu itu kamu bisa melakukan hal-hal lain yang lebih berguna ketimbang 'menyelamatkan' bintang laut itu. Apa menurutmu tindakanmu itu dapat membuat perbedaan?"

Anak kecil itu memandangi pemuda itu, kemudian memungut bintang laut yang ada di kakinya dan melemparkannya kembali ke laut, "Setidaknya aku membuat perbedaan untuk bintang laut itu."

Sobat JINS yang terkasih, pernahkah kalian merasa Yesus seperti anak kecil itu dan kita sebagai bintang lautnya? Dia rela menghabiskan waktunya di dunia hanya untuk menyelamatkan kita yang sudah pasti mati. Mengangkat kita dari jurang maut ke gunung kekekalan. Karena meskipun manusia itu tidak berharga (hanya seharga debu dan tanah), Allah tetap rela mengirimkan putraNya yang tunggal demi menebus kita.

Dan, sobat JINS yang terkasih, pernahkah kalian mempunyai sahabat seperti anak kecil itu dan kita sebagai bintang lautnya? Seorang sahabat yang sangat mengasihi kita, yang selalu berada di sisi kita, yang mengingatkan kita ketika kita hampir jatuh dalam dosa. Seorang yang mengubahkan hidup kita dan membuat perbedaan dalam pribadi kita karena sikap keteladanannya?

Atau, sobat JINS yang terkasih, sudahkah kalian menjadi seperti seorang anak kecil itu? Yang rela menghabiskan waktunya untuk menyelamatkan teman-teman atau keluarga kita dari dosa? Yang rela bersusah payah meskipun ditolak untuk mendoakan teman-teman atau keluarga kita?

Galatia 6:2
"Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."

Minggu, 19 Oktober 2008

Malas

"I love Monday!"

Mungkin itu yang sering diucapkan orang. Tujuannya, supaya memberi semangat kepada kita untuk lebih giat bekerja, produktif, tidak malas dan berapi-api. Senin hari yang paling sibuk bekerja, tumpukan to-do list paling tinggi dan tekanan paling besar. Kemungkinan besar lembur terjadi di hari ini.

Tetapi, sobat JINS, pernahkah kalian merasakan namanya malas? Suatu kondisi di mana kita merasa tidak ingin mengerjakan apa-apa selain tidur (atau makan).

Well, saya kemarin baru saja merasakan "kemalasan" itu. Hari kemarin saya benar-benar sedang tidak ingin mengerjakan apa-apa. Malas untuk bekerja, malas untuk pergi ke gereja, malas pelayanan, malas untuk jalan-jalan, malas untuk mengerjakan apa-apa. Cuma ingin tidur, santai dan tidur. Entah kenapa, tapi sindrom malas itu kemarin begitu kental.

Apalagi kemarin kendaraan saya rusak dan harus diservis. Terpaksa telat pelayanan dan selesai pelayanan langsung pulang (biasanya kumpul dulu dengan teman-teman). Udah gitu batal jalan-jalan bersama teman-teman, desain yang menumpuk nggak selesai-selesai, sample barang dagangan nggak dicarikan buat customer. Wuih.. parah deh pokoknya!! Pengennya tidur molo!!

Malam harinya saat saya sate (saat teduh, Red) dengan Babe, saat saya flsahback ke kejadian hari ini (apa saja yang sudah dilakukan selama sehari), saya diingatkan Babe oleh ayat yang pernah diberikan pemimpin rohani saya.

Amsal 24:30-34
"Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi.
Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.
Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran.
'Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,' maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata."


Wuih... rasanya seperti disambar petir!

Seorang pemalas, ladangnya ditumbuhi ilalang dan onak. Temboknya roboh. Tembok itu melambangkan rumah, artinya rumah tangganya roboh! Wuih! Ngeri!!! Sebegitunyakah orang malas itu? Sebegitu parahnyakah ladangnya yang tidak pernah disiangi? Ilalang tumbuh dan memakan habis benih-benih dari Tuhan. Firman Tuhan tidak bisa bertumbuh, talenta yang kumiliki mati.

Ayat 33 menulis tidur sebentar lagi. Saya jadi teringat perasaan ketika kita mau bangun pagi. "Tidur sebentar lagi ahh..." seringkali kita berkata seperti itu. Atau mungkin bukan juga pas bangun pagi. Mungkin waktu kita bilang, "Nanti saja diselesaikan. Masih banyak waktu koq.." Yup! Yang suka menunda-nunda pekerjaan!! Hati-hati!

