Kamis, 31 Juli 2008

Kelinci & Kura-kura

Waktu kecil ada sebuah dongeng anak-anak yang sangat aku suka. Ceritanya tentang seekor kelinci dan seekor kura-kura lomba lari. Mulanya si kelinci sombong dan optimis dia bakal menang. Tapi karena kelinci itu terlalu meremehkan lawan, akhirnya kura-kura tersebut yang menang.

Setelah dewasa, sekarang barulah aku sadar betapa bagusnya dongeng tersebut. Tak jarang dongeng tersebut seringkali menjadi "dongeng" dunia nyata kita sendiri. Kita bisa saja menjadi kelinci atau menjadi kura-kura tersebut. Sekarang, mari kita petik satu per satu pesan moral dari dongeng "Kelinci & Kura-kura" ini.

Dari sudut pandang kelinci:
1. Kelinci punya sifat suka merendahkan orang lain.
Dia merendahkan kura-kura. Dia menganggap kura-kura tidak mampu melampauinya. Dia meremehkan kura-kura! Mungkin juga dia merendahkan kura-kura karena beban rumah yang dia bawa dan juga melata.
2. Kelinci sebenarnya kurang pede.
Buktinya, dia hanya mau menantang kura-kura yang lebih lambat darinya. Kalau memang si kelinci punya pede selangit, kenapa tidak mencoba menantang tikus atau hewan lain yang larinya lebih cepat?
3. Kelinci malas.
Dia tidur di tengah-tengah perlombaan. Perlombaan itu berlangsung siang hari. Udah gitu tidurnya lama lagi! (Hayoo... siapa yang suka mengantuk di jam-jam kerja?)
4. Kelinci sombong.
Tentunya suatu perlombaan tidak akan disebut perlombaan kalau tidak ada penontonnya. Dan so pasti perlombaan ini juga pasti juga ada penontonnya. Bisa jadi si kelinci sudah menyebarkan "undangan" ke seantero hutan yang seolah mendeklarasikan dirinya bakal jadi pemenang. Mungkin juga kelinci ketika menyebar undangan tersebut sudah menggembar-gemborkan kemenangannya. Atau mungkin juga kelinci yang mempopulerkan istilah, "Kamu itu lambat kayak kura-kura aja!"

Nah sekarang mari kita lihat sudut pandang dari kura-kura:
1. Diam dan tabah.
Tahukah Anda betapa sakitnya hati kura-kura ketika mendapat cemoohan dan julukan "paling lelet" sehutan dari kelinci? Apakah kura-kura membalas makian kelinci? Tidak! Ia hanya diam dan tabah menghadapi. Tapi dalam hatinya, ia bertekad mem'balas dendam' pada kelinci dengan menunjukkan kemenangannya.
2. Pasrah kepada Tuhan.
Sebenarnya kura-kura bisa saja menolak tawaran kelinci. Sebenarnya kura-kura udah mau bilang "Tidak" pada kelinci. Tapi malam hari ketika kura-kura berdoa dan membaca firman, ia diberikan ayat Roma 12 : 12. Itulah yang menjadi kekuatannya hingga ia menjadi seorang pemenang. Ia hanya pasrah kepada Tuhan.
3. Taat
Menurutku, kura-kura itu sebenarnya bukan telaten dalam berjalan hingga ke garis finish (perjalanan ke pohon di atas bukit itu jauh loh pak). Jalanan menanjak, banyak kerikil-kerikil. Terus si kura-kura jalannya kayak gitu lagi: bawa rumah segitu gedenya, jalannya melata. Bisa dibayangkan rasa sakit badannya ketika jalan sambil mengenai kerikil-kerikil di tanah. Beban di punggungnya segitu beratnya. Bisa saja kura-kura berhenti di tengah jalan dan menyerah.
Tapi apakah kura-kura menyerah? Tidak! Dia jalan terus meskipun banyak kerikil dan beban berat di punggungnya. Badannya sakit pokoknya jalan teroosss... Dia hanya taat kepada Tuhan yang memberikan janji kemenangan untuknya.
4. Tuli
Telinga kura-kura tidak begitu besar. Dan lagi ia cuek. Jadi kura-kura sebenarnya agak tuli. Coba bayangkan seandainya kura-kura mendengarkan cemoohan dan teriakan "Buuuuu..." dari penonton. Mungkin mentalnya bisa down dan ia berhenti.
5. Semangat
Kura-kura itu biasanya berusia ratusan tahun. Kalau di manusia, wuih, umur segitu sudah jadi kakek/nenek. Tapi kura-kura punya semangat seperti anak autis hiperaktif (sedikit berlebihan). Semangat! Tidak peduli usia Anda berapa yang penting : Semangat!!!
6. Rendah hati
Setelah kura-kura menang, apakah ia balik mencemooh kelinci? Menurutku sih tidak. Soalnya waktu kura-kura diwawancarai sama MCnya lomba itu, ia hanya menjawab, "Semua karena Tuhan."

So, dalam perlombaan di dunia nyata ini (Roma 12:1-3), kita lebih cenderung menjadi kelinci, atau menjadi kura-kura?

Rabu, 30 Juli 2008

Takut?

Bagaimana rasanya "takut"? Setiap orang pasti punya paling tidak satu hal yang paling ditakutinya di dunia ini. Ada yang takut ketinggian, ada yang takut serangga, ada yang takut mati. Ketakutan dalam diri seseorang adalah lumrah. Setiap orang pasti pernah merasa takut.

Saya mempunyai seorang teman, seseorang yang selalu terlihat ceria, aktif dan cerewet. Sebut saja namanya Jamie. Orangnya asyik dan selalu ceria. Kadang-kadang saja ia agak muram. Mungkin ada masalah atau apa. Tetapi secara
overall, dia seorang teman yang sangat disukai dan termasuk tipe supel.

Suatu malam saya berkesempatan berbincang-bincang dengannya. Orangnya sangat bersemangat dan hampir 75% dari perbincangan kami selalu didominasi oleh dia. Satu-satunya hal yang tidak kusukai darinya adalah ia kebanyakan menceritakan dirinya.

Malam itu saya penasaran dengan topik ini: "takut". Iseng-iseng saya bertanya padanya, apa yang paling dia takutkan di dunia ini.

Jawaban Jamie sungguh mengejutkan. Hanya satu kata saja, "Kesepian".

Kesepian? Kenapa Jamie, seorang yang supel, ramah dan banyak teman malah takut akan suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada dirinya: Kesepian?

Berbeda dengan Rahardjo, teman saya yang lain. Saat saya menanyakan apakah ia takut "kesepian", ia menjawab dengan sangat bagus, "Di saat saya sendiri ketika tidak ada siapapun yang peduli padaku, ada Yesus."

Betul! Yesus adalah sahabat sejati! Ia akan terus dan terus menjagamu dan memperdulikanmu. Kalau kita sudah bertobat dan kenal Yesus, maka tak ada alasan lagi untuk takut terhadap apapun, apalagi takut sama "Kesepian".

Jadi, apa ketakutan Anda sekarang?