Di ayat 34 ditulis kemiskinan akan menyerbu seperti orang bersenjata. Di Alkitab ditulis "serbu" dan bukan datang perlahan-lahan. Langsung bo!! Dan seperti orang bersenjata. Kalau sudah begitu kita hanya bisa pasrah!

Seperti tersambar petir! Sedemikian parahnya Alkitab menggambarkan efek dari kemalasan itu. Onak, tembok rubuh, kemiskinan menyerbu seperti orang bersenjata.

Sejak kemarin saya baca ayat ini langsung terdiam sejenak, merenungkan kembali apa yang sudah saya lakukan. So, mulai hari ini, sebisa mungkin kita siksa kedagingan kita dengan meninggalkan yang namanya "malas". Kalau sobat JINS sudah mulai malas, ingat Amsal 24:30-34.

Tuhan memberkati.

Jumat, 17 Oktober 2008

Gagak Congkak

Ah.. sudah lama ngga posting cerita ringan. Hehehe...

Kali ini JINS mau posting dongeng ringan yang bisa jadi inspirasi buat hidup sobat JINS sekalian.

Ceritanya tentang gagak congkak.

Check this out.

Suatu hari sekawanan burung angsa terbang di atas sebuah pantai di mana ada seekor gagak berdiri dengan congkaknya. Gagak itu memandangi mereka dengan pandangan merendahkan.

Kemudian katanya kepada kawanan angsa itu, "Benar-benar tidak punya gaya. Lihat cara kalian terbang! Kalian tidak bisa menukik, bersalto di udara ataupun melayang. Kalian hanya mengepakkan sayap kalian saja untuk terbang."

Kawanan angsa itu hanya diam.

"Begini saja. Kita adakan sebuah pertandingan. Akan kutunjukkan siapa yang terbang paling jago," tantang gagak itu.

Dari perwakilan angsa dipilihlah seekor angsa yang gagah dan tegap. Kemudian, gagak itu terbang dan memamerkan semua kemampuannya. Ia menukik, bersalto di udara, melayang dengan indah dan semua trik-triknya dilakukannya dengan sangat indah. Ia mengakhirinya dengan sebuah lesatan indah dan mendarat dengan penuh kemenangan.

Sekarang giliran angsa itu. Angsa itu kemudian mengepakkan sayapnya, perlahan kemudian terbang ke arah lautan bebas. Gagak itu kemudian terbang menyusulnya, sambil terus memberikan kritik dan komentar mengenai betapa tidak bergayanya angsa itu terbang. Terus dan terus semakin jauh mereka terbang ke laut hingga akhirnya daratan tidak kelihatan lagi. Yang ada hanya lautan bebas sejauh mata memandang. Komentar dan kritik dari gagak semakin jarang terdengar (dan suaranya makin lama makin kecil) hingga akhirnya tidak terdengar komentar gagak itu lagi. Ia mulai capek dan ingin istirahat. Ia kemudian mencoba hinggap di atas air. Tapi sulit sekali karena ada ombak dan angin yang kencang.

Angsa itu terbang pura-pura tak memperdulikan masalah gagak itu, "Koq terus menyentuh air? Apa itu juga salah satu dari atraksi hebatmu?"

"Bukan," seru gagak itu, kini ia panik sekali, "Saya punya masalah dengan air. Kalau kamu tidak menolongku, aku bisa mati!"

Dan angsa yang kasihan itu menggendong gagak itu kembali ke daratan.

Moral cerita: Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hanya saja, jangan jadikan kelebihan kita sebagai alasan untuk merendahkan orang lain. Tuhan menciptakan setiap manusia unik, tidak ada yang sama. Ada yang berbakat di seni, ada yang di bidang olahraga, ada yang di bidang sastra. Jangan remehkan orang lain. Sebaliknya asahlah talenta dan kelebihan yang sudah diberikan oleh Tuhan kita secara maksimal.

Kamis, 16 Oktober 2008

Mengapa Saya Suka Bahasa Indonesia...

Bahasa Indonesia memang lebih nyaman. Coba aja baca kalimat di bawah ini.

Bahasa Indonesia:
"Tiga nenek sihir melihat tiga buah arloji merk Swatch. Nenek sihir mana melihat pada arloji Swatch yang mana?"

Dalam bahasa Inggris:
"Three witches watch three Swatch watches. Which witch watch which Swatch watch?