Selasa, 29 Juli 2008

Aku & Supir Taksi

Kalau kita harus membeli tiket mahal seharga ratusan ribu rupiah hanya untuk mendengarkan seminar seorang motivator terkenal tentang motivasi dalam pekerjaan dan hidup, tidak dengan saya. Karena saya hanya perlu membayar dua puluh ribu.

Saya bepergian dari Surabaya ke Jakarta untuk keperluan kantor saya. Setibanya saya di bandara, karena yang menjemput sedang berhalangan, terpaksa saya harus naik taksi.

Saya mencegat sebuah taksi agak jauh dari area bandara karena sesuatu hal (saya kurang suka dengan taksi bandara). Taksi itu menepi dan pengemudinya langsung turun dan membukakan pintu untuk saya. Ia menutup pintu setelah memastikan saya masuk dan duduk di kursiku dengan nyaman. Begitu ia kembali ke tempat duduknya, ia menoleh dan berkata, "Selamat siang Pak. Koran di samping bapak silakan dibaca. Tujuan bapak ke mana?" Aku menoleh ke sebelah tempat duduk saya dan melihat koran hari ini terlipat rapi. Supir taksi itu juga menawarkan kepadaku beberapa CD lagu dan bertanya yang mana yang ingin saya dengar. Wow... Saya mencari-cari kalau-kalau ada kamera tersembunyi kalau ini semacam acara candid di TV. Saya tidak percaya pelayanan yang kudapatkan di taksi ini!

Pada satu kesempatan, saya bertanya pada pengemudi itu, "Bapak pasti bangga pada pekerjaan bapak. Apa yang membuat bapak demikian?"

Supir taksi itu tertawa sebentar. Kemudian katanya, "Setahun lalu saya bekerja di sebuah perusahaan besar di kawasan Kuningan. Sebut saja perusahaan X. Prestasi kerja sebenarnya tidak jelek. Akan tetapi lama kelamaan saya capek memikirkan kalau usaha terbaikku tidak akan cukup bagi mereka. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dan menemukan sesuatu yang akan membuatku bangga akan diriku sendiri.

Saya tidak mungkin jadi seorang ilmuwan, tapi saya suka menyetir. Saya mencari-cari pada diriku sendiri dan... PLOK!" supir itu menepuk kedua tangannya, "... inilah aku; seorang supir taksi."

Kemudian lanjutnya, "Tapi saya tahu satu hal. Untuk mempunyai bisnis yang baik saya harus menarik banyak penumpang. Tapi untuk mempunyai satu bisnis yang LUAR BIASA (ada penekanan dalam nada bicaranya), saya harus lebih lagi kepada penumpang saya. Dan saya lebih menyukai kata 'luar biasa' ketimbang 'rata-rata'."

Sesampainya saya di tempat tujuan, saya mengeluarkan uang seratus ribuan dua lembar untuk lima puluh ribu ongkos taksi. Lalu kataku, "Simpan saja kembaliannya, pak." Dan saya yakin, kerugian terbesar perusahaan X tadi adalah kehilangan salah seorang karyawan terbaiknya.

Senin, 28 Juli 2008

Rahasia Kebahagiaan

Suatu hari saya berbincang-bincang dengan seorang nenek tua penghuni sebuah panti jompo. Nenek itu baru saja kehilangan suaminya, seorang anaknya (anak satu-satunya) dan cucunya (juga cucu satu-satunya). Ketiganya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Menantunya memasukkan ia ke dalam panti jompo dan menikah lagi.

Anehnya, setiap kali saya mengunjungi panti tersebut, nenek itu selalu menerimaku dengan senyum yang ramah. Sebuah senyum yang tulus, tidak dibuat-buat. Beliau juga selalu ceria dan hangat dalam setiap pembicaraan. Tidak terbesit sama sekali kesedihan di air mukanya.

Penasaran, suatu hari saya bertanya padanya, "Nek, apa yang membuatmu selalu tampak bahagia?"

Nenek itu menjawab dengan antusias, "Saya akan memberitahumu rahasia kebahagiaan. Tapi kamu harus membagi kepada setiap orang rahasia ini."

Aku mengangguk.

"Ini rahasianya:

Saya belajar, kalau selalu ada tindakan kecil yang kita lakukan yang bisa membuat orang lain bahagia. Melihat orang lain bahagia, itulah kebahagiaanku yang pertama.

Saya perlu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk sebuah kebahagiaan dan pemenuhan setiap kebutuhanku.
Ketika ada kebutuhan hidup yang kuperlukan, saya akan memintanya kepada Tuhan dan berharap dari kelimpahanNya. Itulah kebahagiaanku yang kedua.

Karena saya tahu, Ia takkan pernah mencampakkanku sampai aku tak bisa berdiri lagi. Ia akan membopongku berdiri lagi. Itulah kebahagiaanku yang ketiga," nenek itu mengakhiri ceritanya dengan sebuah senyuman tulus lagi.

Aku terheran-heran. "So simple!" seruku. Sederhana sekali! Sesederhanakah untuk mencapai sebuah kebahagiaan?

Betul!

Setelah mendengar cerita nenek itu, aku mulai berpikir, apakah aku bahagia dengan rumah yang lebih mewah daripada yang sekarang kumiliki? Tidak! Apakah aku bahagia dengan pekerjaan yang menjanjikan pendapatan lebih tinggi? Ternyata tidak juga! Lalu apakah aku bahagia dengan harta yang kumiliki sekarang? Ternyata tidak!

Lalu saat apakah aku merasa paling bahagia?

Kebahagiaanku yang pertama: Aku sudah bertobat. Hidupku sudah dijamin oleh darah Yesus. Hadiah mahal dari Yesus.

Kebahagiaanku yang kedua: Aku telah memberi yang terbaik kepada sesamaku. Aku bahagia melihat mereka bahagia.

Kebahagiaanku yang ketiga: saat aku duduk sambil makan sate atau pizza, berbincang, tertawa dan menangis bersama sahabat-sahabat terdekatku; itulah kebahagiaanku: Sahabat. Sebuah hadiah sederhana nan istimewa dari Tuhan untukku.

Lalu, di manakah letak kebahagiaan Anda?

Kadangkala Hidupmu Menangis...

Surat ini kudapat ketika aku sedang menangisi diriku sendiri...

"Kadangkala hidup mengharuskanmu menangis tanpa sebab. Kamu merasa sudah berbuat baik dan benar, tetapi masih banyak kritikan yang dialamatkan kepadamu. Kamu mengira keputusan yang kamu ambil sudah tepat, ternyata perkiraanmu keliru.


Jangan putus asa !! Bangkitlah !!

Matahari tanpa sinar tidak layak disebut matahari. demikian juga dirimu. kau adalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar, sekalipun mendung kelabu menutupi pandangan orang untuk melihat keindahan cahayamu.

AKU sering melihat melihatmu marah ketika kamu melihat orang lain berhasil.
Untuk apa kamu menginginkan keberhasilan orang lain?

Bukankah AKU udah menyediakan suksesmu sendiri?
Kamu tidak pernah mengejarnya, jadi kamu tidak pernah bisa memilikinya.

Matamu tidak terfokus kepada rancangan-Ku yang dahsyat atas hidupmu, melainkan tertuju kepada karya-Ku yang luar biasa atas hidup orang lain.

Jadilah seperti air..Selalu mengalir...melewati semua benda, menembus semua sisi dan tanpa batas.