Bahasa Indonesia:
"Tiga nenek sihir mengagumi kenop kenop dari tiga arloji Swatch. Nenek sihir mana yang memandangi kenop arloji Swatch yang mana?"
Dalam bahasa Inggris:
"Three switched witches watch three Swatch watch switches. Which switched witch watch which Swatch watch switch?

Pengin tahu, ternyata bahasa jawa juga gak kalah belibetnya dibanding bahasa Inggris gitu,loh :

Bahasa Indonesia :

Ketika saya kelas 2 (SD) ,pembantu saya grosiran kalung dan (jualan) kolak dari (buah) kolang-kaling (sebanyak) 2 kilo di seberang sungai ..gitu,lho!

Bahasa Jawa (kawi) :

Kolo kulo kelas kalih kuli kulo kulak kalung kalian kolak kolang-kaling kalih kilo kulon kali ..kae, lo! ...

sumber: The Magic of Jokes

Dua Hari

Dalam seminggu (tujuh hari) ada dua hari yang tidak perlu Anda kuatirkan. Dua hari ini seharusnya Anda jauhkan dari ketakutan dan kecemasan.

Yang pertama adalah hari Kemarin, hari yang dipenuhi dengan penyesalan, kesalahan, kekurangan, sakit dan kepahitan. Atau mungkin juga hari Kemarin adalah hari kemenangan, kejayaan dan keberhasilan. Hari Kemarin sudah lewat dan di luar kendali kita lagi. Semua uang dan harta yang kita miliki tidak bisa membelinya kembali. Kita tidak bisa memutar kembali segala perbuatan yang kita lakukan; kita tidak bisa menarik setiap kata yang kita ucapkan di hari Kemarin. Hari Kemarin sudah berlalu.

Dan hari yang kedua yang tidak perlu kita risaukan adalah hari Esok, hari di mana segala kemungkinan bisa terjadi. Kemungkinan akan adanya kemenangan, atau kejatuhan, atau penuh janji yang indah, atau juga bisa jadi teror. Hari Esok juga di luar kendali kita.

Hari Esok pasti matahari akan bersinar. Entah itu bersinar cerah ataupun mendung tertutup awan kelabu. Satu hal yang pasti, matahari akan terbit besok. So, jangan kuatir terhadap hari Esok.

Dan satu-satunya hari yang perlu kita hidupi dalam seminggu dengan sungguh-sungguh adalah hari Ini. Hari Ini adalah hari Ini di mana kita harus bertempur, berjuang dengan keras, penuh semangat dan antusias. Hari Ini adalah hari di mana kita menghadapi konsekuensi hari Kemarin dan "calon" janji dari hari Esok.

Sebenarnya bukan kejadian hari Ini yang membuat seseorang sedih, melainkan kejadian pahit di hari Kemarin dan teror bayang-bayang hari Esok. Jalanilah hidupmu pada suatu waktu pada suatu masa.

Selasa, 14 Oktober 2008

Christopher Reeve dan Superman

Siapa yang tak kenal Superman? Manusia super yang bisa terbang di udara, yang bisa mengangkat mobil dengan tangan kosong, yang selalu membela kebenaran dan yang selalu menjadi idola semua anak-anak di seluruh dunia. Filmnya sudah terkenal sejak era tahun tujuh puluhan dan dibuat dalam berbagai episode.

Salah satu pemeran Superman terbaik sepanjang masa adalah Christopher Reeve. Ia menerima peran sebagai Clark Kent/Superman di tahun 1978 dan film tersebut langsung meraup sukses yang besar.

Tahun 1995, Reeve mengalami kecelakaan ketika menunggang kuda. Ia jatuh dan sempat tiga menit tidak bernapas. Akhirnya ia dilarikan dengan helikopter ke Pusat Medis Universita Virgina.

Kecelakaan itu membuatnya lumpuh dan divonis harus menggunakan kursi roda seumur hidupnya. Lumpuh bukan hanya lumpuh kaki, tetapi lumpuh dari leher ke bawah. Kecelakaan itu membuat salah satu dari syaraf vital di tubuhnya menjadi disfungsi dan mematahkan dua ruas tulang punggungnya.

Lima hari koma. Reeve divonis dokter tidak akan pernah bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang lain selama-lamanya. Kecuali selama enam bulan sejak kecelakaan ia mengalami kemajuan atau keajaiban.

Tahun 2002, Reeve membuat keajaiban itu. Ia mengejutkan dunia medis. Jari-jari tangan dan kakinya sudah bisa digerakkan. Ia juga sudah merasakan sensasi sentuhan di kulitnya (sebelumnya mati rasa). Tanpa kenal lelah, ia terus melakukan sesi terapi dan berbagai latihan untuk mendapatkan inderanya kembali.

Beberapa tahun kemudian, dengan bantuan teman-temannya ia mendirikan satu yayasan amal khusus orang lumpuh yang dinamakan The Christopher Reeve Paralysis Foundation. Yayasan itu bertujuan untuk menggalang dana demi penelitian terhadap penyakit kelumpuhan seperti yang pernah dideritanya.

"Aku menolak pernyataan kalau suatu kecacatan dapat membatasi hidupmu. Bukannya aku bandel, tetapi dengan mempunyai sebuah tujuan, seseorang dapat lebih berjuang untuk semakin dekat kepada kesembuhan," katanya.

Christopher Reeve meninggal di usia 52 tahun karena mengalami penghentian pada jantungnya setelah disuntik antibiotik. Meskipun ia tak pernah mencapai tujuan kesembuhannya, ia tetaplah sosok seorang yang tidak menyerah dengan penyakit yang dideritanya.

"Aku beruntung aku menjalani petualangan 42 tahun hidupku dengan seru dan penuh tantangan. Aku mempunyai kenangan masa lalu dan melihat prospek masa depanku yang cemerlang. Oleh sebab itu aku tidak punya alasan apapun untuk menyerah. Aku terlalu sibuk untuk menyesali keburukan yang kualami.

"Banyak mimpi-mimpi kita yang kelihatan mustahil, lalu terlihat samar-samar. Tetapi ketika kita memanggil semangat dalam hidup kita, mimpi-mimpi itu juga tak dapat terelakkan."

Christopher Reeve


Senin, 13 Oktober 2008

Wawancara dengan Babe Yesus (2)

Akhirnya... saya diberi kesempatan lagi untuk wawancara dengan Babe Yesus lagi. Yes!!

Baru saja tiba berdiri di depan kantorNya, langsung dipersilahkan masuk. Wow... Ruangan kerjaNya keren banget!!!

"Masuklah," ajakNya, "jadi engkau hendak mewawancaraiku?"

"Bila Engkau ada waktu," balasku dengan senyum.

"WaktuKu adalah ketakterbatasan dan cukup untuk melakukan segala sesuatu. Katakanlah... apa yang ingin engkau tanyakan."

"Tidak ada hal di dunia ini yang baru bagiMu. Menurut Babe, hal tentang manusia apakah yang membuat Babe Yesus terkejut?"

Babe menjawab, "Kalau mereka bosan menjadi anak-anak, lalu tumbuh dewasa dan kemudian menjadi seperti anak-anak lagi.

"Kalau mereka rela kehilangan kesehatan hanya untuk mencari uang, lalu rela kehilangan uang untuk mendapatkan kesehatan itu kembali.

"Kalau mereka terlalu sibuk memikirkan masa depan mereka sehingga mereka lupa masa sekarang, hingga akhirnya mereka tidak hidup di kedua masa.

"Kalau mereka hidup seperti tidak akan pernah mati, dan akhirnya mereka mati dan tidak pernah hidup lagi."

Sepi kemudian. Saya kemudian mengajukan pertanyaan lagi kepadaNya. "Bolehkah saya menanyakan beberapa hal lagi pada Babe?"

"Apapun itu..." jawab Babe tersenyum.

"Sebagai seorang Bapa, apa yang ingin anak-anak Babe pelajari di tahun baru?" tanyaku.

"Untuk belajar alau seseorang tidak bisa membuat orang lain mencintai mereka, hanya bisa membiarkan orang lain mencintai mereka.

"Untuk belajar kalau diperlukan bertahun-tahun untuk membangun satu kepercayaan tetapi hanya beberapa detik saja untuk meruntuhkannya.

"Untuk belajar kalau yang paling berharga di hidup mereka bukanlah sesuatu, melainkan seseorang.

"Untuk belajar kalau tidak baik selalu membandingkan diri dengan orang lain. Yang ada hanyalah orang itu lebih baik atau lebih buruk daripada kita.

"Untuk belajar kalau orang kaya bukanlah orang yang memiliki harta terbanyak, melainkan orang yang membutuhkan paling sedikit.

"Untuk belajar kalau mereka harus mengendalikan tingkah laku mereka, atau tingkah laku merekalah yang akan mengendalikan mereka.