Anak-Ku,,,jangan mau dikalahkan oleh keadaan,,tetapi kalahkan keadaaan !!

Anak-Ku yang terkasih,,,jangan sakit hati ketika kau ditegur, padahal kau merasa sudah mengerjakan yang terbaik.

Sakit hati itu hanya akan membuat tidurmu tidak nyenyak dan perasaanmu tidak nyaman.

Buanglah itu dari hatimu dan pikiranmu !

Kuasailah dirimu sedemikian rupa hingga kamu bisa mengatasi perasaan diperlakukan tidak adil, dilecehkan, diremehkan ataupun dikhianati oleh sesamamu.

Bukankah untuk itu kau hidup? untuk melihat kenyataan bahwa di dunia ini yang paling mengerti perasaanmu dan menerima dirimu apa adanya hanya AKU?

Jauhilah segala bentuk kemarahan, tetapi jangan jauhi AKU.
Anak-Ku, ingatlah hal ini baik-baik. Aku selalu mebuka tangan-Ku lebar-lebar untuk memberimu rasa aman, kapanpun kau membutuhkannya.
AKU senantiasa menyiapkan bahu untuk tempat kepalamu bersandar dan mencurahkan tangis.
AKU melakukannya karena AKU sungguh-sungguh peduli padamu !!

Ayah yang selalu mengasihimu, ,

YESUS"

Banyak orang bilang...

banyak orang bilang kepadaku...
lebih baik dicintai daripada mencintai
tetapi bagiku...
lebih baik mencintai orang
karena nantinya pasti dicintai juga

banyak orang bilang kepadaku...
lebih baik mencintai seseorang karena apa yang dia punya
tetapi bagiku...
lebih baik mencintai karena ketidakpunyaan dia
karena kita akan melengkapi dia

banyak orang bilang kepadaku...
lebih baik mencintai kalau dia kaya
tetapi bagiku...
cintailah kalau dia cerdas
karena orang cerdas akan berhasil nantinya

banyak orang bilang kepadaku...
cintai yang berfisik bagus saja
tetapi bagiku...
hati dan pembawaan itu lebih penting
karena dengan hati yang bagus dan pembawaan yang baik
orang itu akan tampak cantik seutuhnya

banyak orang bilang kepadaku...
tinggalkan saja orang yang membencimu
tetapi bagiku...
kasih itu lebih penting

banyak orang bertanya kepadaku...
mengapa tidak kau balas dia?
tetapi jawabanku...
pengampunan membuatku lebih dewasa

jadi... janganlah berpikir untuk
dicintai daripada mencintai,
mencintai kelebihannya saja,
mencintai harta dan fisiknya saja,
membalas orang yang telah menyakiti,
meninggalkan orang lain...

karena semuanya sia-sia...
tidak akan membuat hidupmu lebih bahagia...

(by: Joan - thank you sis!!)

Minggu, 27 Juli 2008

Jealous

Yongky dan Jane sudah bersahabat sejak kecil. Mereka tumbuh bersama dari kecil dan sudah sangat mengenal satu dengan lainnya. Usia mereka terpaut 5 tahun. Kalau ketika Jane berjalan-jalan dan diganggu hidung belang, maka Yongky lah yang selalu maju untuk membela Jane. Bagi Jane, Yongky sudah seperti kakaknya sendiri. Bagi Yongky, Jane seperti adiknya sendiri.

Di sisi lain, Yongky berteman akrab dengan Romeo, teman kuliahnya di universitas dulu. Sama seperti hubungan Jane-Yongky, Romeo-Yongky juga sangat akrab satu sama lain. Dan bagi Yongky, Romeo adalah sahabat sejati. Bagi Romeo, setiap masalah selalu ada penyelesaian kalau datang ke Yongky.

Suatu hari, ketika Yongky sedang
nyangkruk bersama Romeo, mereka melihat seorang pencopet merampas dompet seorang wanita. Kontan saja mereka mengejar pencopet itu. Pencopet itu lari dengan begitu cepat, saking cepatnya dan menghilang ke dalam gang. Akhirnya tidak terkejar juga... Mereka kembali ke wanita itu. Wanita yang tampak shock itu ternyata adalah Jane. Dari situlah Jane pun dikenalkan Yongky pada Romeo. Sejak hari itulah Jane mengenal Romeo.

Romeo adalah seorang pria yang penuh perhatian. Ia selalu baik kepada siapa saja, termasuk kepada orang yang baru dikenalnya. Mulanya Jane, Romeo dan Yongky selalu
hang out bareng ke manapun. Mereka sering meluangkan waktu satu sama lain. Kalau malam minggu, mereka bertiga selalu ngumpul bareng.

Waktu demi waktu berlalu. Yongky mulai merasakan ada sesuatu yang aneh. Jane yang dulu selalu mengadu pada Yongky, kini mulai 'menghilang'. Kini ia lebih suka bercerita pada Romeo ketimbang Yongky. Sekali-kali saja kalau ada waktu baru disempatin ngobrol ke Yongky.

Yongky lama-lama cemburu. Ia merasa Romeo telah merebut Jane darinya. Seorang lagi dianggap seperti adiknya dan seorang lagi dianggap sebagai sahabatnya. Dan kini, mereka berdua keluar bersama. Ia cemburu... sangat cemburu. Bukankah yang memperkenalkan jane pada Romeo adalah dirinya? Mengapa sekarang ia ditinggal?

Keluaran 20 : 5
"... sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu ..."

Cerita singkat di atas sebenarnya adalah sebentuk masalah yang kualami akhir-akhir ini. Dan mungkin masalahku bisa sebagai bahan refleksi buat para blogger yang terkasih. Karena ini adalah masalah
memberhalakan anugerah.

Bertahun-tahun yang lalu aku meminta suatu anugerah dari Tuhan. Dan tahun ini, anugerah tersebut diberikan. Dan sekarang, saking semangatnya dan senangnya, seolah-olah hidupku hanya untuk mempertahankan anugerah tersebut, bahkan cenderung menjauh dari Tuhan. Sekarang aku terus 'bersama' dan 'bela-belain' dengan anugerah dari Tuhan tersebut ketimbang Tuhan sendiri.

Anugerah itu datangnya dari Tuhan, sekarang koq malah Tuhan yang ditinggal??

Mungkin saat ini sobat blogger ada yang memberhalakan pekerjaan kita, keluarga kita, pacar kita, sahabat kita, sekolah kita, atau bahkan pelayanan kita kepada Tuhan sampai-sampai kita sudah tidak ada waktu buat Tuhan lagi. Berhati-hatilah! Itu semua anugerah dari Tuhan. Jangan sampai Tuhan mencemburui anugerah tersebut dan mungkin Tuhan akan mencabutnya untuk sementara waktu. Jangan sampai hal itu terjadi. Kembalilah lagi padaNya. Minta ampun dan perbaiki hubunganmu dengan Tuhan. Karena Ia adalah Allah yang pencemburu, dan Ia berkuasa. Kita miliknya, semua anugerah kita milikNya. Jadi, atas dasar apa kita memberhalakan yang lain daripadaNya sendiri?