"Untuk belajar kalau hanya perlu beberapa detik saja untuk melukai hati seseorang dan butuh bertahun-tahun untuk menyembuhkannya.

"Untuk belajar mengampuni dengan mempraktekannya.

"Untuk belajar kalau sebenarnya ada orang-orang yang mencintai mereka, tetapi tidak tahu cara menunjukkannya.

"Untuk belajar kalau uang bisa membeli segalanya kecuali kebahagiaan.

"Untuk belajar kalau kadang-kadang mereka bisa marah, tetapi mereka tidak boleh sembarangan mengekspresikannya.

"Untuk belajar kalau mimpi tidak membutuhkan sayap yang besar untuk terbang tinggi, melainkan sebuah rem untuk mendarat.

"Untuk belajar kalau sahabat sejati itu sangat langka; siapapun yang menemukannya ibarat menemukan harta karun terpendam.

"Untuk belajar kalau kadang-kadang mereka merasa tidak cukup telah dimaafkan orang lain sehingga diri mereka sendiri lah yang harus memaafkan diri mereka sendiri.

"Untuk belajar kalau mereka adalah tuan dari apa yang mereka lakukan dan budak dari apa yang mereka katakan.

"Untuk belajar kalau apa yang mereka tuai adalah apa yang mereka tabur; kalau mereka menabur gosip, mereka menuai perselisihan; kalau mereka menabur kasih, mereka menuai kebahagiaan.

"Untuk belajar kalau kebahagiaan bukanlah dari pencapaian sebuah cita-cita, melainkan apa yang sudah mereka terima selama proses pencapaian tersebut.

"Untuk belajar kalau kebahagiaan itu pilihan. Mereka bisa hidup bahagia dengan apa yang mereka miliki atau mati kecewa dengan kecemburuan dan iri hati mereka.

"Untuk belajar kalau dua orang yang melihat sesuatu yang sama bisa mempunyai pandangan yang berbeda.

"Untuk belajar siapa yang jujur terhadap diri mereka sendiri (apapun itu kebohongannyan) pasti akan melesat tinggi dalam kehidupan mereka.

"Untuk belajar meskipun mereka tidak mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada orang lain, tetapi ketika ada teman yang menangis bersama mereka, mereka bisa meminjamkan pundak dan memberi mereka penghiburan.

"Untuk belajar kalau apabila mereka mencoba menggenggam erat-erat seseorang yang mereka kasihi, mereka justru mendorong mereka semakin jauh. Sebaliknya apabila mereka mencoba membiarkan orang yang mereka kasihi bebas, kedua orang tersebut akan bersama selamanya."

Dan sepulang dari wawancara itu aku menatap langit biru, supaya air mata tidak mengalir di pipiku...

Layakkah Aku?

Sejak kecil aku suka dengan musik. Satu-satunya hal yang kusukai ketika aku sedang kesepian dan tidak ada kerjaan adalah mendengarkan musik. Well... mendengarkan musik saja. Aku tidak bisa bermain musik apapun. Mungkin karena orang tua tidak memberi kesempatan ketika aku masih kecil (lagian, les musik itu kan mahal).

Aku sering sekali iri melihat teman-temanku bisa bermain gitar, piano dan alat musik lainnya (terutama gitar). Aku ingin sekali bisa bermain musik, sesuai dengan apa yang biasanya kudengar. Aku ingin belajar, tetapi alat musiknya saja aku tidak punya

Beranjak dewasa, hingga sekarang saya berumur dua puluh dua tahun saya baru diberi kesempatan untuk bermain musik. Dengan uang yang kukumpulkan dari hasil kerjaku aku menabung dan membeli sebuah gitar butut. Bukan gitar bermerek dan gitar bagus.

Dari nol aku belajar untuk bermain gitar. Berlatih setiap malam dan setiap pagi. Meskipun kadang-kadang permainanku sangat menyebalkan dan mengganggu, itu tidak menyurutkan semangatku. Ibaratnya pucuk dicinta ulam tiba. Ada beberapa teman yang membantuku untuk bermain gitar. Sisanya, belajar sendiri. Bahkan aku pernah tertidur dengan memeluk gitar. hehe...

Dari nol, enam bulan kemudian aku dipercaya menjadi seorang pemain musik di persekutuan doa tempat aku bernaung. Wow... Dalam tugas perdanaku, aku grogi sekali. Aku bahkan bertanya kalau-kalau Tuhan salah menunjuk pemain musik sedangkan di persekutuanku masih banyak yang lebih jago ketimbang aku.

Aku malu, aku takut salah... Aku tidak layak. Siapakah aku ini hingga baru enam bulan aku belajar bermain gitar (benar-benar dari nol) sudah dipercaya oleh Tuhan untuk bermain di persekutuanku?

Wow... Tuhan sungguh luar biasa!! Membayangkan hal ini saja tidak pernah dalam pikiranku kalau suatu hari aku akan bermain di persekutuan doaku. Aku memang tidak pernah meminta, tetapi aku tahu Tuhan akan memberikan yang terbaik kepadaku. Dan dalam hati aku berjanji dengan sepenuh hati aku tidak akan mengecewakan kepercayaan yang Tuhan berikan padaku.

Sobat JINS, bila Anda merasa tidak mampu dalam sesuatu, yakinlah suatu hari Tuhan akan membukakan jalan bagimu. Penantian selama dua puluh tiga tahun ini dijawab Tuhan dengan luar biasa! Ia tidak akan pernah membiarkan seseorang yang mempunyai talenta tersia-siakan. Ia akan selalu membukakan jalan baginya.

Jumat, 10 Oktober 2008

Father & Son

Alkisah hiduplah seorang kolektor lukisan terkenal. Ia adalah seorang duda dan hanya mempunyai seorang putra. Ia sangat menyayangi putranya.

Dengan uangnya yang begitu banyak, ia memutuskan untuk mengajak putra satu-satunya berkeliling dunia dan membeli lukisan-lukisan ternama dari seluruh dunia. Picasso, Van Gogh, Monet dan berbagai lukisan agung lainnya ia beli hanya untuk sebagai koleksi.

Sekembalinya dari perjalanan, ia memajang lukisan-lukisan tak ternilai tersebut di galeri rumahnya yang mewah. Ia puas sambil memandangi jerih payahnya berburu lukisan tersebut. Ia mendidik putranya supaya kelak suatu hari bisa menjadi kritikus lukisan yang handal seperti dirinya.

Waktu terus berlalu dan perang pecah di suatu musim dingin. Putranya yang sudah beranjak dewasa harus ikut membela negaranya menjadi seorang tentara. Setelah beberapa minggu, bapak itu terus menunggu putranya. Hatinya cemas karena sudah lama tidak ada kabar dari putra satu-satunya. Dan benarlah. Beberapa hari kemudian, ia menerima telegram yang isinya putranya menghilang dalam perang. Putranya tewas tertembak ketika mengawal sekelompok prajurit yang sedang terluka. Dengan hati hancur, kolektor lukisan itu menghabiskan liburan Natalnya dengan sedih dan hancur.

Suatu pagi di hari Natal, bapak itu terbangun oleh ketukan keras di depan pintu. Cepat-cepat ia bangun dan menuju pintu utama, berharap kalau-kalau itu adalah putranya. Tapi dengan cepat ia sadar kalau putranya tidak mungkin hidup lagi.

Di depan pintu ada seorang pemuda berpakaian tentara. "Selamat pagi. Saya adalah seorang teman putra Anda dari infantri yang sama. Bolehkah saya masuk? Saya mempunyai sesuatu untuk Anda."

Pemuda itu menceritakan semua yang pernah diceritakan putranya: Tentang ayahnya seorang kolektor lukisan yang sangat hebat, tentang dirinya yang suatu hari akan mengikuti jejak ayahnya, tentang kekagumannya pada ayahnya. Mendengar itu ayahnya tak kuasa menahan tangis.

"Saya punya sesuatu untuk Anda. Sebenarnya, saya juga seorang seniman." Pemuda itu mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dan menyerahkannya. Kolektor lukisan itu cepat-cepat membukanya dan ternyata isinya adalah sebuah bingkai dengan lukisan potret diri anaknya.

Meskipun bagi orang lain lukisan itu adalah karya murahan dan tak berharga, bagi ayahnya, lukisan itu lebih daripada sebuah seni. Ia tahu setiap goresannya tergambar begitu detil dengan perasaan di dalamnya. Bapak tua itu kemudian mengucapkan terima kasih dan berjanji akan menggantungnya di atas perapian. Kemudian setelah pemuda itu pulang, bapak tua itu menurunkan beberapa lukisan terkenal yang terpajang di atas perapian dan menukarnya dengan lukisan putranya.