Jumat, 25 Juli 2008

Better You

Suatu ketika aku berkesempatan mengobrol dengan Will, teman gereja saya yang sudah sering memenangkan kejuaraan body contest dan modelling nasional. Ia juga seorang yang aktif pelayanan di gereja dan suka kegiatan sosial. Orangnya ganteng, tinggi dan populer di kalangan cewek-cewek. Di kalangan teman cowok, ia juga dikenal tidak sombong dan ramah kepada siapapun.

"Kadang-kadang aku iri sama kamu, Will. Aku juga abis ini pengen fitness ah, biar badanku ini juga lebih kelihatan kencang sedikit."

Will menarik napas panjang. Katanya, "James, selama ini semua teman-temanku hanya melihat aku sebagai seseorang yang sukses aja. Punya fisik bagus, sering juara, populer. Tapi tahukah kalian kalau 5 tahun lalu aku adalah seorang pecundang?"

Aku terperanjat. Will mulai bercerita.

"Lima tahun lalu ketika aku SMA, aku seorang yang sangat biasa sekali. Kuper, tidak percaya diri, badanku kurus - 55 kg dengan tinggi 177 cm, prestasi sekolahku biasa-biasa saja, tidak pandai berolahraga, tidak populer.

Lulus dari SMA aku mulai masuk ke dunia fitness. Pada masa itu, aku sering mendapat cemoohan dari orang-orang di sekelilingku. Maklumlah, kurus banget. Mereka sering bilang 'ga mungkin' lah, 'ga bisa' lah. Sempat down juga sih. Tetapi tak selamanya mendung itu kelabu kan? Di antara orang-orang yang meledekku, masih ada beberapa teman yang selalu memberiku support, semangat dan pola latihanku sudah mulai diarahkan ke jalan yang benar. Mereka mulai memupuk rasa berbesar hati dan percaya diri padaku. Merekalah sahabat mula-mulaku.

Di saat yang bersamaan juga, seorang teman fitnessku mengajakku pergi ke gereja. Dari situ juga aku mulai mengenal Tuhan. Ternyata selama aku hidup, semuanya dari milikku adalah berasal dariNya. Begitu juga dengan tubuh dan jiwaku. Semuanya dariNya. Dari situ aku mulai melatih diriku sedemikian rupa, bekerja keras dan berusaha untuk mengejar ketertinggalanku dari teman-temanku.

Dan seringkali orang lain hanya melihat dari hasil akhir yang kuraih. Tapi tahukah mereka pengorbanan dan perjuangan untuk memperoleh tubuh yang ideal ini, dan juga rasa percaya diri ini?

Tahukah mereka kalau selama lima bulan aku harus bangun jam empat pagi dan latihan kardio meskipun udara pagi dingin menusuk dan jadi pusat perhatian? Tahukah mereka kalau aku harus menahan nafsu untuk tidak memakan makanan yang enak-enak lantaran diet? Tahukah betapa aku ingin menangis ketika menahan napsu untuk curang diet? Tahukah latihan keras yang membuatku tidak bisa bangun keesokan harinya gara-gara badan sakit semua? Dengan begitu banyak pengorbanan yang kulakukan aku masih harus meneguk cemoohan merendahkan dari orang lain...

Selama ini mereka hanya tahu hasil akhirnya, tapi tidak pernah tahu proses yang sangat menderita yang telah kujalani."

Aku manggut-manggut mendengar ceritanya. "Trus, apa yang membuatmu menjalani semua proses yang begitu menyiksa ini?"

"Suatu pagi ketika saya terbangun, tiba-tiba secara ada penglihatan yang tampak olehku. Sebuah penglihatan kalau aku akan menjadi seorang yang sukses dengan mengembangkan talenta yang Tuhan berikan padaku. Sebuah mimpi dan visi ke arah depan yang bisa mengubahkan hidupku total. Sebuah semangat berapi-api yang membuatku serasa terbakar dan memicu jantungku. Semuanya itu demi seorang Will yang lebih baik. Aku ingin mengubur Will yang lama dalam kenangan dan menghidupkan Will yang baru. Will yang takut akan Tuhan, yang mempunyai rasa percaya diri, seorang Will yang beda.

Dan sekarang, inilah aku."

Yehezkiel 36 : 26
"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."

Untuk menjadi sukses, ada harga yang harus dibayar. Kadang-kadang harga itu bisa menjadi sangat mahal apabila hadiahnya besar. Will yang kurus kering, kuper dan tidak menarik itu saja bisa menjadi seorang model dan juara. Kita semua tentu saja ingin menjadi manusia yang lebih baik.

Tetapi, apakah semua orang bisa menjadi lebih baik sesuai dengan harapannya?

Sesuatu yang lebih baik tidak bisa didapatkan secara instan. Perlu kerja keras dan usaha yang lebih. Kebanyakan orang stop di tengah-tengah jalan dan menyerah. Nah, lantas apa yang bisa terus mempertahankan jalur kita?

Muhammad Ali menulis satu quotation yang sangat bagus :

"Champions aren't made in gyms. Champions are made from something they have inside them -- a desire, a dream, a vision."

Sudahkah Anda membuat keinginan hari ini? Sudahkah Anda bermimpi hari ini? Lalu visi apa yang Anda peroleh untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik?

Tuhan memberkati!

Kejutan dari Tuhan

Suatu hari ketika saya membayar setelah membeli barang keperluan sehari-hari di supermarket, kasirnya memberitahuku kalau saya adalah pengunjung keseribu dari seribu hari supermarket itu buka. Oleh sebab itu, saya mendapatkan diskon 75% dan hanya membayar 25%nya saja.

Saat yang lain, saya juga membeli secangkir kopi di kedai kopi di salah satu pusat perbelanjaan. Saat hendak meninggalkan counter, tiba-tiba kasirnya mengatakan, "Selamat Pak! Anda mendapatkan sebuah buku karangan bos besar kami." Dan setelah saya mengecek harga buku tersebut di toko buku, ternyata buku tersebut berharga seratus ribu ke atas!

Dan suatu ketika di hari ulang tahunku, sahabatku memberi kejutan padaku dengan seolah-olah lupa akan hari ulang tahunku dan menyiapkan satu skenario kecil untuk mengerjaiku. Wow, rasanya kejutan yang tak pernah terlupakan seumur hidupku!

Benar-benar kejutan!!

Pasti senang rasanya kalau kita menerima kejutan-kejutan yang tak terduga seperti itu. Apalagi kalo kejutan tersebut datangnya dari Tuhan kita! Wuihhh!!! Luar biasa! Berkatnya yang 'bukan kejutan' saja seluar biasa ini, apalagi yang 'kejutan'.

Mungkin suatu hari ketika kamu terbangun tiba-tiba Tuhan bilang, "Kejutan!!!" dan kamu menyadari dirimu sudah berada di Sorga bersamaNya. (Yah, hidup manusia itu singkat.) Atau ketika kamu sedang berada dalam satu jalan buntu yang sama sekali tidak ada jalan keluar yang lain, tiba-tiba tembok di belakangmu rubuh dan Tuhan "ci luk ba" dari baliknya, maukah kamu menghampiriNya?