Ia menghabiskan sepanjang liburannya duduk di depan perapian dan memandangi potret anaknya. Minggu demi minggu berlalu dan sang ayah tahu kalau anaknya berkorban demi menyelamatkan ratusan pejuang yang sedang terluka. Sang ayah bangga sekali dengan anaknya. Dan lukisan yang tergantung di atas perapian tersebut bernilai jauh lebih mahal (malah tak ternilai!) dari lukisan terkenal manapun di dunia ini.

Suatu hari kolektor lukisan itu meninggal dunia. Karena kolektor lukisan itu sudah meninggal dan tak ada ahli waris, maka dunia seni memutuskan untuk menjual semua lukisan terkenal tersebut lewat lelang. Dan sesuai dengan surat wasiat bapak tua itu, lelang harus diadakan di hari Natal, di mana Natal adalah hari di mana ia pernah menerima hadiah paling indah sepanjang hidupnya.

Semua kolektor lukisan dari seluruh penjuru dunia sangat antusias terhadap lelang ini. Mereka bahkan berkumpul dan ruangan lelang penuh sesak dengan orang-orang kaya yang gila seni. "Hari ini aku akan mendapatkan lukisan paling masterpiece..." pikir mereka.

Lelang dibuka. Dan lukisan pertama yang dilelang adalah lukisan potret diri putra kolektor tersebut. "Lukisan potret diri putra dari almarhum dibuka dengan harga $100. Ada penawaran?" Suasana ruangan sepi selama beberapa saat.

"Siapa yang peduli dengan lukisan tak berharga itu? Lewati saja! Kita sedang menunggu karya-karya mahal lainnya!!" teriak seseorang di belakang sana. Pengunjung lainnya langsung mengiyakan.

"Tidak. Kita harus menjual lukisan ini lebih dulu," kata juru lelang tersebut, "Jadi, siapa yang mau lukisan ini?"

Akhirnya seorang tua yang duduk di barisan tengah mengangkat tangannya, "$10 untuk lukisan tersebut boleh?"

"Ada yang lebih tinggi?... Hitungan satu... dua... tiga.. TERJUAL!" seru juru lelang tersebut. Ruangan bersorak karena mereka bisa segera menawar lukisan-lukisan mahal lainnya.

Juru lelang memandangi ruangan tersebut dan mengatakan kalau acara lelang ini sudah selesai. Ruangan sekali lagi ribut, tidak percaya. "Ada apa ini? Bukannya masih banyak lukisan yang akan dilelang??? Kita ke sini bukan hanya untuk menawar lukisan putra almarhum yang tidak berharga itu!"

"Diharap tenang, saudara-saudari. Menurut wasiat kolektor itu, siapapun yang membeli lukisan potret diri putranya, akan mendapatkan semua lukisan-lukisan itu sebagai bonus."

Dan siapa yang menerima Yesus sebagai Putra Bapa yang tunggal, kita juga akan mendapatkan semua dariNya sebagai bonus.

Kamis, 09 Oktober 2008

Sepatu

Suatu hari sepasang sepatu olahraga saling bercakap-cakap. Sepatu kiri berkata pada sepatu kanan, "Kanan, kita selalu sama. Mulai dari bentuk kita, warna kita, aksesoris kita, sol kita, warna tali, semuanya sama. Lama-lama bosan juga nih..."

Sepatu kanan menjawab, "Lah... terus maumu"

"Gimana kalau kita sekali-sekali tampil berbeda? Aku akan menceburkan diri ke dalam lumpur dan membuat diriku kotor. Sehingga warnaku tidak lagi putih bersih. Dengan begitu kita akan tampil lebih keren, berbeda dan sangar deh pokoknya..."

Sepatu kanan menjawab, "Eh jangan... Kalau kamu jadi hitam dan kotor, nanti warna kita tidak sama lagi loh..."

"Ya tidak mengapa. Toh nggak ada salahnya sekali-sekali tampil beda," jawab sepatu kiri.

Akhirnya sepatu kiri menjatuhkan diri ke dalam kubangan lumpur. Ia terus berguling-guling hingga seluruh badannya menjadi hitam dan kotor.

Setelah beberapa saat ia berdiri dan berkata, "Tuh lihat, keren kan aku!? Jadi berwarna coklat... Bosan jadi putih terus."

Tak lama kemudian pemilik sepatu itu datang dan mencoba membersihkan sepatu itu. Tapi karena sudah terlalu kotor, maka sepatu itu pun tetap terlihat kusam. Sayang dibuang, akhirnya sepatu itu ia pakai juga ke sekolah meskipun sepanjang perjalanan terdengar ejekan dari orang lain kalau sepatunya kotor.