Rahasia supaya kita bisa mendapat kejutan dari Tuhan adalah terus taat kepadaNya. Ia pasti akan memberimu kejutan yang tidak kamu duga-duga. Bayangkan Tuhan adalah seorang ayah yang sudah menyiapkan segudang kado kejutan yang siap diberikan kepadamu sebagai hadiah apabila nilai rapormu bagus. Oleh karena itu, taat pada Tuhan dan belajar dengan baik supaya mendapatkan nilai baik di mataNya. Maka niscaya Tuhan akan memberikan kepada kita banyak kejutan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Tuhan memberkati!

Rabu, 23 Juli 2008

Aku bukan psikopat...

Siapakah temanmu? Siapakah sahabatmu? Siapakah sahabat SEJATIMU?

Setiap orang punya teman. Teman adalah seseorang yang kamu kenal. Beberapa di antara mungkin bisa menjadi sahabat bagimu. Sahabat adalah seseorang yang selalu mendukungmu dan berada di sisimu ketika kamu sedang susah. Mereka selalu membantumu. Mereka spesial bagimu.

Namun, siapakah sahabat sejati itu?

Kalau teman dan sahabat ibarat bertepuk dua tangan, maka sahabat sejati hanya bertepuk sebelah tangan. Kedengarannya tidak adil memang, tapi itulah yang menunjukkan kesejatian (dan betapa langkanya) mereka. Apa ciri-ciri dari seorang sahabat sejati?

Sahabat sejati adalah seseorang yang menggenggam tanganmu ketika tidak ada orang yang ingin mendekatimu. Sahabat sejati jugalah yang mau untuk repot-repot meneleponmu atau hanya SMS singkat kepadamu di sela-sela waktunya yang sibuk. Ia akan tetap menghampirimu bahkan di saat kamu sedang sangat-tidak-ingin bertemu dengannya. Kadang-kadang ia akan dicap aneh dan bodoh oleh orang lain karena ia akan tetap mengasihimu meskipun kamu menganggapnya musuh sekalipun (atau menurutmu mereka hanya teman biasa saja). Ia akan tetap peduli denganmu meskipun kamu menjauhinya. Bahkan ia akan terus menghubungimu dan meneleponmu meskipun berkali-kali kamu me-reject telepon darinya (seperti seorang psikopat).

Tetapi, sahabat sejati bukanlah psikopat, bukan pula orang gila yang selalu meneleponmu ketika kamu berkali-kali memutus teleponnya. Seorang psikopat tidak mempunyai unsur yang dimiliki seorang sahabat sejati. Unsur itu bernama "kasih".

Mungkin pembaca J-ins bertanya-tanya mengapa dua minggu terakhir ini sering disinggung mengenai "sahabat". Let me tell you...
Alasan pertama adalah dua hari yang lalu adalah hari persahabatan sedunia (ada yang pernah dengar?).
Alasan kedua, aku sedang berselisih hebat dengan seorang sahabatku di hari persahabatan sedunia.

Aku mempunyai seorang sahabat, sahabat yang sangat-sangat-sangat aku kasihi. Kami sering hang-out bareng, main bareng, kebaktian bareng, makan bareng, pernah tidur bareng. Tidak, kami belum pernah mandi bareng Hehe... Dan begitu kasihnya aku kepadanya hingga calon anakku kelak (halah) akan kuberi nama depan seperti nama depan sahabatku itu (OMG!!).

Tapi, dua minggu lalu aku berselisih dengannya. Kami mulai dingin satu sama lain. Persahabatan kami tidak sehidup dan sehangat dulu lagi. Kami mulai cuek satu sama lain. Kalau hang-out bersama, suasananya seperti kutub utara pindah. Dingin sekali!

Puncak-puncaknya terjadi kemarin hari Selasa. Kami bertengkar! Yap, benar-benar bertengkar! (Hey man, kami juga manusia. Bisa juga marah dan emosi...) Untung kami ributnya via handphone. Bisa dibayangkan kalau kami ribut di gym atau fitness center. Wuih... bisa lempar-lemparan besi tuh...

Intinya setelah keributan itu, suasana hati kami tidak semakin enak. Malah semakin kepahitan satu sama lain. Yah, meskipun kami saling meminta maaf dan lain sebagainya, tapi tetap ada semacam 'kekeringan' dalam hubungan kami.

Ke mana sahabatku yang dulu? Aku rindu sekali seperti dulu lagi. Aku ingin kita bisa bercanda lepas dan asyik lagi. Aku ingin terus menjadi sahabat sejatimu, yang selalu menyediakan waktu untukmu meskipun aku sibuk, meskipun kamu sibuk. Aku ingin seperti seorang psikopat yang selalu meneleponmu meskipun kamu anggap aku orang gila dan aneh. Tapi aku bukan psikopat!

Aku ingin sekali 'ribut besar' sekali dengan sahabatku itu. Aku ingin menumpahkan semua emosiku, kejengkelanku dan kekesalanku kepadanya dalam 5 menit! Wuih, pokoknya aku ingin curhat secara heboh deh dalam 5 menit. Dan aku juga ingin dia seheboh itu padaku dalam 5 menit. Setelah 10 menit itu (5 menit kehebohanku dan 5 menit lagi kehebohannya), kami butuh 2 menit untuk bernapas. Baru setelah itu 15 menit untuk berdoa. Dalam doaku aku berharap kami kembali bisa bersahabat lagi untuk berjuta-juta menit kemudian.

Teruntuk sahabatku:
Bro, saat ini kita memang sedang diuji Tuhan. Kesetiaan di antara kita sejauh mana. Apakah kita masih menjaga anugerah itu? Ingat apa yang dikatakan Amsal 17:17? Suatu hubungan adalah anugerah. Apakah kita mau kehilangan anugerah itu? Kalau jawabanmu tidak, mari kita mati-matian menjaga anugerah tersebut. Kamulah sahabat sejati dalam hidupku (setelah Babe Yesus tentunya). Dan aku yakin, kalau kita bisa melewati badai ini, persahabatan kita akan semakin tajam dan matang dalam Tuhan. I miss you, bro!

Gaji Papa Berapa?

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.

Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.
Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak.

Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ?Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."
Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.

Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

Senin, 21 Juli 2008

Mujizat Persahabatan

Sebagai murid Sekolah Minggu saya terkagum-kagum mendengar cerita tentang orang lumpuh yang diturunkan dari atap untuk disembuhkan oleh TuhanYesus.

Bukan! Yang saya kagumi bukanlah bagaimana ia disembuhkan, melainkan bagaimana ia dibawa ke tempat itu. Ia digotong oleh empat orang kawannya. Pasti berat menggotongnya. Rumahnya mungkin jauh dari tempat itu. Lalu ternyata tempat itu sudah dipenuhi banyak orang sehingga tidak ada lagi jalan masuk. Untunglah keempat kawannya mempunyai akal. Mereka menggotong dia naik ke atap. Kemudian mereka mengikat tilam pembaringan orang lumpuh itu dengan empat utas tali. Sesudah itu mereka membuka atap. Lalu mereka mengulur tali itu dan menurunkan orang lumpuh itu perlahan-lahan ke lantai dasar.

Pasti susah. Pasti harus berhati-hati dan seimbang. Bayangkan betapa susahnya menurunkan orang sakit yang terbaring di tilam dengan tali dari atas atap rumah. Apa jadinya kalau salah satu utas tali itu terlalu cepat turun, pasti tilam itu miring dan si sakit bisa jatuh. Atau apa jadinya kalau salah satu utas tali itu tiba-tiba putus. Tetapi ternyata mereka berhasil. Hebat sekali. Bukan main cakapnya para sahabat orang lumpuh itu. Hebat!

Tetapi baiklah sekarang kita lihat dulu apa yang tertulis di Markus 2:1-12
tentang kejadian ini. Markus mencatat bahwa pada saat itu Tuhan Yesus sedang "memberitakan firman" (2:2), sebuah ungkapan yang sinonim dengan mengajar. Disini jelas bahwa Yesus sedang mengajar. Ditengah kegiatan mengajar itulah tiba-tiba terjadi gangguan yang mengejutkan. Secara tiba-tiba ada tilam diturunkan dengan tali dari atas atap. Di tilam itu terbaring seorang lumpuh. Langsung semua orang menoleh kesitu. Mereka tidak lagi memperhatikan Yesus. Pengajaran Yesus terputus dan terganggu.

Lalu apa reaksi Tuhan Yesus? Ternyata Ia bisa menerima gangguan itu. Ia terkesima dengan apa yang terjadi. Lalu Ia memberikan pujian tentang iman. Iman siapakah yang dipuji? Markus mencatat, "ketika Yesus melihat iman mereka..." (2:5) perhatikan bentuk jamak kata "mereka".

Yesus memuji iman mereka. Siapakah mereka dalam konteks ini? Itulah kawan-kawan orang lumpuh itu. Yesus menilai perbuatan mereka sebagai perbuatan imani. Yesus menyamakan perbuatan itu sebagai iman.

Sungguh menarik bahwa perhatian Yesus tertuju pada kawan-kawan itu. Mereka masih ada di atas atap. Mereka tidak bisa turun. Mereka menatap dan menunggu di atas. Rupanya Yesus juga langsung melihat ke atas. Yesus bisa melihat mereka. Mungkin Yesus memperhatikan wajah keempat orang itu. Mereka mungkin agak takut, sebab mereka tahu bahwa mereka mengganggu Yesus yang sedang mengajar. Namun di wajah mereka juga tampak dambaan untuk belas kasih agar kawan mereka yagn lumpuh itu bisa disembuhkan.

Yesus menatap wajah mereka. Lalu Yesus melihat ke bawah dan menatap wajah orang lumpuh itu yang tampak harap-harap cemas dengan ketidakberdayaannya.

Sungguh beruntung orang itu. Ia mempunyai kawan-kawan. Mereka itulah yang menggotong dia. Mereka memberi semangat dan pengharapan. Hidup terasa bermakna lagi. Tanpa kawan-kawan ini, orang lumpuh itu hanya bisa terkulai seorang diri di rumah. Sungguh baik hati sahabat-sahabat itu.

Itulah indahnya persahabatan. Bersikap sebagai sahabat adalah karunia tersendiri. Seorang sahabat adalah dia yang mampu menerima kita apa adanya, kelemahan sekaligus keunggulan kita.

Hanya orang yang berjiwa besar yang mampu bersikap bersahabat. Ia bersih dari iri dengki. Ia sama sekali tidak mempunyai pikiran untuk menjegal dan menjatuhkan kita. Ia beritikad baik. Yang diinginkannya terjadi pada kita adalah hal yang terbaik utuk kepentingan kita.

Kualitas bersahabat seperti itu tidak terdapat pada setiap teman. Kita bisa mempunyai 100 teman, namun teman yang sejati bisa hitung dengan jari. Sampai puluhan tahun kemudian sahabat sejati seperti itu kita kenang dengan rasa berterimakasih.

Persahabatan memang indah. Hal itu pasti juga dirasakan oleh orang lumpuh dalam kejadian di Injil Markus tadi. Mungkin sampai puluhan tahun kemudian ia tetap mengenang mereka yang terengah-engah menggotong dia ke atas atap. Tangan-tangan itu. Tangan-tangan yang kuat. Tangan-tangan yang berbelas kasih. Tangan-tangan para sahabat. Persahabatan memang mengagumkan. Hidup menjadi damai oleh sikap saling bersahabat.

Kini orang lumpuh itu sehat walafiat. Ia telah mengalami mujizat penyembuhan. Namun sebelum itu ia sudah mengalami mujizat yang lain, Yaitu mujizat... persahabatan.

Selamat membina persahabatan

POSITIVE

"Positif", berapa banyak dari kita yang udah familiar dengan kata ini? Maksudnya positif adalah sesuatu yang baik, yang benar, yang sejalan dengan cerita, yang bisa menimbulkan efek yang baik kepada orang lain. Ibaratnya positif adalah sisi yang baik pada suatu benda.

Kata "positif" sering digunakan dengan kata "thinking". "Positive thinking" (atau lebih tepatnya dalam bahasa Inggris: "positive thought" (pemikiran positif)). Artinya "positive thought" adalah memikirkan sesuatu yang baik, tidak berpikiran jelek-jelek terhadap sesuatu hal atau seseorang, memikirkan efek yang baik untuk ke depannya.

Apa pentingnya berpikiran positif itu?

Yup, penting sekali. Karena kalau kita berpikiran positif, maka secara tidak langsung tubuh kita melatih otak kita untuk tidak memikirkan yang buruk, melainkan yang baik. Berprasangka baik. Kita semakin serupa dengan Allah. Dengan berpikir positif, maka saraf-saraf di otak akan mengstimulasi semangat kepada tubuh kita untuk lebih terpacu dalam mengejar impian kita. Berpikir positif juga membuat kita semakin percaya diri, cuek terhadap cemoohan orang lain dan terus melangkah maju. Percayakah Anda sebagian besar pengusaha sukses dan orang-orang berhasil di dunia ini selalu berpikiran positif terhadap sekelilingnya?

Apakah berpikiran positif saja cukup?

Kalau Anda menjawab 'iya', maka Anda hanyalah seorang pemimpi saja. Seseorang yang merasa dirinya cukup dengan hanya berpikir positif hanya mengambil 25% bagian dari kesuksesan yang Tuhan sediakan untuknya. Ibaratnya orang tersebut hanya bisa bermimpi tanpa mau melakukan sesuatu yang nyata untuk mengejar mimpi-mimpinya.
Lalu apakah bagian 75%nya lagi?

Positive feeling

25% bagian selanjutnya adalah
positive feeling, perasaan positif. Kalau positive thought itu kaitannya dengan otak, maka positive feeling erat kaitannya dengan hati kita.
Kita perlu dan harus untuk melatih hal ini. Ini merupakan salah satu aspek pendukung kesuksesan yang vital dan juga yang tersulit. Berapa banyak dari kita yang sering mengecap kepahitan dan membiarkan kepahitan tersebut tinggal dan bercokol dalam diri kita?

Manusia cenderung "memusuhi" orang lain apabila pernah disakiti orang tersebut. Manusia cenderung "iri" dengan kesuksesan orang lain. Kalau sudah begitu, kita hanya akan berperasaan negatif terhadap orang tersebut, mencemoohnya. Kita akan merasa kepahitan dengan orang-orang di sekeliling kita.