Sobat JINS, sama seperti Allah kita, Ia tidak akan membuang kita sekalipun kita berguling-guling di kubangan lumpur dosa. Bahkan kadang-kadang kita seperti sepatu kiri tersebut: merasa lebih bangga dan keren karena telah menjadi kotor dengan dosa. Kita menertawakan dan merendahkan saudara kita karena ia masih "putih bersih". Toh akhirnya pemilik kita juga akan membersihkan kita dari lumpur-lumpur tersebut.

Ingatlah kalau kita yang sudah kotor dengan dosa ini tidak segera membersihkan diri dan bertobat, maka yang kena malu adalah pemilik kita, dalam artian Tuhan. Tuhan Yesuslah yang akan dilihat apabila kita melakukan suatu kebaikan atau keburukan. Masakan kita mau mempermalukan pemilik kita, Yesus, dengan membuat kotor diri kita sendiri?

Pengampunan

AKhirnya... sekian lama berlibur dan tidak menulis blog...

Hari ini edisi perdana setelah liburan lebaran yang sedemikian lamanya, JINS menulis lagi dengan cerita-cerita yang mudah-mudahan bisa menjadi berkat buat semua sobat JINS.

Lebaran... Biasanya orang-orang saling mengampuni kesalahan satu dengan yang lainnya. "Mulai dari nol lagi..." katanya. Semua kesalahan dimaafkan. Saling memaafkan. Semua rasa sakit hati di masa lalu dihapuskan.

Kalau teman-teman kita yang muslim saja bisa saling memaafkan, ada apa dengan kita yang pengikut Kristus?

Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali alias tak terbatas. Kalau kita berbuat salah, orang tua kita saja mengampuni kita, masakan kita tidak mau memaafkan orang lain yang sudah bersalah pada kita.

Di Kejadian 4, Kain yang iri hati dan cemburu pada adiknya, Habel, tidak memaafkan dan akhirnya kebencian itu menumpuk hingga akhirnya ia membunuh adiknya sendiri. Bagaimana dengan Anda? Apakah saat ini Anda juga tengah menanam pohon kepahitan dan menyiramnya setiap hari (dengan mengintimidasi diri Anda sendiri dengan percakapan-percakapan yang dilakukan dalam pikiran Anda)?

Kalau iya, berhati-hatilah! Kepahitan adalah akar dari segala dosa.

Alkitab mengajarkan kita untuk mengampuni. Pernahkah Anda berpikir kalau Anda terlalu sulit untuk mengampuni seseorang? "Orang itu sudah keterlaluan! Dia menginjak-injak harga diri saya bertahun-tahun dan saya tidak bisa melupakannya begitu saja!" Berapa banyak dari Anda yang mempunyai pikiran seperti itu? Kalau Anda termasuk seseorang yang sukar mengampuni, bersiap-siaplah menjadi seseorang yang cepat depresi dan masuk rumah sakit jiwa.

Oke sekarang Anda mempunyai keinginan untuk mengampuni. Dan di sini JINS akan mengajarkan kepada Anda apa sebenarnya mengampuni itu.

Mengampuni itu BUKAN berarti melupakan! Sudah saatnya mengampuni itu lebih mengarah ke arah "janji" dan "komitmen". Kita mungkin tidak bisa melupakan sebuah peristiwa yang menyakitkan hati kita. Kalau begitu, jangan dilupakan. Tetapi berjanjilah pada diri Anda sendiri Anda akan membiarkan orang yang telah menyakiti kita untuk pergi dengan bebas.

Mengampuni itu artinya:
1. Membiarkan orang yang telah menyakiti kita pergi dengan bebas.
2. Tidak membicarakan keburukan orang tersebut di depan orang lain.
3. Membiasakan diri untuk bersikap seperti tidak ada apa-apa dengan orang tersebut.

Bila Anda sudah mengampuni orang lain hari ini, Anda telah membabat habis seonggok rumput kepahitan dalam diri Anda.

Kita mungkin sukar melupakan kejadian tertentu, tetapi kita bisa membiarkan orang tersebut pergi dan melegakan hati kita. Kita bisa melapangkan hati kita.

Kita tidak bisa mencegah ngengat kenangan tersebut terbang di sekitar kita, tetapi kita bisa mencegah ngengat busuk itu hinggap di hati dan pikiran kita.

Tuhan memberkati....