Mulailah menumbuhkan perasaan yang positif terhadap sekeliling kita. Dengan tulus, bukan topeng. Tawarkan kepahitan dalam diri kita; kalau perlu ubah jadi rasa manis. Perasaan yang selalu ceria dan selalu hangat dengan orang lain. Sembilan dari sepuluh wanita suka pria humoris dan pria mana yang tidak mau berteman dengan wanita yang ramah (yang benar-benar ramah dari hatinya)?

Positive Action

Langkah selanjutnya yang berharga 25% dari kesuksesan adalah
positive action, tindakan positif. Sebuah tindakan yang selalu menyenangkan hati orang lain. Tindakan yang tidak egois, tindakan yang selalu menghormati sesamanya, rendah hati dan menarik.

Langkah ini sebenarnya cukup mudah APABILA kita sudah mempunyai
positive thought dan positive feeling. Karena apa yang dari dalam terpancar keluar. Kalau kita sudah mempunyai pikiran dan perasaan yang positif, niscaya kita akan mempunyai tindakan yang positif juga.

Dengan bertindak positif, semua orang di sekeliling kita akan melihat kemuliaan Allah. Kita akan menjadi sebuah pribadi yang menyenangkan bagi orang lain. Kita akan mempunyai banyak teman. Kita sudah sepuluh langkah lebih dekat dengan kesuksesan.

Iman, kasih dan pengharapan.

Adalah 25% berikutnya dan merupakan aspek yang paling penting untuk mencapai kesuksesan yang telah Tuhan sediakan buat kita.
Aspek ini merupakan aspek yang terpenting. 3 in 1. Tanpa aspek ini, mau sepositif apapun pemikiran Anda, perasaan Anda dan tindakan Anda, semuanya percuma. Ingat, kesemuanya ini harus didasarkan kembali pada Allah. Didasarkan pada iman dan pengharapan pada Allah, serta mengasihi Allah dan sesama. (1 Kor 13:13)

Dengan melakukan 75% positif dan 25% iman, kasih dan pengharapan, maka percayalah. Tidak lama lagi Allah akan mencurahkan 1000% berkatnya kepada Anda. Mungkin... lebih dari 1000% malah.. Tuhan memberkati.

Minggu, 20 Juli 2008

Nilai 100

Ada seorang pria meninggal dunia dan pergi ke Surga. Di depan pintu gerbang, Petrus menemuinya. Katanya, "Begini... Supaya bisa masuk ke dalam Surga, kamu perlu mendapatkan nilai 100. Kamu sebutkan semua kebaikanmu selama di dunia dan aku akan memberi nilai atas setiap kebaikanmu. Begitu kamu mencapai nilai 100, silakan masuk."

"Baik," kata pria itu, "Saya menikahi seorang wanita yang sangat aku cintai. Saya tidak pernah selingkuh, bahkan memikirkan soal itu saja tidak pernah."

"Luar biasa!" puji Petrus, "Nilainya tiga poin."
"Tiga poin!?" seru pria itu, "Saya juga setiap Minggunya pergi ke gereja dan juga terlibat dalam pelayanan. Hampir tidak pernah absen!"

"Bagus!" puji Petrus lagi, "Satu poin untukmu!"

"Satu!?" seru pria itu, tidak percaya, "Kalau ini? Saya mengabdikan hidup saya untuk bekerja sebagai seorang juru masak di medan perang untuk para tentara dan korban perang."

"Dua poin untukmu!" seru Petrus sambil tersenyum.

"Dua poin?!" seru pria itu kecewa. "Sedikit sekali nilainya! Kalau begini caranya, saya hanya akan bisa masuk Surga kalau Allah bermurah hati padaku untuk mengijinkanku masuk!!"

"Persis! Sekarang, silakan masuk!" kata Petrus.

Roma 9:16
"Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. "

Jumat, 18 Juli 2008

Wawancara dengan Babe Yesus

Akhirnya setelah sekian lama, aku berkesempatan mewawancarai seorang tokoh yang terkenal saat ini. Siapa lagi kalo bukan Babe Yesus, seorang tokoh yang sangat diidolakan saat ini, di samping banyak orang yang menghujatnya. Wow, sebuah pengalaman yang luar biasa!!

James: Selamat siang, Babe. Apa kabarnya? *sambil menjabat tangan Babe Yesus*

Babe: Siang, James. Kabarku luar biasa sekali. Senang berjumpa denganmu juga. Bagaimana usahanya sekarang?

James: Baik. Be, denger-denger, di pemilu ke depan, Babe bakal mencalonkan diri ya jadi presiden?

Babe: Betul. *sambil mengangguk-angguk pelan* Saya memang mencalonkan diri jadi seorang raja.

James: Kalo boleh tau, Be, jadi presiden di negara mana?

Babe: Republik Nurani.

James: Wow... Trus persiapan Babe selama ini apa saja?

Babe: Babe sih selama ini sih persiapannya sudah matang sekali. Babe selalu memberi yang terbaik kepada negaranya Babe. Semuanya dan hanya yang terbaik yang Babe berikan.

James: *manggut-manggut* Bisa cerita dikit ga Be, persiapannya?

Babe: Babe selalu datang menghampiri dan membantu orang-orang miskin, para narapidana di penjara, trus kalo di rumah sakit, Babe selalu berusaha memberikan kesembuhan pada mereka.

James: Wow.. hebat ya Be. Brarti Babe banyak disukai orang-orang ya?

Babe: *agak sedikit sedih kelihatannya* Sayangnya tidak, James. Lebih banyak orang yang menolak Babe daripada menerima. Banyak orang yang malah ga suka kalo Babe deketi mereka. Beberapa di antara mereka lebih suka ditinggal sendiri daripada dibarengi sama calon presiden.

James: *mulut sedikit menganga, terkejut* Koq bisa? Padahal kan Babe baik banget.

Babe: *diam*

James: *ehem... kayaknya Babe agak sedih kalau soal topik ini* Hmm... trus Be, selama jadi kandidat pastinya Babe orang terkenal donk. Nah, ada ngga orang-orang yang mendatangi Babe trus minta tanda tangan atau apa?

Babe: Pastinya. Banyak sih di antara orang-orang itu yang datang ke Babe. Kebanyakan dari mereka minta produk yang Babe hasilkan.

James: *bingung* Produk? Produk apa, Be?

Babe: Produk itu mereknya "Berkat".

James: Oooo... *mulut bunder*

Babe: Nah, mereka biasanya datang cuman minta "Berkat" itu.

James: dan Babe kasih?

Babe: Kalau memang itu yang terbaik buat mereka, Babe kasih. Kadang-kadang Babe juga menolak ngasih mereka.

James: Loh, kenapa begitu Be?

Babe: Soalnya menurut Babe itu bukan yang terbaik dan Babe akan ngasih mereka yang lebih baik. Kadang-kadang Babe suruh mereka nunggu juga supaya Babe bisa ngasih mereka yang terbaik.

James: Hmm... ok ok. *mengiyakan sambil memandang Babe lekat-lekat* Trus Be, saingan-saingan Babe gimana? Siapa saja saingannya?

Babe: Ada satu sih. Namanya Cak Ego. Yang itu banyak banget pendukungnya. Ya maklumlah, everyone loves him/herself kan?

James: *narsis kalee..* trus, sapa lagi?

Babe: Ada lagi namanya Bu Party. Orangnya Bu Party itu cantikkkk... sekali. Banyak orang-orang yang suka sama dia. Soalnya kalo deket-deket Bu Party, rasanya nyaman.

James: *manggut-manggut lagi*

Babe: Tapi saingan Babe yang terberat namanya Bapak Dunia. Wah, kalo bapak yang satu ini mah... udah dari dulu jadi saingannya Babe. Kalo satu orang udah jadi pendukungnya Pak Dunia maka sudah pasti membenci yang namanya Babe Yesus. Hahaaha...

James: Hahaha... OK deh Be. Trus terakhir, apa motivasi Babe untuk jadi presiden di Republik Nurani?

Babe: *menjawab dengan hampir tidak berpikir* Babe pengen semua rakyat negara ini hidup dalam damai sejahtera, dalam kedamaian. Soalnya Babe sayang semua rakyat. Babe ingin memberi yang terbaik kepada rakyat semuanya.

James: *mata berkaca-kaca* OK. Thanks banget ya Babe atas waktunya.

Babe: Sama-sama.

James: Sukses ya buat pemilihan presidennya ya!

Babe: God Bless You, James!!


I Cried for My Brother

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.

Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.

Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.

"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?

Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.

"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya.

"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."

Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?"

Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"

Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Rabu, 16 Juli 2008

Lion's Pride (or Arrogance?)

Masih ingat cerita Adi, seorang pemuda desa yang merantau ke kota yang menjadi sukses di usianya yang sangat muda (baca kisah sebelumnya)?

Kini jaringan bisnis Adi semakin meluas. Usahanya semakin hari semakin diberkati. Bahkan Adi sudah membuka cabang daripada usahanya dan juga mulai merambah bidang usaha yang lain. Sukses dan muda! Tidak ada orang yang berani mengolok-olok dia lagi. Semua orang menghormatinya.

Kini setiap kata-katanya selalu memotivasi teman-temannya. Adi ingin juga agar teman-temannya juga turut sukses dalam usahanya masing-masing. Setiap pembicaraan yang dia bawa selalu bernada dukungan dan motivasi. Ia terus memberi contoh tentang dirinya yang bisa sukses di usia muda, yang lain pun pasti bisa.

Tapi dasar manusia.

Adi mempunyai seorang sahabat yang sangat karib dengannya. Namanya Jim, seorang yang sangat mengagumi Adi dan banyak belajar darinya. Jim seorang yang biasa-biasa saja (dari segi keuangan dan usaha), tapi Jim berkeinginan kuat untuk menjadi sukses juga seperti Adi. Oleh karena itu Jim sangat mengagumi Adi dan terus belajar dari Adi. Adi sendiri pun sangat menghargai Jim.

Adi sering memberi motivasi kepada Jim agar bisa seperti dirinya. Ia terus menerus menceritakan pengalaman dan latar belakangnya kepada Jim. Jim pun makin termotivasi. Tapi lama kelamaan, motivasi dan semangat yang diberikan Adi sudah semakin bergeser arah dan tujuannya. Bukan lagi memotivasi dan memberi semangat, tetapi lebih cenderung ke arah kesombongan.

Sekarang bukan hanya kepada Jim saja Adi memberi motivasi. Kepada semua orang Jim selalu menceritakan tentang kisah suksesnya (yang sudah pasti membuat Anda cemburu). Semuanya selalu tentang Adi, Adi dan Adi. Buah kesombongan semakin tampak.

Jim-lah yang paling menyadari perubahan pada diri Adi. Ia merasa Adi mulai menjauh darinya. Sekonyong-konyong Adi mempunyai "gerombolan" yang baru: klub businessman sukses yang kaya raya. Adi semakin jarang hang out dengan Jim. Tak jarang Adi mengkritik Jim dengan pedas hanya karena kesalahan kecil yang ia perbuat.

Dasar manusia...

Kalau sudah di atas, manusia akan cenderung sombong dan merasa lebih dari orang lain.

Amsal 16 : 18
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."

Bagi Adi-Adi yang di luar sana, waspadalah! Bila saat ini Anda dipercayakan dengan sebuah berkat yang luar biasa, jangan sombong. Ingat, itu semua bukan milik Anda. Itu semua berkat dari Tuhan dan suatu saat Tuhan bisa mengambil kembali.

Bila saat ini Anda termasuk orang yang sukses, jangan mengeksklusifkan diri Anda. Jangan pandang rendah orang lain. Jangan menganggap Anda hebat. Jangan sombong. Hargailah sekeliling Anda yang belum (bukan tidak) seperti Anda.

Bagi Anda yang saat-saat ini sedang menghadapi orang semacam Adi, berdoalah buat mereka. Mintakan pengampunan dari Tuhan supaya teman Anda tidak dihukum Tuhan. Tetap berikan mereka yang terbaik, jangan jauhi mereka.

Belajarlah seperti Jim. Sekalipun Adi sudah menjauh, Jim tetap mengagumi Adi dan akan terus berusaha menjadi seorang sahabat bagi Adi.

Tuhan memberkati.

Selasa, 15 Juli 2008

Even Dog Has Best Friend

Seekor anjing, berada di tengah jalan menjaga anjing lain yg mati karena tertabrak mobil. Dengan menggunakan kakinya, anjing tersebut berusaha membangunkan temannya.

Dia terus berusaha mendorong temannya yg telah mati ke menepi ke sisi lain jalan, tetapi dia tidak sanggup melakukannya. Ketika orang-orang mau menolongnya, dia menyalak, mengusir mereka yg mendekati temannya yg telah mati.

Walaupun lalulintas padat, dia tetap tidak mau menjauh dari sahabatnya.

Banyak orang yg menyaksikan kejadian dan sangat mengharukan, betapa seekor anjing saja bisa menunjukan kesetiaan terhadap sahabatnya...






Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda menghargai teman dan sahabat Anda selama Anda masih hidup?

Teman itu seperti balon, sekali dilepas mungkin kita tidak akan mendapatkannya kembali.

Terkadang kita terlalu mempermasalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kita terlalu berpatokan pada prinsip "Yang salah harus meminta maaf pada yang benar." Seringkali kita tidak mau meminta maaf pada sahabat kita hanya lantaran kita merasa paling benar sendiri atau gengsi. Padahal sebenarnya dalam bersahabat, tidak peduli siapapun yang salah, keduanya harus saling meminta maaf dan memaafkan.

Terkadang kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri hingga tidak sadar kalau kita tidak menghiraukan teman kita. Mungkin saat itu mereka sedang ada masalah dan butuh kita, sedangkan kita sendiri terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri. Kalau sudah begitu, jangan salahkan kalau Anda tidak akan punya sahabat sejati seumur hidup Anda.

Berikan yang terbaik kepada teman-teman dan sahabat-sahabat kita. Jangan kecewakan mereka. Berusahalah untuk menjadi seorang teman dan sahabat bagi orang lain. Jangan menuntut sahabat Anda. Hingga suatu hari ketika Anda tidak ada, maka akan ada banyak orang yang akan menangisi kepergian Anda.

sumber: www.rumahrenungan.com